memberikan kebutuhan yang cukup bagi kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Masyarakat dikatakan sejahtera apabila kebutuhan dasar sudah terpenuhi, bukan
keinginannya. Kebutuhan dasar mencakup pada enam hal, yaitu sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan dan kesehatan. Jika kebutuhan terpenuhi maka
layak seseorang dikatakan sejahtera walaupun berpenghasilan kurang dari US 2 per hari seperti standar PBB.
Taman nasional dianggap bernilai apabila memiliki sifat menyenangkan, berguna, memuaskan, menguntungkan dan menarik bagi penilainya, dalam hal ini
adalah masyarakat yang merasakan manfaatnya dari keberadaan taman nasional. Manfaat tersebut dapat berupa manfaat sosial dan manfaat ekonomi . Alikodra
1979 menyatakan bahwa tujuan pengelolaan taman nasional dapat dikelompokkan menjadi empat aspek utama yaitu konservasi, penelitian,
pendidikan dan kepariwisataan. Tujuan tersebut harus dituangkan dalam kebijaksanaan pengelolaan yang memperhatikan kepentingan masyarakat
sekitarnya. World Commission on Environment and Development 1988 menyatakan
bahwa tujuan-tujuan kritis bagi kebijaksanaann lingkungan dan pembangunan yang berasal dari gagasan pembangunan berkelanjutan mencakup :
1. Menggiatkan kembali pertumbuhan ekonomi 2. Mengubah kualitas kehidupan sosial
3. Memenuhi kebutuhan esensial berupa pekerjaan, pangan, energi, air, dan sanitasi. 4. Memastikan dicapainya jumlah penduduk yang berlanjut
5. Menjaga kelestarian dan meningkatkan sumberdaya 6. Mereorientasikan teknologi dan mengelola resiko
7. Menggabungkan lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan 8. Penguatan kerjasama internasional
Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu tingkat keselarasan yang tetap, akan tetapi lebih berupa sebuah proses dengan
pemanfaatan sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan yang konsisten dengan kebutuhan hari depan dan
kebutuhan masa kini.
2.7 Analisis Kebijakan
Pengelolaan kawasan, pemanfaatan sumberdaya hutan untuk tujuan pembangunan berkelanjutan memerlukan analisis kebijakan tersendiri, terutama
pengelolaan pemanfaatan untuk tujuan sosial. Analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka
memecahkan masalah-masalah kebijakan Dunn 2000. Suharto 2006 menyatakan bahwa analisis kebijakan publik di bidang sosial merupakan ilmu
sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumentasi untuk menghasilkan informasi yang relevan dalam mengatasi masalah-masalah
sosial yang mungkin timbul akibat diterapkannya suatu kebijakan. Ruang lingkup dan metode analisis kebijakan umumnya bersifat deskriptif
dan faktual mengenai sebab dan akibat suatu kebijakan. Selanjutnya dikatakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu jenis penelaahan yang menghasilkan
informasi sedemikian rupa yang dapat dijadikan dasar pertimbangan para pembuat kebijakan dalam memberikan penilaian terhadap penerapan kebijakan sehingga
diperoleh alternatif-alternatif perbaikannya Suharto 2006. Kebijakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan, adalah suatu
pilihan terhadap berbagai alternatif yang bersaing mengenai suatu hal. Kegiatan penganalisaan kebijakan dapat bersifat formal dan hati-hati yang
melibatkan penelitian mendalam terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi suatu program yang akan maupun telah dilaksanakan.
Beberapa kegiatan analisis kebijakan dapat pula bersifat informal yang melibatkan tidak lebih dari sekadar kegiatan berfikir secara cermat dan hati-hati mengenai
dampak-dampak kebijakan terhadap kehidupan masyarakat. Dengan demikian analisis kebijakan sosial dapat diartikan sebagai usaha yang terencana dan
sistematis dalam membuat analisis atau asesmen akurat mengenai konsekuensi- konsekuensi kebijakan sosial, baik sebelum maupun sesudah kebijakan tersebut
diimplementasikan Suharto 2006. Kaitannya dengan konservasi banteng bahwa dalam pembuatan kebijakan pengelolaannya harus didasarkan pada analisis yang