Analisis bilangan iod BSN 2006 Analisis Kadar Karotenoid, Metode Spektrofotometri PORIM 1995 Slip melting point AOCS Official Methods Cc 3-25, 1993

15 W1 = berat alat penyaring setelah dikeringkan g W2 = berat alat penyaring kering g

3. Analisis asam lemak bebas BSN 2006

Sampel CPO dipanaskan pada suhu 60-70°C sambil diaduk hingga homogen. Sampel tersebut ditimbang sebanyak 5 g pada erlenmeyer, 50 ml etanol 95 yang sudah dinetralkan ditambahkan ke dalam erlenmeyer tersebut. Sampel dan etanol kemudian dipanaskan di atas pemanas dan suhunya diatur 40 °C hingga sampel larut semua. Sebanyak 1-2 tetes larutan indikator fenolftalin ditambahkan ke dalam erlenmeyer kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N hingga titik akhir yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda yang stabil minimal 30 detik. Volume NaOH 0.1 N yang terpakai kemudian dicatat. Kadar asam lemak bebas dihitung dengan persamaan 4. Asam lemak bebas = Keterangan : V = volume larutan NaOH 0.1 N yang digunakan ml N = normalitas larutan NaOH yang digunakan W = berat sampel uji g 25.6 = konstanta untuk menghitung kadar asam lemak bebas sebagai asam palmitat.

4. Analisis bilangan iod BSN 2006

Sampel CPO dilelehkan pada suhu 60-70 °C dan diaduk hingga rata. Kemudian sebanyak 0.4-0.6 g dari sampel tersebut ditimbang dalam erlenmeyer bertutup asah 250 ml atau 500 ml. Setelah itu sebanyak 15 ml larutan sikloheksana ditambahkan dengan menggunakan pipet untuk melarutkan larutan uji tersebut. Sebanyak 25 ml larutan Wijs ditambahkan lalu erlenmeyer tersebut ditutup dengan penutupnya, dikocok kemudian disimpan dalam tempatruang gelap selama 30 menit. Setelah itu sebanyak 10 ml larutan KI 10 ditambahkan dengan pipet dan 50 ml air suling. Erlenmeyer ditutup, dikocok sebentar, kemudian dilakukan titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N sampai terjadi perubahan warna dari biru tua menjadi kuning muda. Indikator kanji ditambahkan sebanyak 1-2 ml, kemudian titrasi dilanjutkan sampai warna birunya hilang setelah dikocok kuat-kuat. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama. Bilangan iod dihitung dengan persamaan 5. Bilangan iod = Keterangan : N = normalitas larutan tiosulfat 0.1 N V 2 = volume natrium tiosulfat yang digunakan pada penetapan blanko ml V 1 = volume natrium tiosulfat yang digunakan pada penetapan sampel ml W = berat sampel uji g 12.69 = konstanta untuk menghitung bilangan iod.

5. Analisis Kadar Karotenoid, Metode Spektrofotometri PORIM 1995

Sampel ditimbang sebanyak 0.1 g ke dalam labu takar 25 ml, kemudian ditepatkan hingga tanda tera dengan heksana. Pengenceran dilakukan apabila absorbansi yang diperoleh 4 5 16 nilainya lebih dari 0.700. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 446 nm. Kadar karotenoid dihitung dengan persamaan 4. Karoten ppm = Keterangan: W = Bobot sampel yang dianalisis g As = Absorbansi sampel Ab = Absorbansi blanko

6. Slip melting point AOCS Official Methods Cc 3-25, 1993

Sampel yang telah disaring dilelehkan dan dimasukkan ke dalam tabung kapiler 3 buah setinggi 1 cm. Selanjutnya tabung kapiler disimpan dalam refrigerator pada suhu 4-10 °C selama 16 jam. Tabung kapiler diikatkan pada termometer dan termometer tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml berisi air distilasi sekitar 300 ml. Suhu air dalam gelas kimia diatur pada suhu 8 – 10 °C di bawah titik leleh sampel dan suhu air dipanaskan pelan-pelan dengan kenaikan 0.5 – 1 °Cmenit dengan pengadukan magnetic stirrer. Pemanasan dilanjutkan dan suhu diamati dari saat sampel meleleh sampai sampel naik pada tanda batas atas. Slip melting point dihitung berdasarkan rata-rata suhu dari ketiga sampel yang diamati .

7. Deterioration of Bleachability Index DOBI Ketaren 2008