Keadaan geografis dan topografi Keadaan iklim dan musim

Pada awal mula operasi, kapal payang hanya berputar-putar untuk mencari kumpulan ikan target. Pengawas atau fishing master bertugas untuk mengawasi ada atau tidaknya kumpulan ikan target. Tanda-tanda ini dapat terlihat dari beberapa gejala yang tampak di permukaan perairan, seperti burung-burung yang bergerak diarea tertentu dan menukik tajam ke perairan, adanya riak di air, warna perairan yang berbeda dengan daerah sekitarnya. Setelah mendapatkan kumpulan ikan, maka kapal digerakkan untuk mengejar kumpulan ikan tersebut. Juru mudi bertugas untuk mengarahkan kapal untuk mendekati kumpulan ikan. Setelah itu, jaring payang ditebarkan dengan mengitari kumpulan ikan dengan gerakan kapal yang mengitari ikan. Anak buah kapal payang diturunkan untuk menjaga agar ikan tidak meloloskan diri dengan cara menciptakan riak atau memukul permukaan perairan berulang-ulang. Setelah jaring telah terbentang sempurna, jaring segera ditarik oleh para pandega. Penarikan jaring harus bersamaan antara tali selambar kiri dengan tali selambar kanan. Hasil tangkapan diangkat dan dimasukkan ke dalam palka untuk sementara lalu dipilah-pilah, kemudian dimasukkan ke dalam blong-blong sesuai jenisnya.

2.6 Kondisi Umum Daerah Penelitian

2.6.1 Keadaan geografis dan topografi

Binuangeun berada di Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, kabupaten Lebak, provinsi Banten. Secara geografis Binuangeun terletak pada 06 o 50’18’’ LS dan 105 o 52’58’’ BT. Perairan Binuangeun terletak di sebelah selatan propinsi Banten yang berhubungan langsung dengan samudera Hindia. Adapun batas-batas wilayah Binuangeun adalah sebagai berikut : Sebelah Barat : Desa Cikiruh Wetan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang Sebelah Timur : Kecamatan Malimping Sebelah Utara : Desa Cipeudang dan Kecamatan Cibaliung Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Bentuk fisiografi kecamatan Wanasalam mempunyai bentang lahan dengan kemiringan 0 - 15 dengan ketinggian tempat 98 kurang dari 100 m di atas permukaan laut BPPD Lebak 2006.

2.6.2 Keadaan iklim dan musim

Binuangeun terletak pada wilayah beriklim tropis. Curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 2000 - 3000 mm dengan jumlah hari hujan 122 - 130 hari per tahun. Berdasarkan keadaan curah hujannya menurut Schmidt-Ferguson termasuk pada iklim basah BBPD lebak 2006. Musim di Binuangeun dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup dari dua arah yang umumnya dikenal dengan angin barat dan angin timur. Nelayan Binuangeun mengelompokan musim berdasarkan arah angin menjadi 3 tiga musim yaitu, musim barat, musim timur dan musim paliwungan peralihan. Musim barat berlangsung pada Bulan Desember - Februari, musim timur berlangsung pada Bulan Mei - September, dan musim peralihan pada Bulan Maret - April dan Oktober - Nopember. Pada musim barat, angin beritup dari arah barat Ujung Kulon, curah hujan tinggi dan sering terjadi angin kencang yang dapat memicu timbulnya gelombang yang besar. Pada musim timur, angin bertiup dari arah timur Ujung Genteng, angin relatif tenang sehingga tidak menimbulkan gelombang yang besar. Pada musim paliwungan peralihan, arah pergerakan angin tidak menentu, tetapi pada umumnya angin bertiup dari arah selatan samudera.

2.6.3 Unit penangkapan ikan