17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL MUTU MINYAK SAWIT KASAR
Minyak sawit kasar CPO yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT Sinar Meadow Internasional Jakarta, PTPN VIII Banten, PT Wilmar Internasional Riau, dan PTPN XIII
Kalimantan Barat dari perkebunan Gunung Meliau dan Ngabang. Profil mutu minyak sawit kasar meliputi analisis CPO berdasarkan SNI 01-2901-2006, kandungan karoten dan nilai Deterioration
of Bleachability Index
DOBI. Sampel CPO PT. Sinar Meadow, PTPN VIII, PT Wilmar, PTPN VIII kebun Meliau, dan PTPN VIII Kebun Ngabang masing-masing disimbolkan dengan CPO A,
CPO B, CPO C, CPO D, dan CPO E. Analisis mutu CPO dilakukan untuk mengetahui profil mutu minyak sawit kasar yang ada
di Indonesia yang diwakilkan dari lima sampel CPO yang dianalisis. Profil mutu CPO perlu diketahui karena berkaitan dengan harga CPO di pasar internasional dan tahapan pengolahan CPO
selanjutnya.
1. Kadar air dan kotoran
Kadar air dihitung sebagai berat yang hilang akibat pemanasan CPO pada suhu 103°C ± 2°C selama 3 jam. Umumnya air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat
terjadi akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan CPO. Air digunakan sebagai bahan penolong pada ekstraksi minyak, baik dalam bentuk cair maupun dalam bentuk uap. Air
banyak dipakai untuk proses pencucian dan bahan pengisi ketel uap. Uap panas dipakai pada proses sterilisasi, pemanasan, dan sebagai sumber tenaga Ketaren 2008. Air yang terdapat
dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering. Hasil analisis kadar air sampel CPO dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kadar air sampel CPO Standar CPO yang berlaku di Indonesia yang tertuang dalam dokumen SNI 01-2901-
2006 ditetapkan bahwa kadar air dan kotoran CPO maksimal 0.5. Dokumen SNI 01-2901- 1992 memisahkan antara standar maksimum kadar air dan kotoran. Standar kadar air
maksimum sebesar 0.45 dan standar kadar kotoran maksimum 0.05. Pada Gambar 3 dapat dilihat kadar air untuk lima sampel CPO berkisar antara 0.23
– 0.55. Empat sampel 0.23
0.49 0.55
0.38 0.38
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
CPO A CPO B
CPO C CPO D
CPO E
k ad
ar ai
r b
b
Sampel CPO
18 CPO memenuhi nilai standar maksimum kadar air menurut SNI 01-2901-1992 dan hanya
terdapat satu sampel CPO yang tidak memenuhi standar yaitu sampel CPO C. Kadar air memegang peranan penting dalam mutu CPO, kadar air CPO diharapkan
tidak terlalu besar karena hal ini berkaitan dengan reaksi hidrolisis yang dapat terjadi pada CPO dan akan mengakibatkan kerusakan pada CPO. Dalam reaksi hidrolisis minyak akan
diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim. Asam lemak bebas yang terbentuk dari hasil hidrolisis menghasilkan flavour dan bau
tengik pada minyak terutama asam lemak rantai pendek seperti asam butirat dan kaproat Ketaren 2008. Persamaan reaksi hidrolisis minyak oleh air dapat diihat pada Gambar 4.
Faktor yang mempengaruhi kadar air pada CPO antara lain adalah efektifitas pada tahap pengolahan buah sawit menjadi CPO. Tahapan pengolahan yang memegang peranan
penting dalam mengendalikan kadar air CPO yaitu tahap pemurnian minyak Basiron 2005. Pada tahap ini terjadi pemisahan antara air yang secara alami terdapat pada buah dan yang
digunakan pada proses sterilisasi dengan minyakCPO menggunakan prinsip pengendapan dan pengeringan dengan menggunakan vacum dryer.
Gambar 4. Reaksi hidrolis minyak oleh air Ketaren 2008 Kotoran pada CPO mencakup kotoran-kotoran kecil atau serabut yang terdapat pada
CPO dan bahan yang terkandung pada CPO yang tidak larut pada n-heksana. Kadar kotoran menjadi salah satu parameter yang perlu diperhatikan karena CPO umumnya digunakan
sebagai bahan baku dalam industri pangan. Dalam dokumen SNI 01-2901-1992 ditetapkan kadar kotoran maksimum CPO sebesar 0.05.
Berdasarkan hasil analisis lima sampel CPO, kadar kotoran CPO memiliki kisaran antara 0.3-4.84 dengan kadar kotoran terkecil dimiliki oleh sampel CPO A dan kadar
kotoran terbesar dimiliki oleh sampel CPO C. Nilai kadar kotoran lima sampel CPO yang dianalisis berada di atas nilai kadar kotoran dalam syarat mutu SNI 01-2901-1992. Tingginya
kadar kotoran yang dimiliki oleh sampel C bisa disebabkan oleh sumber CPO yang diberikan oleh perusahaan C kemungkinan bukan CPO yang akan digunakan untuk bahan baku industri
pangan tetapi CPO yang akan digunakan untuk bahan baku industri non pangan seperti untuk bahan baku biofuel ataupun untuk bahan baku pelumas. Gambar 5 menunjukkan hasil analisis
kadar kotoran lima sampel CPO.
19 Gambar 5. Kadar kotoran CPO
Standar SNI 01-2901-2006 melakukan penggabungan nilai kandungan maksimal terhadap parameter kadar air dan kadar kotoran. Nilai maksimal yang ditetapkan Badan
Standarisasi Nasional terhadap kedua parameter tersebut yaitu maksimal 0.5. Apabila nilai kedua parameter tersebut digabungkan maka akan didapat nilai kandungan kadar air dan
kadar kotoran seperti yang ditampilkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Kadar air dan kotoran lima sampel CPO Berdasarkan data yang diperoleh kandungan kadar air dan kotoran pada lima jenis
sampel CPO berkisar antara 0.33 sampai 5.39 . Jika mengacu pada standar SNI 01-2901- 2006 hanya satu sampel CPO yang memenuhi standar yaitu sampel CPO A sedangkan empat
sampel CPO lainnya tidak memenuhi standar.
Tingginya kadar air dan kotoran empat sampel CPO tersebut dapat dipengaruhi oleh efektivitas selama proses pengolahan terutama pada tahap pemurnian minyak dan
pengeringan hampa. Pada tahap pemurnian, minyak sawit diendapkan dalam tangki pengendapan. Kotoran dan air yang masih terdapat pada minyak terpisah karena adanya
perbedaan bobot jenis. Bobot jenis minyak lebih kecil daripada bobot jenis air dan kotoran sehingga air dan kotoran akan mengendap dan proses pemisahan dapat dilakukan. Apabila
lama pengendapan terlalu pendek dan suhu dalam tangki pengendapan terlalu rendah maka 0.1
0.2 4.84
0.29 0.3
1 2
3 4
5 6
CPO A CPO B CPO C CPO D CPO E
k ad
ar k
o to
r an
b b
Sampel CPO
0.33 0.69
5.39
0.67 0.68
1 2
3 4
5 6
CPO A CPO B
CPO C CPO D
CPO E
K ad
ar ai
r d
an k
o to
r an
b b
Sampel
20 pemisahan kotoran dan air tidak optimal. Pengeringan dengan pengering hampa dilakukan
setelah kotoran terpisah dari minyak.
2. Kadar