Analisis Data METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Jamur P. chrysosporium L1 dan Pleurotus EB9 Pada Media Pulp Kardus Bekas

4.1.1 Pengamatan Visual

Jamur Pleurotus EB9 dan P. chrysosporium L1 yang diinkubasi selama 5, 10 dan 15 hari dalam media pulp kardus bekas memiliki pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan miselium hampir merata pada keseluruhan media pulp dan secara visual warna putih miselium terlihat tipis di hari ke-5 Gambar 2a. Pertumbuhan miselium terus meningkat dan secara visual sudah menebal dan terlihat jelas pada hari ke-10 Gambar 2b. Pertumbuhan miselium melambat dan secara visual menebal di hari ke-15 Gambar 2c. Pulp di hari ke-15 tidak ditumbuhi miselium secara keseluruhan dan masih terlihat dari beberapa bagian yang tidak ditumbuhi oleh jamur. Pertumbuhan miselium yang paling bagus diantara masing-masing perlakuan yaitu pada hari ke-5. Pleurotus EB9 menunjukkan pertumbuhan miselium yang tidak merata pada media pulp pada hari ke-5. Miselium hanya tumbuh di beberapa bagian pulp dan mengumpul di satu tempat. Warna putih miselium cukup jelas terlihat dan menebal Gambar 2d. Pertumbuhan miselium meningkat yang ditandai dengan hampir seluruh media pulp ditumbuhi jamur pada hari ke-10 dan warna putih miselium tampak jelas terlihat di sekeliling media pulp Gambar 2e. Pertumbuhan miselium tidak memperlihatkan perubahan pada hari ke-15 Gambar 2f. Secara visual hampir sama dengan hari ke-10. Masing-masing perlakuan menunjukkan pertumbuhan miselium yang paling bagus pada hari ke-10. a Gambar 2 Pertumbuhan jamur pada pulp kardus bekas yang telah diinkubasi. a. P. chrysosporium L1 5 hari, b. P. chrysosporium L1 10 hari, c. P. chrysosporium L1 15 hari, d. Pleurotus EB9 5 hari, e. Pleurotus EB9 10 hari, f. Pleurotus EB9 15 hari. Kecepatan pertumbuhan Pleurotus EB9 dan P. chrysosporium L1 dipengaruhi oleh kondisi media dan lingkungan yang digunakan untuk pertumbuhannya. Suhu 30°C merupakan suhu optimum bagi fungi pelapuk kayu pada umumnya dan suhu optimum bagi fungi pelapuk di daerah tropis khususnya Highley dan Kirk 1979; Rayner dan Boddy 1988. Pada penelitian ini suhu inkubasi untuk menumbuhkan jamur Pleurotus EB9 dan P. chrysosporium L1 yaitu 28-33°C. Menurut Herliyana 1997, bahwa suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menghambat petumbuhan fungi, karenanya pada suhu 5, 10 dan 55°C P. chrysosporium tidak dapat berkembang. P. chrysosporium dapat tumbuh optimum pada suhu kamar yaitu pada kisaran 27-30°C. Menurut Rayner dan Boddy 1988, bahwa P. chrysosporium masih dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42°C. Kisaran suhu yang ekstrem, yaitu suhu minimum dan maksimum mempengaruhi pertumbuhan jamur pelapuk putih. Pertumbuhan jamur pelapuk putih akan terhambat di atas suhu 40°C khususnya P. chrysosporium L1 dan Pleurotus EB9. Suhu optimum pertumbuhan P. chrysosporium L1 dan Pleurotus EB9 berkisar antara 20°C sampai 30°C. Menurut Chang dan Miles 1989, Hal ini diduga P. chrysosporium mempunyai sifat genetik tertentu sehingga dapat tumbuh pada suhu yang relatif tinggi dan bersifat b c d d f e termotoleran. Pleurotus spp. memiliki suhu optimum pertumbuhan miselia dan pertumbuhan optimum tubuh buah jamur yaitu pada kisaran 26-28°C.

4.1.2 Nilai pH

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan miselium Pleurotus EB9 dan P. chrysosporium L1 yang diinokulasikan pada media pulp adalah pH. Menurut Gunawan 2001, menyatakan bahwa pengaruh pH terhadap pertumbuhan jamur tidak dinyatakan secara umum dan bergantung pada ketersedian ion logam tertentu yang terdapat di media pulp dan produksi CO 2 atau NH 3 , dan asam organik. Kisaran pH untuk pertumbuhan miselium yang optimum pada umumnya berbeda yaitu diantara 5,5-7,5. Nilai pH awal pulp dalam penelitian ini adalah berkisar antara 6,05-6,15. Setelah diinkubasi dengan Pleurotus EB9 pada 5, 10 dan 15 hari menunjukkan adanya penurunan pH menjadi sekitar 5-6 Gambar 3 dan lampiran 5. P. chrysosporium L1 menunjukkan penurunan kisaran pH antara 4-5 pada masa inkubasi 5, 10 dan 15 hari Gambar 3 dan Lampiran 6. Nilai pH P. chrysosporium L1 yang diinokulasikan pada pulp memiliki rata-rata pH lebih rendah dibanding perlakuan Pleurotus EB9. Gambar 3 Nilai rata-rata pH P. chrysosporium L1 dan Pleurotus EB9 setelah diinkubasi. Nilai rata-rata pH dengan menggunakan jamur P. chrysosporium L1 pada masa inkubasi selama 5 hari sebesar 5,90. P. chrysosporium L1 memiliki pH