tingkat persaingan ataupun kolusi antar produsen. Keragaan atau kinerja suatu
industri diukur antara lain dari derajat inovasi, efisiensi, dan profitabilitas.
Menurut Kuncoro 2007, kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri di mana hasil biasanya diidentikkan dengan
besarnya keuntungan suatu perusahaan dalam suatu industri. Kinerja dapat pula tercermin melalui efisiensi, pertumbuhan growth termasuk perluasan pasar,
kesempatan kerja, prestise profesional, kesejahteraan personalia serta kebanggaan kelompok. Kinerja dalam suatu industri juga dapat diamati melalui nilai tambah,
produktivitas dan efisiensi.
a. Nilai Tambah
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai input dan nilai output. Nilai input terdiri atas biaya bahan baku, biaya bahan bakar, biaya sewa gedung, mesin
dan alat-alat serta jasa industri. Nilai output merupakan nilai barang yang dihasilkan.
b. Produktivitas
Produktivitas merupakan hasil yang dicapai setiap tenaga kerja atau unit faktor produksi dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya, tingkat
produktivitas dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, alat produksi dan keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja. Produktivitas merupakan perbandingan
antara nilai output dengan jumlah tenaga kerja.
c. Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan seberapa besar manfaat dapat diambil dari suatu variabel untuk mendapatkan output sebanyak-banyaknya. Untuk mengukur
suatu efisiensi dapat menggunakan perbandingan antara nilai tambah dengan biaya input.
2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Studi Industri Kreatif Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan 2007 mencakup kerajinan sebagai salah satu kelompok industri
kreatif. Studi ini secara keseluruhan melakukan pemetaan kelompok industri kreatif di Indonesia serta menganalisis kontribusi industri kreatif terhadap
perekonomian nasional serta kontribusi setiap kelompok industri kreatif terhadap industri kreatif. Terdapat tiga basis kontribusi yang dilakukan, yaitu berbasis
PDB, berbasis ketenagakerjaan serta berbasis aktivitas perusahaan. Diketahui bahwa total skor industri kerajinan menempati urutan kedua
dalam industri kreatif setelah fesyen dalam hal kontribusi dan produktivitas serta menempati urutan keempat dalam hal dampak terhadap sektor lain, yaitu setelah
1 Periklanan, 2 Arsitektur, serta 3 Pasar Seni dan Barang Antik. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan studi oleh
Departemen Perdagangan adalah peneliti menganalisis secara spesifik tentang kinerja industri kerajinan. Dalam penelitian ini peneliti menyesuaikan definisi dan
pengelompokan industri kerajinan berdasarkan KBLI Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia tahun 2005 seperti yang telah dilakukan oleh Departemen
Perdagangan. Winsih 2007 melakukan penelitian mengenai industri manufaktur di
Indonesia dengan pendekatan SCP Structure, Conduct and Perfoemance. Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari permasalahan pada
tingkat produksi. Komponen yang digunakan dalam proses produksi industri manufaktur hingga kini masih diimpor, sehingga biaya produksi yang digunakan
lebih mahal. Ini akan berpengaruh langsung pada nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur.
Dari segi kinerja, industri manufaktur dilihat berdasarkan keuntungan atas biaya langsung PCM dan nilai efisiensi-X XEFF. Perilaku pasar dalam industri
manufaktur dapat dilihat dari strategi harga, strategi produk dan promosi serta strategi distribusi dan perilaku kolusi.
Berdasarkan hasil estimasi diperoleh bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar dalam peningkatan kinerja adalah produktivitas PROD dan
efisiensi XEFF. Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar CR
4
, pertumbuhan nilai produksi Growth, ekspor EX dan impor IM tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.
Perbedaan antara penelitian oleh Winsih 2007 dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah dalam hal sektor industri. Penelitian sebelumnya
menganalisis sektor industri manufaktur sedangkan peneliti saat ini menganalisis industri kerajinan. Secara garis besar, industri manufaktur yang dianalisis oleh
peneliti sebelumnya merupakan seluruh industri yang terklasifikasi oleh KBLI dengan kode 2 digit termasuk diantaranya industri makanan dan minuman,
tembakau, tekstil, pakaian jadi dan lain-lain. Sedangkan industri kerajinan yang dianalisis oleh peneliti saat ini adalah sebagian dari industri manufaktur tersebut,
yaitu sesuai dengan pengelompokan industri kerajinan yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan berdasarkan KBLI dengan kode 5 digit.
Lutfiah 2008 melakukan penelitian mengenai industri perbankan di Indonesia dengan pendekatan Strucure, Conduct and Performance. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana struktur, perilaku dan kinerja indutri perbankan sebagai dampak pelaksanaan Arsitektur Perbankan Indonesia
API. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan deret waktu bulanan dari tahun 2002 hingga 2007 mengenai indikator perbankan nasional
yang diperoleh dari publikasi Bank Indonesia. Pendekatan yang digunakan adalah SCP dengan metode Ordinary Least Square OLS.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada periode sebelum implementasi API, yaitu tahun 2002 dan 2003, rata-rata konsentrasi rasio sebesar
53,01 persen, sedangkan dalam kurun waktu empat tahun terakhir, yaitu setelah adanya API, rata-rata konsentrasi rasio empat bank terbesar menjadi 44,86 persen.
Kinerja industri perbankan dilihat berdasarkan beberapa rasio diantaranya Return on Asset
ROA, Return on Equity ROE, Return on Revenue ROR, Net Profit Margin
NPM serta Net Interest Margin NIM dengan dummy implementasi kebijakan API. Penelitian ini menggunakan NIM sebagai indikator kinerja.
Variabel yang paling berpengaruh terhadap NIM adalah dummy, yaitu implementasi kebijakan API.
Solehah 2008 melakukan penelitian mengenai industri telekomunikasi di Indonesia dengan pendekatan Strucure, Conduct and Performance. Tujuan dari
penelitian ini adalah untu menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri seluler di Indonesia serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
industri seluler di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Structure, Conduct and Performance SCP untuk menganalisis
struktur, perilaku dan kinerja industri seluler serta menggunakan pendekatan panel data untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri seluler
di Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007
dan Eviews 4.1. Data yang digunakan berbentuk time series dan cross section panel data
dengan periode waktu tahunan, yaitu dari tahun 2001 hingga tahun 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio konsentrasi tiga perusahaan
terbesar CR
3
, nilai Return of Assets ROA, nilai Return of Equity ROE, nilai Net Income Margin
NIM, jumlah aset dan nilai Average Revenue per User ARPU.
Kinerja pada industri ini dilihat dari sisi profitabilitasnya, yaitu dengan menggunakan variabel NIM sebagai indikator kinerja. Adapun variabel yang
berpengaruh terhadap NIM adalah jumlah aset, ARPU, CR
3
pelangan dan dummy kepemilikan silang Temasek pada Telkomsel dan Indosat. Semua variabel tersebut
berpengaruh nyata terhadap NIM kecuali dummy. Hal ini membuktikan bahwa kepemilikan silang Temasek tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang
didapat oleh Telkomsel dan Indosat. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Solehah 2008 dan
Lutfiah 2008 dengan peneliti saat ini adalah selain jenis industrinya, variabel yang digunakan sebagai indikator kinerja juga berbeda. Penelitian tersebut
menggunakan Net Income Margin NIM sebagai indikator kinerja, sedangkan peneliti saat ini menggunakan Price Cost Margin PCM sebagai indikator
kinerja.
2.4 Kerangka Pemikiran