TUJUAN KELAPA SAWIT Kajian mutu minyak sawit kasar dan analisis karakterisrik olein serta stearin sebagai hasil fraksinasinya
2 tahap-tahap pemurnian minyak sawit, terutama dengan penghilangan tahap bleaching. Koreksi ini
menghasilkan minyak sawit yang kaya karotenoid, yang dikenal sebagai minyak sawit merah red palm oil
. Minyak sawit merah adalah minyak sawit yang diperoleh tanpa melalui proses pemucatan bleaching dengan tujuan mempertahankan kadar karotenoid yang terkandung di
dalamnya. Minyak sawit kasar dapat difraksinasi menjadi dua fraksi. Fraksi cair yang dikenal dengan
olein dan fraksi padat atau disebut juga stearin. Fraksi olein sering digunakan sebagai minyak goreng sedangkan fraksi stearin dimanfaatkan menjadi margarin. Fraksi olein yang diperoleh
memiliki kandungan karoten yang lebih tinggi dibanding pada fraksi stearin. Hal ini disebabkan karena karoten diduga lebih bersifat polar daripada trigliserida. Asam lemak tidak jenuh
mempunyai kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan asam lemak jenuh sehingga karoten yang mempunyai ikatan rangkap lebih mudah larut dalam olein yang banyak mengandung asam lemak
tidak jenuh Casiday Frey 2001.
Fraksinasi minyak sawit dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu fraksinasi kering, fraksinasi basah, dan fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Fraksinasi kering lebih disukai
karena biaya operasionalnya lebih rendah, tekniknya lebih sederhana, ramah lingkungan, dan menghasilkan yield
olein paling tinggi diantara metode fraksinasi lain O’Brien 2000. Fraksinasi kering dilakukan melalui dua tahap, yaitu kristalisasi dan separasi. Selain keberhasilan proses
kristalisasi, kondisi separasi yang optimum juga penting agar efisiensi fraksinasi tercapai O’Brien
2000. Untuk memperoleh minyak sawit merah proses fraksinasi dilakukan setelah CPO terlebih
dahulu dimurnikan atau dalam bentuk neutralized deodorized red palm oil NDRPO. Produksi minyak sawit merah akan lebih efisien jika CPO terlebih dahulu difraksinasi kemudian
dimurnikan. Apabila CPO dimurnikan terlebih dahulu baru kemudian difraksinasi akan membutuhkan energi dan bahan kimia yang lebih besar dibanding jika CPO terlebih dahulu
difraksinasi karena masih terdapat stearin yang sebenarnya menjadi bahan samping dalam pembuatan minyak sawit merah. Di lain pihak proses fraksinasi pada CPO lebih sulit dilakukan
karena CPO masih mengandung komponen-komponen minor berupa getah atau lendir-lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, karbohidrat, air, dan resin. Komponen minor tersebut dapat
mengganggu proses pemisahan olein dan stearin Ketaren 1986. Oleh karena itu penentuan kondisi proses fraksinasi CPO penting untuk dilakukan untuk memperoleh olein dan stearin
dengan karakteristik terbaik. Adapun parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas fraksi yang dihasilkan meliputi bilangan iod, kandungan karoten, dan slip melting point.