3.3 Definisi Operasional
Variabel- variabel bebas independent dan terikat dependent yang
tercakup dalam model ini meliputi:
1. PCM digunakan sebagai indikator kinerja industri. PCM merupakan rasio
keuntungan industri yang mencerminkan kelebihan atas biaya langsung. PCM didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk meningkatkan nilai
tambah dan meminimumkan biaya-biaya. 2.
X-Efisiensi merupakan efisiensi internal perusahaan-perusahaan dalam industri. Efisiensi dalam model ini dinyatakan sebagai perbandingan antara
nilai tambah dengan biaya input suatu industri. Ini berarti mengetahui berapa banyak nilai tambah yang dapat dihasilkan oleh setiap input yang
digunakan. 3.
Produktivitas adalah banyaknya output yang dapat dihasilkan oleh setiap tenaga kerja. Produktivitas dinyatakan sebagai perbandingan nilai output
dengan jumlah tenaga kerja. 4.
Pertumbuhan Growth adalah nilai peningkatan jumlah produksi yang dihasilkan oleh suatu industri setiap tahunnya dalam suatu periode.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Sejarah Industri Kerajinan di Indonesia
Kerajinan berawal dari kreativitas seseorang dan merupakan keterampilan untuk menciptakan nilai keindahan pada suatu karya serta merupakan bagian dari
suatu kebudayaan. Kerajinan tumbuh melalui proses yang panjang. Perkembangan kerajinan sebagai warisan bergantung kepada perubahan yang disebabkan oleh
perkembangan teknologi serta minat dan penghargaan masyarakat maupun para perajin terhadap barang kerajinan itu sendiri, baik dalam menjaga mutu maupun
dalam penyediaan produk kerajinan secara berkelanjutan. Seiring dengan minat dan penghargaan masyarakat akan produk-produk
kerajinan, maka para perajin memperlakukan kerajinan sebagai komoditi yang dapat mendatangkan keuntungan. Kerajinan dipandang sebagai suatu sarana untuk
menciptakan lapangan usaha baru, penyerap tenaga kerja serta sebagai upaya pelestarian hasil budaya bangsa. Hal inilah yang menjadi awal mula keberadaan
industri kerajinan.
4.1.1 Industri Kerajinan pada Era Kolonial
Pada zaman kolonial, ketika kapitalisme merambah tanah Hindia dan industri perkebunan memberikan begitu banyak keuntungan komersial yang
melimpah bagi penjajah. Menurut Rouffaer 1904, pada masa itu tidak ada seorang pun yang bersungguh-sungguh memedulikan kehidupan ekonomi rakyat.
Keadaan itu berlarut-larut setidaknya sejak sistem liberal yang berorientasi pasar global menguasai perekonomian Hindia Belanda pada paruh kedua abad ke-19.