DOBI Deterioration of Bleachability Index

23 3.11 1.68 1.34 3.06 2.15 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 CPO A CPO B CPO C CPO D CPO E D O B I Sampel Perbedaan kandungan karoten pada masing-masing sampel tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: varietas kelapa sawit, tingkat kematangan buah kelapa sawit, dan pemanasan di unit proses pengolahan kelapa sawit. Selain itu, infrastruktur kebun kelapa sawit yang tidak baik dan cuaca buruk menyebabkan buah kelapa sawit tidak langsung diolah menjadi CPO dapat menurunkan kandungan karoten CPO Hasibuan Harijanto 2008. Penyimpanan CPO ditangki timbun yang terlalu lama juga dapat menyebabkan penurunan kandungan karoten yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena pada tangki timbun tidak bisa dihindari pemanasan yang berulang-ulang pada saat loading ke truk pengangkut dan kapal. Padahal karoten relatif lebih cepat terdegradasi dengan pemanasan yang berlebihan serta pemanasan yang berulang Hasibuan Harijanto 2008.

5. DOBI Deterioration of Bleachability Index

DOBI adalah angka perbandingan serapan CPO pada panjang gelombang 446 nm dan 269 nm Gee 2005. Angka DOBI dapat digunakan sebagai indikator kerusakan CPO akibat oksidasi. Selain itu angka DOBI ini juga digunakan oleh industri yang akan mengolah CPO menjadi minyak goreng untuk menentukan jumlah bleaching earth yang akan digunakan untuk pemucatan CPO sehingga menghasilkan warna yang dapat diterima oleh konsumen minyak goreng Lin 2004. Berdasarkan nilai DOBI, CPO dapat dikelompokkan menjadi lima kelas. CPO dengan angka DOBI 1.68, termasuk ke dalam CPO yang memiliki kualitas buruk. Sementara itu CPO dengan angka DOBI antara 1.78 – 2.30 memiliki mutu yang kurang baik. Kemudian CPO dengan angka DOBI 2.30 – 2.92 mengindikasikan bahwa CPO ini memiliki mutu cukup baik. Angka DOBI 2.93 – 3.23 memperlihatkan indikasi CPO dengan mutu baik, dan angka DOBI di atas 3.24 berarti CPO memiliki kualitas yang sangat baik. Sementara itu negara tujuan ekspor menetapkan angka DOBI CPO yang dapat diterima harus memiliki angka DOBI lebih besar atau sama dengan 2.8 Anonim 2004. Di Indonesia sendiri standar mengenai mutu CPO belum memasukkan nilai DOBI sebagai salah satu parameter dalam menentukan kualitas CPO. Hasil analisis dari kelima sampel CPO yang diuji menunjukkan nilai DOBI seperti pada Gambar 11. Dari hasil analisis didapat nilai DOBI berkisar antara 1.34 –3.11. Hanya ada dua CPO yang memenuhi standar nilai DOBI yaitu sampel CPO A dan CPO D. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai DOBI antara lain: 1 kualitas buah, menyangkut kondisi buah saat dipanen apakah masih dalam kondisi utuh atau banyak mengalami luka karena benturan saat pemanenan, 2 derajat kematangan buah sawit, 3 kondisi saat proses pengolahan buah sawit menjadi CPO, 4 selang waktu antara pemanenan dengan sterilisasi buah sawit, dan 5 suhu serta kondisi penyimpanan CPO Lin 2004. Gambar 11. Nilai DOBI sampel CPO 24

B. PENENTUAN TAHAP FRAKSINASI MINYAK SAWIT KASAR