Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Jumlah Hasil Tangkapan Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Ukuran Panjang

4.3 Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Jumlah Hasil Tangkapan

Berdasarkan uji statistik, didapatkan bahwa suhu permukaan laut tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan tongkol Lampiran 2. Hubungan hasil tangkapan ikan tongkol dengan suhu permukaan laut yang tidak erat tersebut juga dapat terlihat pada Gambar 17. Pada Gambar 17 terlihat bahwa tidak terdapat suatu pola atau trend yang jelas menunjukkan meningkat atau menurunnya hasil tangkapan jika suhu permukaan laut naik atau turun. 500 1000 1500 2000 2500 1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91 97 Waktu Akusisi H a s il T a n g k a p a n K g 5 10 15 20 25 30 35 S u h u P e rm u k a a n L a u t C HT SUHU Gambar 17 Hubungan SPL dengan jumlah hasil tangkapan ikan tongkol setiap setting. Penyebaran hasil tangkapan ikan tongkol dengan suhu permukaan laut disajikan dalam bentuk diagram pencar Gambar 18. Dari Gambar 18 terlihat bahwa ikan tongkol paling banyak tertangkap pada suhu 27 C-29 C. Hal ini mengindikasikan bahwa SPL optimum untuk penangkapan ikan tongkol di perairan Binuangeun pada Bulan Maret-Mei 2008 adalah 27 C-29 C. 500 1000 1500 2000 2500 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 SPL H as il T an g ka p an K g Gambar 18 Diagram pencar SPL dengan jumlah hasil tangkapan ikan tongkol. Suhu Optimum

4.4 Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Ukuran Panjang

Berdasarkan uji statistik, didapatkan bahwa hubungan suhu permukaan laut dengan ukuran panjang ikan tongkol adalah tidak erat Lampiran 3. Namun demikian berdasarkan diagram pencar Gambar 19, terlihat bahwa ikan ukuran besar lebih dominan tertangkap pada suhu 27 C-29 C, sedangkan ikan ukuran kecil lebih dominan tertangkap pada suhu 29 C. 10 20 30 40 50 60 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 SPL P a n ja n g I k a n c m Gambar 19 Diagram pencar SPL dengan ukuran panjang ikan tongkol. Pada Gambar 20 juga terlihat pola atau trend yang menunjukkan bahwa ikan ukuran besar lebih dominan tertangkap pada suhu 27 C-29 C, sedangkan ikan ukuran kecil lebih terkonsentrasi pada suhu 29 C. 10 20 30 40 50 60 1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91 97 Waktu Akusisi P a n ja n g I k a n c m 5 10 15 20 25 30 35 S u h u P e rm u k a a n L a u t C PANJANG SUHU Gambar 20 Hubungan SPL dengan ukuran panjang ikan tongkol setiap setting. ukuran kecil ukuran besar 5 PEMBAHASAN 5.1 Hasil Tangkapan Ikan Tongkol Nilai tangkapan ikan tongkol tertinggi didapat pada Bulan Mei yaitu sebesar 27.490 kg 53,15 dari total tangkapan 51.720 kg dengan CPUE adalah 482 kgsetting, kemudian menyusul Bulan April dengan nilai persentase 27,26 atau sebanyak 14.100 kg dengan nilai CPUE 328 kgsetting dan paling rendah adalah pada Bulan Maret dengan persentase 19.59 dari total hasil tangkapan atau sebesar 10.130 kg dengan angka CPUEnya yaitu 241 kgsetting Gambar 5. Bulan Maret dan April termasuk ke dalam musim peralihan, dimana masih mendapatkan pengaruh angin barat, seperti gelombang tinggi, arus permukaan yang cukup kuat, curah hujan yang tinggi, serta angin kencang yang masih terasa membuat keadaan perairan Binuangeun memiliki iklim cuaca yang buruk. Hal ini mengakibatkan nelayan cenderung tidak berani melakukan penangkapan, sehingga jumlah hasil tangkapan ikan tongkol pada Bulan Maret dan April sedikit dibandingkan dengan Bulan Mei. Di samping itu, saat musim angin kencang ikan akan mencari perairan yang lebih tenang untuk menghindari tekanan tersebut Laevastu and Hayes 1983, sehingga dapat memberi dampak pada ketersediaan ikan tongkol di perairan Binuangeun. Nilai persentase ukuran ikan tongkol yang layak tangkap dapat dilihat pada Gambar 8 yang didapat dari trip penangkapan delapan unit payang periode Bulan Maret sampai Mei 2008 yaitu sebesar 65 atau sebesar 33.618 kg dari total tangkapan 51.720 kg. Hasil tangkapan pada Bulan Maret yang layak tangkap sebesar 66.67, pada Bulan April 58.33 dan pada Bulan Mei sebesar 68.75. Berdasarkan data tersebut berarti sebesar 35 hasil tangkapan ikan tongkol tidak layak tangkap. Hal ini mengindikasikan bahwa dari penangkapan yang dilakukan, menguntungkan secara finansial dan cukup optimum dari aspek lingkungan. Namun dalam upaya optimalisasi yang lebih baik diharapkan peran serta Pemerintah Daerah dan ahli perikanan tangkap untuk membuat suatu regulasi atau kebijakan tentang pengaturan ukuran hasil tangkapan yang layak dan benar-benar dapat memperhatikan penggunaan mata jaring mesh size yang digunakan oleh nelayan payang, karena angka 35 atau sebesar 18.102 kg dari hasil total tangkapan tersebut cukup mengkhawatirkan bagi ketersediaan ikan di perairan secara berkelanjutan.

5.2 Sebaran Temporal dan Spasial SPL di Perairan Binuangeun