3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data di lapangan yang dilaksanakan pada Bulan Maret sampai Mei
2008 di Perairan Binuangeun, Kecamatan Malimping, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Gambar 4. Sedangkan tahap kedua ialah men-download data citra
sebaran suhu dari Internet www.oceancolor.gsfc.nasa.gov dilaksanakan pada Bulan Juli 2008.
Gambar 4 Peta daerah penelitian.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1
Alat pengukur panjang meteran atau penggaris, digunakan untuk mengukur panjang ikan;
2 Lembaran kuesioner, digunakan sebagai tempat pencatatan data yang dibutuhkan;
3 Alat tulis, digunakan untuk mencatat data yang dibutuhkan;
4 Kamera, digunakan untuk mengambil gambar yang dibutuhkan seperti;
gambar ikan tongkol, kapal, alat tangkap, dan lain-lain;
5 Personal Komputer, OS Windows dan Linux. Software yang digunakan
adalah Mixrosoft Office Excel untuk menghitung CPUE dan nilai suhu permukaan laut, seaDAS 4.7 untuk membaca nilai suhu permukaan laut, dan
software Surfer 8.0 yang digunakan untuk membuat gambar sebaran suhu permukaan laut beserta garis konturnya.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah metode survei. Metode survei merupakan penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang
ada dan mencari keterangan yang faktual Nazir 2003. Data yang digunakan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dari hasil survei
lapang dalam kegiatan operasi penangkapan ikan. Sampel kapal yang digunakan adalah payang, karena target utama kapal ini adalah ikan-ikan pelagis yang salah
satunya adalah ikan tongkol dan operasi penangkapannya satu hari one day trip. Jumlah kapal ditetapkan secara purposive atau sengaja sebanyak 8 unit dari 12
payang yang beroperasi di perairan Binuangeun. Selanjutnya dari setiap sampel kapal dikumpulkan data posisi kapal saat
melakukan operasi penangkapan, jumlah hasil tangkapan kg, dan waktu penangkapan. Data primer juga diperoleh melalui wawancara dan pengisian
kuisioner terhadap responden yang ditetapkan secara purposive sampling, yaitu terhadap juru mudi kapal payang.
3.3.1 Posisi dan waktu penangkapan serta hasil tangkapan
Data hasil tangkapan diperoleh melalui kegiatan penangkapan ikan experimental fishing. Data yang dikumpulkan dari experimental fishing adalah:
1 Posisi kapal pada saat melakukan operasi penangkapan;
2 Waktu operasi penangkapan;
3 Komposisi berat hasil tangkapan;
4 Ukuran panjang ikan tongkol yang tertangkap pada setiap posisi
penangkapan. Posisi kapal dicatat pada saat operasi penangkapan dilakukan setting dan
hauling. Posisi kapal ditentukan dengan menggunakan alat bantu, yaitu berupa peta perairan Binuangeun, Banten.
Komposisi jumlah berat dari jenis spesies ikan yang tertangkap dicatat tiap-tiap operasi penangkapan. Dalam penentuan ukuran hasil tangkapan, ditarik
sampel sebanyak n secara acak dari setiap trip operasi masing-masing kapal sampel yang terpilih. Untuk mempermudah proses pengambilan data, dibagikan
kuisioner kepada enumerator juru mudi yang ditempatkan pada masing-masing kapal sampel.
3.3.2 Suhu permukaan laut
Data sebaran suhu permukaan laut di perairan Binuangeun merupakan data sekunder yang diperoleh melalui cara men-download hasil citra suhu permukaan
laut yang telah tersedia di internet. Data diperoleh melalui situs http:oceancolor.gsfc.nasa.gov. Data yang dipilih merupakan data harian sebaran
suhu permukaan laut Level 2 dengan batasan posisi 06.6 -07.3
LS dan 105 -
106.4 BT. Pemilihan citra pada Level 2 dilakukan karena pada Level ini citra
olahan sudah terkoreksi secara radiometrik. Data sekunder lain yang dikumpulkan adalah kondisi umum perikanan di
lokasi penelitian seperti data produksi dan nilai produksi tahunan, unit penangkapan, keadaan iklim dan musim, dan sebagainya. Data tersebut diperoleh
dari dinas perikanan setempat, instansi terkait lainnya dan studi literatur.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Analisis hasil tangkapan
Hasil tangkapan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil tangkapan yang diperoleh dari masing-
masing kapal sampel selama penelitian digabung untuk menganalisis komposisi hasil tangkapan ukuran ikan dan jumlah hasil tangkapan berdasarkan skala
penyebaran daerah penangkapan spasial dan waktu operasi penangkapannya temporal.
3.4.2 Analisis suhu permukaan laut
Data suhu permukaan laut diketahui dengan melakukan analisis terhadap citra MODIS yang telah di-download. Data tersebut diolah untuk memperoleh
nilai dan gambar sebaran suhu permukaan laut. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pengolahan citra adalah sebagai berikut : 1
Pembacaan nilai suhu permukaan laut dengan menggunakan program SeaDAS 4.7.
Membuka program SeaDAS pada menu “terminal”, kemudian akan tampil SeaDAS main menu dan seadisp main menu. Langkah selanjutnya adalah
memasukkan file citra yang telah didownload dengan memilih sub menu “load” pada “seadisp main menu”. Memasukkan koordinat daerah yang
akan dihitung, koordinat yang dimasukkan merupakan koordinat pada daerah penelitian dan daerah di sekitarnya 6
38’00’’LS - 7 18’00”LS dan
105 00’00”BT - 106
24’00”BT. Setelah citra dibuka, kemudian dilakukan penyimpanan output citra dalam bentuk data ASCII dengan memilih
functions → output → data → ASCII. Data ini merupakan nilai suhu
permukaan laut berdasarkan garis lintang dan bujur koordinat. 2
Penghitungan nilai suhu permukaan laut Data ASCII hasil pengolahan SeaDAS diolah kembali dengan menggunakan
program Microsoft Office Excel untuk memperoleh nilai kisaran dari suhu permukaan laut. Nilai kisaran SPL yang dipilih adalah nilai pada koordinat
daerah penelitian 6 54’00’’LS - 7
12’00”LS dan 105 06’00”BT -
106 18’00”BT.
3 Pembuatan peta sebaran suhu permukaan laut
Data hasil pengolahan dari Microsoft Office Excel diolah kembali dengan menggunakan software Surfer 8.0 untuk memperoleh peta sebaran suhu
permukaan laut beserta garis konturnya. Nilai dominan dari suhu permukaan laut pada daerah penelitian disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik yang selanjutnya dianalisis sebarannya menurut waktu operasi penangkapan temporal. Sebaran suhu permukaan laut secara
spasial penyebaran daerah penangkapan ditentukan dengan melakukan analisis visual terhadap peta sebaran suhu permukaan laut. Pada analisis ini juga akan
dilihat bagaimana pergerakan suhu permukaan laut pada daerah penelitian selama Bulan Maret - Mei dengan melakukan analisis visual terhadap peta harian sebaran
suhu permukaan laut.
3.4.3 Hubungan suhu permukaan laut dengan hasil tangkapan
Untuk mengetahui hubungan suhu permukaan laut dengan hasil tangkapan dilakukan analisis korelasi. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak Microsoft Excel. Semakin tinggi nilai r mengindikasikan bahwa hubungan yang semakin erat Walpole 1995.
Kisaran nilai korelasi: -1 r +1
Korelasi erat jika : r 0.7 dan r - 0.6, dan Korelasi tidak erat jika: -0.6 r 0.7
3.4.4 Penentuan daerah penangkapan ikan potensial
Untuk menentukan daerah penangkapan ikan DPI potensial digunakan metode skoring berdasarkan pada tiga indikator, yaitu jumlah hasil tangkapan, ukuran
panjang ikan, serta sebaran suhu permukaan laut pada daerah penangkapan. Penilaian kriteria panjang ikan berdasarkan sebaran ukuran ikan tongkol untuk memijah di
perairan tropis, yaitu umumnya memijah di atas ukuran 40 cm Ismajaya, 2007 vide Girsang, 2008, sebagaimana yang disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Kriteria kelayakan hasil tangkapan berdasarkan ukuran panjang ikan
Ukuran panjang cm Penilaian
x 30 cm; x 40 cm Tidak Layak Tangkap
30 cm ≤ x ≤ 40 cm
Layak tangkap
Sumber: Ismajaya, 2007 vide Girsang, 2008.
Penilaian jumlah hasil tangkapan dilakukan berdasarkan pendekatan CPUE selama 3 bulan. Dengan perhitungan tersebut diperoleh kategori hasil tangkapan
sedikit, sedang, dan banyak sebagaimana disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Penilaian jumlah hasil tangkapan
Jumlah HT kgTrip Penilaian
≤ 200 Kg Sedikit
200 Kg ≤ HT 400 Kg
Sedang ≥ 400 Kg
Banyak
Data evaluasi daerah penangkapan ikan dikategorikan dalam tiga kelas, yaitu; potensial, sedang dan kurang potensial. Penentuan bobot atau scoring
terhadap tiga indikator dijelaskan dalam Tabel 11. Penilaian terhadap setiap
indikator didasarkan pada: 1. Untuk kategori jumlah hasil tangkapan:
- Jika jumlah hasil tangkapan banyak, diberi nilai bobot 6. - Jika jumlah hasil tangkapan sedang, diberi nilai bobot 4.
- Jika jumlah hasil tangkapan sedikit, diberi nilai bobot 2. 2. Untuk ukuran panjang ikan:
- Jika diperoleh ukuran layak tangkap, diberi bobot 6. - Jika diperoleh ukuran tidak layak tangkap, diberi bobot 3.
3. Untuk sebaran suhu permukaaan laut: - Jika DPI didominasi oleh SPL optimum untuk penangkapan, maka DPI
tersebut dapat dikategorikan sebagai DPI yang baik dan diberi bobot 6. - Jika DPI tidak didominasi oleh SPL optimum, maka diberi bobot 2.
Setelah diperoleh nilai bobot untuk masing-masing indikator pada suatu DPI tertentu, selanjutnya bobot tersebut dijumlahkan. Dalam hal ini ketiga indikator
diasumsikan memiliki pengaruh yang sama terhadap penilaian suatu DPI. Langkah terakhir dalam penentuan DPI ini adalah dengan cara
mengelompokkan nilai bobot gabungan yang merupakan penjumlahan ketiga indikator menjadi tiga, yaitu:
1. Jika nilai bobot gabungan berada pada kisaran tertinggi, maka DPI tersebut dapat dikategorikan sebagai DPI potensial.
2. Jika nilai bobot gabungan berada pada kisaran menengah, maka DPI tersebut dapat dikategorikan sebagai DPI sedang.
3.Jika nilai bobot gabungan berada pada kisaran yang rendah, maka DPI tersebut dapat dikategorikan sebagai DPI yang kurang potensial.
Tabel 11 Penilaian indikator DPI
Indikator DPI DPI
CPUE kgsetting
Ukuran cm Suhu Permukaan
Laut C
Kategori DPI Banyak n=6
Layak Tangkap n=6
Optimum n=6 Sedang n=4
DPI ke-i
Kurang n=2 Tidak Layak
n=3 Tidak optimum
n=2 Interval untuk DPI
potensial ditentukan berdasarkan sebaran nilai
4 HASIL 4.1
Hasil Tangkapan Ikan Tongkol 4.1.1 Jumlah hasil tangkapan
Data hasil tangkapan ikan tongkol yang dikumpulkan dari delapan kapal payang memiliki sebaran yang berbeda untuk berat dan rata-rata ukuran panjang
tiap bulannya. Jumlah tangkapan untuk Bulan Maret 2008 mencapai 10.130 kg dengan CPUE sebesar 241 kgsetting. Jumlah hasil tangkapan ikan tongkol untuk
Bulan April meningkat menjadi 14.100 kg dengan CPUE sebesar 328 kgsetting. Selanjutnya pada Bulan Mei, jumlah tangkapan ikan tongkol meningkat lagi
sebesar 27.490 kg dengan CPUE sebesar 482 kgsetting. Untuk lebih lengkapnya nilai CPUE dan persentase hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 5.
Bulan
19.59 53.15
27.26 100
200 300
400 500
600
Maret April
Mei
CPUE Kgsetting
= CPUE Kgsetting = Persentase dari total tangkapan
Gambar 5 CPUE dan persentase hasil tangkapan Bulan Maret-Mei 2008. Jumlah hasil tangkapan total untuk Bulan Maret sampai Mei 2008 adalah
51.720 kg. Hasil tangkapan terbanyak didapat pada periode Mei, kemudian April dan Maret. Hasil tangkapan untuk tiap-tiap bulannya memiliki perbandingan
sebagai berikut; 19.59 atau sebesar 10.130 kg pada bulan Maret, 27,26 atau sebesar 14.100 kg pada Bulan April, dan 53,15 atau sebesar 27.490 kg pada
Bulan Mei. Pada Gambar 6 terlihat bahwa CPUE secara keseluruhan memiliki
kecenderungan meningkat dari awal bulan. CPUE pada Bulan Maret memiliki nilai terbesar pada tanggal 22 Maret yaitu sebanyak 368 kgsetting dan terendah
pada tanggal 8 Maret yaitu sebanyak 87 kgsetting.
100 200
300 400
6 8
12 14
15 16
20 22
23 26
27 30
Tanggal C
P U
E K
g s
e tt
in g
CPUE Kgsetting
Gambar 6 Catch Per Unit Effort CPUE perhari pada Bulan Maret 2008. Pada Gambar 7 terlihat pola yang fluktuatif. Nilai CPUE terbesar didapat
pada tanggal 27 April sebanyak 398 kgsetting dan nilai yang terkecil sebanyak 150 kgsetting pada tanggal 3 April.
100 200
300 400
2 3
4 7
9 10
13 15
20 22
25 27
Tanggal C
P U
E K
g s
e tt
in g
CPUE Kgsetting
Gambar 7 Catch Per Unit Effort CPUE perhari pada Bulan April 2008. Pada Bulan Mei 2008, nilai CPUE secara keseluruhan cenderung meningkat
hingga akhir bulan. CPUE terbesar didapat pada tanggal 29 Mei sebanyak 980 kgsetting dan nilai terkecil pada tanggal 4 Mei sebanyak 180 kgsetting dengan
nilai rata-rata CPUE sebesar 482 kgsetting Gambar 8.
200 400
600 800
1000
1 2
4 5
9 10
12 13 14
15 17 20 22 25 28 29
Tanggal
C P
U E
k g
s e
tt in
g
CPUE Kgsetting
Gambar 8 Catch Per Unit Effort CPUE perhari pada Bulan Mei 2008.
4.1.2 Ukuran size hasil tangkapan
Panjang ikan tongkol yang tertangkap selama Bulan Maret hingga Mei berkisar antara 24 cm sampai 49 cm. Persentase ukuran ikan layak tangkap yang
didapat pada trip penangkapan nelayan payang periode Bulan Maret - Mei 2008 dapat dilihat pada Gambar 9. Pada Gambar 9 terlihat bahwa hasil tangkapan yang
masuk dalam kategori layak tangkap sebesar 33.618 kg atau 65 dari jumlah total ikan yang tertangkap.
Gambar 9 Persentase total ikan layak tangkap periode Maret-Mei 2008. Penyebaran hasil tangkapan yang masuk ke dalam kategori layak tangkap
pada setiap bulannya disajikan pada Gambar 10. Dari Gambar 10, terlihat bahwa komposisi ikan layak tangkap terbanyak didapatkan pada Bulan Mei sebesar
68.75, kemudian menyusul Bulan Maret dan April dengan nilai persentase masing-masing sebesar 66.67 dan 58.33. Hal ini juga berarti bahwa jumlah
ikan yang masuk kategori tidak layak tangkap terbanyak terdapat pada Bulan April, Maret kemudian menyusul Bulan Mei.
Gambar 10 Persentase ukuran ikan layak tangkap pada Bulan Maret, April dan Mei 2008.
Maret
Layak Tangkap
66.67 Tidak
Layak Tangkap
33.33
April
Tidak Layak
Tangkap 41.67
Layak Tangkap
58.33
Mei
Tidak Layak
Tangkap 31.25
Layak Tangkap
68.75 Tidak
Layak Tangkap
35 Layak
Tangkap 65
Panjang rata-rata ikan tertangkap periode Bulan Maret 2008 disajikan pada Gambar 11. Kisaran ukuran panjang ikan tongkol yang tertangkap berada pada
selang 24 cm sampai 36 cm dengan nilai rata-rata sebesar 30 cm. Ukuran rata-rata ikan tongkol terbesar didapat pada tanggal 26 Maret dan rata-rata ukuran terkecil
pada tanggal 8 Maret.
10 20
30 40
6 8
12 14
15 16
20 22
23 26
27 30
Tanggal P
a n
ja n
g c
m
Gambar 11 Rata-rata ukuran panjang ikan pada Bulan Maret 2008. Rata-rata ukuran panjang ikan tongkol yang tertangkap pada Bulan April
disajikan pada Gambar 12. Kisaran panjang ikan tongkol yang tertangkap berada pada selang 26 cm sampai 42 cm. Nilai rata-rata yang didapat adalah sebesar 32
cm. Rata-rata ukuran panjang ikan terbesar didapat pada tanggal 15 April dan rata-rata terendah pada tanggal 3 April.
10 20
30 40
50
2 3
4 7
9 10
13 15
20 22
25 27
Tanggal P
a n
ja n
g c
m
Gambar 12 Rata-rata ukuran panjang ikan pada Bulan April 2008. Ukuran panjang rata-rata ikan tertangkap pada periode Bulan Mei 2008
disajikan pada Gambar 13. Kisaran panjang ikan tongkol yang tertangkap pada saat tersebut berada pada selang 26 cm sampai 49 cm dengan nilai rata-rata
sebesar 35 cm. Ukuran rata-rata penangkapan tertinggi didapat pada trip penangkapan pada tanggal 28 Mei dan rata-rata ukuran terendah pada tanggal 17
Mei.
10 20
30 40
50
1 2
4 5
9 10
12 13
14 15
17 20 22 25 28 29
Tanggal
P a
n ja
n g
c m
Gambar 13 Rata-rata ukuran panjang ikan pada Bulan Mei 2008.
4.2 Suhu Permukaan Laut
Sebaran suhu permukaan laut di perairan Binuangeun yang didapat melalui pengolahan citra dengan menggunakan software Surfer 8.0 menghasilkan gambar
citra suhu permukaan laut secara jelas dengan pemberian warna pallet yang berbeda pada setiap kisaran suhu yang berbeda. Jumlah gambar citra yang
diperoleh selama penelitian Maret sampai Mei 2008 sebanyak 22 citra yang terdiri dari 7 citra Bulan Maret, 6 citra Bulan April dan 9 citra Bulan Mei. Dari
keseluruhan citra suhu permukaan laut yang diperoleh terlihat bahwa SPL pada Bulan Maret sampai Mei sangat bervariasi mulai dari suhu yang terendah 24
C hingga yang tertinggi yaitu 31
C Gambar 14, Gambar 15, dan Gambar 16. Sebaran SPL pada Bulan Maret berkisar antara 24
C-30 C dengan suhu
dominan antara 24 C-28
C. Pada Bulan ini perairan Binuangeun cenderung didominasi oleh suhu yang dingin yaitu pada tanggal 16 Maret, 22 Maret, 26
Maret dan 30 Maret. Bahkan konsentrasi awan cukup banyak menutupi wilayah penangkapan ikan, khususnya daerah penangkapan Ujungkulon pada tanggal 16
Maret dan 26 Maret, sehingga suhu permukaan laut di daerah tersebut tidak dapat terekam oleh sensor MODIS. Sedangkan pada tanggal 6 Maret, 12 Maret dan 14
Maret frekuensi munculnya suhu hangat lebih sering Gambar 14. Kisaran suhu permukaan laut pada Bulan April berkisar antara 24
C-31 C
dengan suhu dominan berkisar antara 25 C-29
C. Secara keseluruhan sebaran SPL pada daerah penangkapan termasuk hangat yaitu pada tanggal 7 April, 13 April,
15 April dan 27 April. Sedangkan pada tanggal 2 April dan 20 April lokasi penelitian didominasi oleh suhu yang dingin Gambar 15.
Pada Bulan Mei SPL berkisar antara 24 C-31
C dengan SPL dominan 25 C-
29 C. Secara keseluruhan didominasi oleh SPL hangat, karena Bulan Mei sudah
termasuk ke dalam musim timur, sehingga curah hujan yang terjadi cenderung sedikit dibandingkan dengan Bulan Maret dan April musim peralihan yang
masih terpengaruh oleh angin barat dan curah hujan yang tinggi. Perairan Binuangeun yang didominasi oleh suhu hangat pada Bulan Mei terjadi pada
tanggal 2 Mei, 10 Mei, 17 Mei, 22 Mei, 25 Mei, 28 Mei dan 29 Mei. Sebaran SPL yang didominasi oleh suhu dingin terjadi pada tanggal 1 Mei dan 13 Mei Gambar
16.
6 Maret 2008 12 Maret 2008
14 Maret 2008 16 Maret 2008
22 Maret 2008 26 Maret 2008
30 Maret 2008 Gambar 14 Citra sebaran SPL pada Bulan Maret 2008.
2 April 2008 7 April 2008
13 April 2008 15 April 2008
20 April 2008 27 April 2008
Gambar 15 Citra sebaran SPL pada Bulan April 2008.
1 Mei 2008 2 Mei 2008
10 Mei 2008 13 Mei 2008
17 Mei 2008 22 Mei 2008
25 Mei 2008 28 Mei 2008
29 Mei 2008 Gambar 16 Citra sebaran SPL pada Bulan Mei 2008.
4.3 Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Jumlah Hasil Tangkapan