Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif

commit to user 93

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Studi Komparasi

Studi dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya kajian; mempelajari Depdikbud, 1990: 860. Dalam skripsi ini studi berarti mempelajari. Komparasi berasal dari bahasa Inggris “comparation” yang artinya perbandingan Depdikbud, 1990: 450, Nana S. Sukmadinata mengemukakan bahwa “Penelitian komparatif diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti” . Sukmadinata, 2005:56 Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud studi komparasi adalah suatu kegiatan untuk mempelajari atau menyelidiki dengan membandingkan dua kelompok sehingga dapat diketahui perbedaannya.

2. Teori-teori Belajar

Dalam pembelajaran menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, terutama dalam pembelajaran kooperatif didasarkan pada beberapa teori. Diantara teori- teori tersebut diantaranya : teori belajar sosial, teori belajar konsep, dan teori belajar konstruktivisme

a. Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori belajar sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Ratna Wilis Dahar, 1989: 27. Teori belajar sosial menerima sebagian besar prinsip-prinsip teori-teori perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat dari perilaku dan pada proses-proses mental internal. Jadi eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Menurut Albert Bandura dalam Gredler 1994:369 pandangan faham belajar sosial, orang tidak didorong oleh tenaga dari dalam, demikian pun tidak commit to user 93 “dipukul” oleh stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungan. Alih-alih fungsi psikologi orang itu dijelaskan sebagai interaksi timbal balik yang terus menerus yang terjadi antara faktor-faktor penentu pribadi dan lingkungan. Asumsi yang menjadi dasar teori belajar sosial yaitu yang pertama, proses belajar menuntut dari si belajar proses kognitif dan ketrampilan pengambilan keputusan. Kedua, belajar ialah hubungan segi tiga yang saing berkaitan antar lingkungan, faktor pribadi dan tingkah laku. Ketiga, belajar menghasilkan pemerolehan kode tingkah laku verbal dan visual yang mungkin diunjukkerjakan, mungkin juga tidak.. Gredler, 1994: 380 Konsep-konsep utama dari teori belajar sosial antara lain: 1 Pemodelan modelling Bandura memperhatikan bahwa penganut-penganut Skinner memberi penekanan pada efek-efek dari konsekuensi- konsekuensi pada perilaku dan tidak mengindahkan fenomena pemodelan, yaitu meniru perilaku orang lain dan pengalaman vicarious, yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain. Ia merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia tidak dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan manusia itu belajar dari suatu model. 2 Fase Belajar Menurut Bandura, ada empat fase belajar dari model, yaitu fase perhatian attetional phase, fase retensi retention phase, fase produksi reproduction phase dan fase motivasi motivational phase. 1. Fase perhatian Fase pertama dalam belajar observasional ialah memberikan perhatian pada suatu model dalam kelas, guru akan memperoleh perhatian dengan menyajikan isyarat-isyarat yang jelas dan menarik. Perhatian siswa juga akan diperoleh dengan menggunakan hal-hal yang baru, aneh atau tak terduga dan dengan motivasi para siswa agar menaruh perhatian. 2. Fase Retensi Belajar observasional terjadi berdasarkan kontinuitas. Dan kejadian kontinuitas yang diperlukan ialah perhatian pada penampilan model dan commit to user 93 penyajian simbolik dari penampilan itu dalam memori jangka panjang. Menurut Bandura: “Observers who code medeled activities into either words, encise labels, or vivid imagery learn and retain behavior better than those who simply observe or are mentally preoccupied with other matters while watch ing” Dari apa yang dikemukakan oleh Bandura di atas, terlihat betapa pentingnya peranan kata-kata, nama-nama atau bayangan yang kuat yang dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang dimodelkan dalam mempelajari dan mengingat perilaku. 3. Fase Reproduksi Dalam fase ini, bayangan imagery atau kode-kode simbolik verbal dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari perilaku yang baru diperoleh. Fase reproduksi mengizinkan model atau intruktur untuk melihat apakah komponen-komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai oleh yang belajar. Perlu disebut pentingnya arti umpan balik yang bersifat untuk memperbaiki dan membentuk perilaku yang diinginkan. Umpan balik ini dapat ditujukan pada aspek-aspek yang benar dari penampilan, tetapi yang lebih penting adalah ditujukan pada aspek-aspek yang salah dari penampilan. Secara cepat memberitahu siswa tentang respon-respon yang tidak tepat sebelum berkembang kebiasaan-kebiasaan yang tidak diinginkan, merupakan pelaksanaan pengajaran yang baik. Umpan balik dalam fase reproduksi merupakan suatu variabel penting dalam perkembangan penampilan ketrampilan yang diajarkan. 4. Fase Motivasi Fase terakhir dalam proses belajar observasional ialah fase motivasi. Para siswa akan meniru suatu model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat demikian mereka akan meningkatkan kemungkinan untuk memperoleh reinforsemen. Dalam kelas, fase motivasi dari observasional kerap kali terdiri atas pujian atau angka untuk penyesuaian dengan model guru. commit to user 93 3 Belajar Vicarious Sebagian besar dari belajar observasional termotivasi oleh harapan bahwa meniru model dengan baik akan menuju pada reinforsemen. Tetapi, ada orang yang belajar dengan melihat orang diberi reinforsemen atau dihukum ketika terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang disebut belajar “vicarious”. 4 Pengaturan Sendiri Konsep penting dalam belajar observasional ialah pengaturan sendiri atau “self regulation”. Dalam teori belajar sosial mengemukakan, bahwa sebagian besar dari kriteria yang kita miliki untuk penampilan kita, kita pelajari, seperti banyak hal-hal yang lain, dari model-model dari dunia sosial kita Ratna Wilis Dahar, 1989:28-31. Apabila kita memperhatikan perilaku model dan menciptakan kode-kode verbal atau kode-kode imagery bagi apa yang kita amati, kita akan belajar dari model itu. Umpan balik untuk memperbaiki, diberikan sebelum fase reproduksi belajar dari model-model, mempunyai efek yang kuat terhadap perilaku. Reinforsemen dan hukuman yang ditimbulkan sendiri secara langsung dan dialami secara vicarious, menentukan sejauh mana perilaku yang baru itu akan ditampilkan.

b. Teori Belajar Konsep

1 Pengertian Konsep Menurut Rosser dalam Ratna Wilis Dahar 1989:80, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan atau hubungan-hubungan yang mewakili atribut-atribut yang sama. Definisi konsep menurut Mulyati Arifin 1995:38 yang menyatakan bahwa sekumpulan pengamatan yang digeneralisasi akan membentuk konsep. Konsep adalah sekumpulan stimuli yang mewakili karakteristik umum, konsep adalah abstraksi fakta atau pengalaman manusia yang tidak mudah berubah karena keadaan. Sedangkan menurut Flavell dalam Ratna Wilis Dahar 1989:79 menyarankan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu : commit to user 93 a Atribut Setiap konsep harus mempunyai sejumlah atribut yang berbeda, contoh-contoh konsep harus mempunyai sejumlah atribut-atribut yang relevan maupun tidak relevan, atribut dapat berupa fisik maupun fungsional. b Struktur Menyangkut cara terkaitnya atau gabungan atribut-atribut. c Keabstrakan Konsep-konsep dapat dilihat dan konkrit, atau konsep itu terdiri dari konsep- konsep yang lain. d Keinklusifan Ditujukan pada jumlah contoh yang terlihat dalam konsep. e Generalisasi Bila diklasifikasikan konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat dan subordinatnya. f Ketetapan Dari suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan dari aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari yang non contoh dari suatu konsep. g Kekuatan Ditentukan oleh sebuah persetujuan tentang pentingnya konsep tersebut. Jadi konsep adalah abstraksi atau maksud yang tetap dari sebuah objek atau kejadian yang digunakan untuk mempermudah komunikasi yang didapat dari proses generalisasi dan berciri mempunyai atribut yang sama. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar yang baik, siswa harus memahami konsep yang dipelajari. 2 Pemahaman Konsep Pemahaman suatu konsep akan menambah daya abstraksi yang diperlukan dalam komunikasi dan sering digunakan untuk menjelaskan karateristik konsep lain Mulyati Arifin, 1995:38, dengan kata lain setiap konsep berhubungan dengan konsep lain. Semua konsep bersama membentuk jaringan pengetahuan didalam kepala manusia. Semakin lengkap, terbagi dan kuat hubungan antar konsep-konsep didalam kepala manusia semakin pandai. commit to user 93 Menurut Ausabel dalam Ratna Wilis Dahar 1989:82 siswa dapat dikatakan memahami konsep jika memenuhi kriteria sebagai berikut: a Nama Siswa dikatakan paham jika mampu menyebutkan nama konsep itu. b Logic Core Yaitu ciri khusus sifat-sifat atau faktor yang mendukung suatu konsep. c Assosiasi Frame Work Yaitu menghubungkan konsep yang satu dengan yang lain. Proses belajar kaitannya dengan proses belajar kimia dianggap sebagai “input” yang berupa faktor-faktor dan konsep kimia, sedangkan “output” berupa kesatuan konseptual dari fakta-fakta dan konsep kimia. Proses belajar pemahaman konsep harus dapat memahami konsep-konsep secara benar, untuk itu diperlukan kemampuan menstruktur konsep-konsep baru dan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar konsep bukanlah belajar menghafalkan definisi tetapi memperhatikan hubungan konsep dengan lainnya kemudian menghubungkan konsep baru tersebut ke dalam struktur pengetahuan mereka. a Mengetahui definisi konsep. b Memahami ciri khusus atau faktor-faktor yang mendukung atau dikenal sebagai atribut yang melekat dan berpengaruh terhadap konsep. c Mampu menghubungkan dan menerapkan konsep tersebut dalam memecahkan masalah. Pemahaman konsep dalam penelitian ini, secara operasional didefinisikan sebagai nilai siswa dalam mengerjakan tes pemahaman konsep ikatan kimia yang disusun peneliti.

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Driver dalam Purwoto 2004:38 konstuktivisme sosial menekankan bahwa belajar menyangkut dimasukkannya seseorang dalam suatu dunia simbolik. Pengetahuan dikonstruksi bila seseorang terlibat secara sosial dalam dialog aktif dengan percobaan dan pengalaman. Dalam konteks ini kegiatan-kegiatan yang dimungkinkan siswa berdialog dan berinteraksi dengan commit to user 93 para ahli akan sangat membantu merangsang untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka. Konstruktivisme menitikberatkan pada persiapan siswa untuk memecahkan permasalahan agar mengkonstruksi kesadaran mereka sendiri untuk menginterprestasikan berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki. Belajar adalah lebih merupakan proses untuk menemukan sesuatu daripada suatu proses mengumpulkan sesuatu. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta- fakta, tetapi suatu perkembangan pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian yang baru. Siswa harus mempunyai pengalaman dengan membuat hipotesa, prediksi, mengetes hipotesa, memecahkan persoalan, mencari jawaban dan lain-lain untuk membentuk konstruksi baru. Setiap siswa mempunyai cara untuk mengerti sendiri dan mempunyai kekhasan, keunggulan dan kelemahannya dalam mengerti sesuatu, mereka akan menemukan cara belajar yang tepat bagi mereka sendiri. Pengetahuan dapat dibentuk secara individual atau sosial. Dalam konstruktivisme belajar terjadi dalam keseluruhan pengalaman dan pengetahuan tidak mempunyai bagian yang terpisah secara fisik dari sistem syaraf. Secara umum guru yang menerapkan pendekatan konstruktivisme sebagai fasilitator, pembimbing dan narasumber dari proses yang terjadi. Guru mengatur lingkungan belajar yang dapat membantu siswa mencapai pemahaman sendiri. Mengajar bukanlah sekedar memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi suatu rangkaian kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan siswa dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersifat kritis dan mengadakan justifikasi. Menurut Bettencourt 1989 dalam Purwoto 2004:39, mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konstuksi kita sendiri. Pada sistem commit to user 93 pengajaran ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bekerjasama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur dan inilah yang disebut pengajaran gotong royong atau cooperative learning Slavin, 2008. Secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme adalah: a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial. b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid itu sendiri untuk menalar. c. Murid aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah. d. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan prasarana agar proses konstruksi siswa berjalan mulus. Paul Suparno, 1997:49. Konstruktivisme sosiologis berpandangan bahwa masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan disamping pentingnya peran dan keaktifan individu dalam membentuk pengetahuannya juga tidak dapat dipungkiri peran masyarakat, orang lain dan lingkungan dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut. Dalam kerangka inilah belajar kelompok menjadi penting. Hilangnya sistem komando hierarki dan berlakunya pola kerja sama network dimana tiap-tiap subsistem akan saling memperkuat, saling memberi dan menerima, memberi manfaat kepada sesama karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Konstruktivisme sosiologis menekankan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan konstruksi sosial bukan konstruksi individual. Kelompok ini menekankan lingkungan, masyarakat dan dinamika pengetahuan Matthews dalam Paul Suparno, 1997:47. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme sosiologis. Salah satu metode pembelajaran yang perlu dikembangkan saat ini adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang teratur sehingga ketergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota commit to user 93 bertanggungjawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya Kessler, 1992:8. Menurut Salvin 2008 yang dikutip Dimyati 1990:243 dikatakan bahwa cooperative learning mempunyai tiga karakteristik, yaitu: a Siswa bekerja dalam tim-tim belajar kecil. b Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok. c Siswa diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi. Pada pembelajaran ini diyakini bahwa keberhasilan peserta didik akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Karena tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian sehingga keberhasilan anggota kelompok mengakibatkan keberhasilan kelompok itu sendiri. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan dari salah satu anggota, maka salah seorang anggota melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil. Slavin, 2008:16-17 Keberhasilan pembaharuan dalam pendidikan merupakan suatu upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh Cece, Djaja dan Tabrani, 1987:33. Pembelajaran konstruktivisme melalui pembelajaran kooperatif sengaja diharapkan dapat menjadi pembaharu dalam dunia pendiidkan yaitu sebagai alternatif jalan keluar dari rendahnya daya serap siswa. Pembelajaran kooperatif menurut Slavin dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu: a Student Teams Achievement Division STAD b Teams Games Tourmet TGT c Team Assisted Individualization TAI d Cooperative Integrated Reading and Competisoin CIRC e Jigsaw Masih ada lagi metode belajar lain yang masih dikembangkan antara lain: a Group Investigation b Learning Together commit to user 93 c Complex Instruction d Structural Dyadic Methods Slavin, 2008:9-11 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran atau pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Dalam teori konstruktivisme peserta didik harus menemukan sendiri dan memecahkan informasi baru dengan aturan dan merevisi apabila aturan-aturan ini tidak sesuai lagi. Sesuai dengan disiplin Ilmu Kimia dimana dalam hal ini perkembangan dalam dunia kimia sangat dinamis maka kondisi seperti ini mutlak diperlukan. Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik diberi kesempatan agar menggunakan suatu strategi dalam belajar secara sadar dan pendidik dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan ke arah yang lebih tinggi. Oleh karena itu, agar peserta didik benar-benar memahami mereka harus bekerjasama untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya. Pembelajaran dalam kelompok kecil ini akan benar-benar mencerminkan belajar kooperatif apabila telah menunjukkan lima prinsip dari ciri inilah yang membedakan dengan kelompok belajar tradisional. Menurut Slavin 2008:2, karena ada 5 prinsip ini maka proses belajar kooperatif akan berhasil, yaitu: a. Adanya Sumbangan dari Ketua Kelompok Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompok, karena ketua kelompok adalah seorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini anggota diharapkan dapat memperhatikan, mempelajari informasi atau penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada anggota kelompok yang merasa belum jelas, walaupun tugas ini juga bisa dilakukan oleh anggota lain. b. Keheterogenan Kelompok Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakang sosial, ataupun tingkat kecerdasannya. commit to user 93 c. Ketergantungan Pribadi yang Positif Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerjasama satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya terlebih dahulu sebelum mereka bekerjasama dengan temannya. d. Ketrampilan Bekerjasama Dalam proses bekerjasama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya, proses yang dibutuhkan disini adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok. e. Otonomi Setiap kelompok mempunyai tugas agar bisa membawa nama kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah setelah melampui tahap kegiatan kelompok, maka mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompoknya. Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu : a Meningkatkan kemampuan siswa. b Meningkatkan rasa percaya diri. c Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian. d Memperbaiki hubungan antar kelompok .Slavin, 2008:2 Tetapi disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu: a Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan. b Bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya akan buruk. Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka dalam kelompok akan terjadi kesenjangan sehingga usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dalam metode kooperatif, setiap siswa saling bekerjasama satu dengan yang lain, berdiskusi dan berpendapat, menilai kemampuan, pengetahuan dan saling mengisi kekurangan anggota lainnya. Apabila dapat diorganisasikan secara commit to user 93 tepat maka siswa akan lebih menguasai konsep yang diajarkan. Bagi siswa yang kurang mampu mereka akan diberi masukan dari teman-teman satu kelompoknya yang lebih mampu. Dan bagi siswa yang mampu, diharapkan dia bisa lebih berkembang dengan menyalurkan pengetahuannya kepada siswa yang kurang mampu.

4. Metode TAI Team Assisted Individualization

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN DAN TANPA INTERACTIVE HANDOUT PADA HASIL BELAJAR SISWA

0 32 263

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Peningkatan Kreativitas Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Siswa K

0 1 17

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ( TAI ) Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization ( TAI ) Dengan Pemanfaatan Media Komik

0 0 18

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ( TAI ) Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization ( TAI ) Dengan Pemanfaatan Media Komik

0 0 13

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY) STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY) DILENGKAPI MEDIA KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH DENGAN MEDIA

0 0 16

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY) Studi Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individually) Dilengkapi Media Power Point Dengan Media Komik Terhadap Hasil B

0 2 18

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY) Studi Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individually) Dilengkapi Media Power Point Dengan Media Komik Terhadap Hasil B

0 0 14