Perancangan Mesin Separator Pemisah Olein (Minyak Nabati) Dan Stearin (Mentega)-Detergen

(1)

KARYA AKHIR

PERANCANGAN MESIN SEPARATOR

PEMISAHAN OLEIN ( MINYAK NABATI)DAN

STEARIN (MENTEGA) – DETERGEN

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIDI DHARWAN

NIM : 035202023

UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN (DIPLOMA-IV)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM STUDI DIPLOMA-IV FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan hidayahn-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir di

“PT.PAMINA ADOLINA UNIT BELAWAN” dan menyelesaikan laporan ini

dengan sebaiknya.

Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di PT.PAMINA ADOLINA UNIT BELAWAN Pengolahan CPO dan ditambahkan dengan teori yang berhubungan dengan percobaan.

dengan menyelesaikan Karya Akhir ini, penyusun berterima kasih kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab, membantu dan mendukung khususnya kepada:

1. Bapak Ir. Tugiman MT, selaku Dosen Pembimbing selama mengerjakan Karya Akhir.

2. Bapak Ir. Alfian Hamsi Msc. selaku Ketua Program Studi Teknologi Mekanik Industri.

3. Bapak Tulus Burhanuddin ST, MT selaku Sekertaris Program Studi Teknologi mekanik Industri.

4. Bapak Ir. Mulfi Hazwi . Msc. selaku Koordinator Program Studi Teknologi Mekanik Industri.

5. Ibu Norma Pardede yang telah menbimbing penulis selama mengerjakan Karya Akhir di pengolahan minyak Goreng PT.Pamina Adolina Unit Belawan.


(3)

6. Bapak Asron Siregar yang telah menbimbing penulis selama mengerjakan Karya Akhir di pengolahan minyak Goreng PT.Pamina Adolina Unit Belawan.

7. Bapak Mahyuzar Maimun Yang telah mengijinkan Penulis melakukan penelitian di PT.Pamina Adolina Unit Belawan.

8. Ayahanda (Supratno) dan Ibunda (Sulasmi) yang telah banyak memberikan semangat, motivasi kepada penulis.

9. Kakanda ( Dhanny Indrawan, Dudi Dharmawan) dan Adinda ( Dicky S Putra, Dewi Maya Sari, Ardian Permana) yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis

10.Keluarga Besar Markidi yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

11.Rekan – rekan yang telah menbantu dan memberi semangat dalam melakukan dan menyusun laporan Karya Akhir.

Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih belum sempurna, karena masih ada banyak kekurangan baik dari segi ilmu maupun susunan bahasa. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan Karya Akhir ini.

Akhir kata bantuan dan budi baik yang telah penulis dapatkan, menghaturkan terima kasih dan hanya ALLAH SWT yang dapat memberikan limpahan pahala yang setimpal. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis sendiri tentunya.


(4)

Medan, Agustus 2007 Penulis

( Didi Dharwan ) Nim : 035202023


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar ...

Lembar Pengesahan ... Daftar isi ... Daftar Gambar ... Daftar Diagram Alir... Daftar Tabel ... Daftar Litaratur ... Daftar Notasi...

BAB I PENDAHULUAN ...

1.1.Latar Belakang ... 1.2.Batasan Masalah ... 1.3.Tujuan ... 1.4.Manfaat ... 1.4.1 Bagi Mahasiswa ... 1.4.2 Bagi Program Studi ... 1.4.1 Bagi Perusahaan/Instansi ... 1.5.Metodologi Penulisan (Pengumpulan Data) ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1. Separator (Pemisahan) ... 2.1.1. Pemisahan Secara Sentrifugal ...


(6)

2.1.2. Peralatan Pemisahan ... 2.1.3. Gaya Sentripetal yang Berkerja Pada Partikel ... 2.1.4. Kecepatan Pemisahan ... 2.1.5 Daya Pemisahan ... 2.2. Motor Induksi ... 2.2.1. Konstruksi Motor Induksi ... 2.2.2. Prinsip Kerja Motor Induksi ... 2.3. Poros ... 2.3.1 Macam-Macam Poros ... 2.3.2 Penentuan Daya Perencanaan ... 2.3.3 Pemilihan Bahan ... 2.3.4 Perencanaan Diameter Poros ... 2.3.5 Pemeriksaan Kekuatan Poros ... 2.4 Pasak ... 2.4.1 Macam-Macam Pasak... 2.4.2 Hal-Hal Penting Dalam Perencanaan Pasak ... 2.5. Sabuk-V dan Puli ... 2.5.1 Konstruksi Sabuk-V ... 2.5.2 Hal-Hal Dalam Perencanaan V-belt dan Puli ... 2.6. Penentuan Bantalan ... 2.61 Bantalan Pendukung Poros ... 2.6.2. Penentuan Bahan Bantalan ...


(7)

BAB III. PERHITUNGAN DAN ANALISA ...

3.1. Perhitungan Dan Analisa Separator yang Dirancang ... 3.1.1 Analisa gaya Pada Separator ... 3.1.2 Tekanan Pada Separator ... 3.1.3 Kecepatan Pemisahan ... 3.1.4 Daya Pemisahan ... 3.1.5. Analisa dan Perhitungan elektomotor ...

BAB IV. SISTEM MAINTANANCE ...

4.1. Sistem Perawatan Pada Motor ... 4.2. Sistem Perawatan Pada V-Belt dan Puli ... 4.3. Sistem Perawatan As Atau Poros ... 4.4. Sistem Perawatan Pada Bantalan (Bearing) ... 4.5. Sistem Perawatan Bowl Disc ... 4.6. Sistem Perawatan Tangki Separator ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

5.1. Kesimpulan ... 5.2. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL 2.1. faktor koreksi berdasarkan daya yang ditransmisikan ... TABEL 2.2. Batang baja karbon definisi dingin ( standart JIS ) ... TABEL 2.3. Ukuran Sabuk-V ... TABEL 2.4. Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan (mm) . TABEL 2.5.Tekanan yang diizinkan untuk bantalan aksial ...


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Pemisahan dan sendimentasi ... Gambar 2.2. Pemisahan dengan gaya gravitasi ... Gambar 2.4. Separator... Gambar 2.5. Stator motor induksi tiga phasa ... Gambar 2.6. Rotor sangkar ... Gambar 2.7. Konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran kecil ... Gambar 2.8. Pasak... Gambar 2.9. Macam-Macam Pasak ... Gambar 2.10 Konstruksi Sabuk V ... Gambar 2.11. Bantalan ... Gambar 2.12. Analisa Gaya Pada Bantalan Pendukung Poros ... Gambar 3.1.Perbedaan Tekanan Pada Separator ... Gambar 3.2. Ukuran Penampang Sabuk-V ... Gambar 3.3. Bantalan Aksial ...


(10)

DAFTAR TABEL

Hal TABEL 2.1. faktor koreksi berdasarkan daya yang ditransmisikan ... TABEL 2.2. Batang baja karbon definisi dingin ( standart JIS ) ... TABEL 2.3. Ukuran Sabuk-V ... TABEL 2.4. Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan (mm) .. TABEL 2.5.Tekanan yang diizinkan untuk bantalan aksial ...


(11)

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Pemisahan dan sendimentasi

Gambar 2.2. Pemisahan dengan gaya gravitasi Gambar 2.3. Pemisahan sentrifugal sederhana Gambar 2.4. Separator

Gambar 2.5. Stator motor induksi tiga phasa Gambar 2.6. Rotor sangkar

Gambar 2.7. Konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran kecil Gambar 2.8. Pasak

Gambar 2.9. Macam-Macam Pasak Gambar 2.10 Konstruksi Sabuk V Gambar 2.11. Bantalan

Gambar 2.12. Analisa Gaya Pada Bantalan Pendukung Poros Gambar 3.1.Perbedaan Tekanan Pada Separator

Gambar 3.2. Ukuran Penampang Sabuk-V Gambar 3.3. Bantalan Aksial


(12)

DAFTAR DIAGRAM ALIR


(13)

DAFTAR LITARATUR

1. Literatur 1 : Metcalf & Eddy, Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse, 3rd

2. Literatur 2 : Sularso, Elemen Mesin 2, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1994. edition, New York, MacGraw-Hill,Inc,.1991.


(14)

DAFTAR NOTASI

1. F : Gaya yang terjadi pada benda (N)

2. m : Massa ( Kg)

3. a : Percepatan (m.s-3

4.

)

ω

: Kecepatan sudut (rad/det)

5. vt : Kecepatan tangensial (rad/det)

6. ρ : Kerapatan dari fluida (kg/m3

7. P : Tekanan (kg/m

)

2

8.

)

9. Q : Kapasitas aliran (m

P : Daya (Kw)

3

10.

/s)

11.n : Putaran (rpm)

f : frekuensi (Hz)

12.Mp

13.τ

: Momen puntir (kg⋅mm)

g : Tegangan geser izin (kg/mm2

14.σ

)

b : Kekuatan tarik bahan (kg/mm

2

15.C : Konstanta ( kg.mm/(mm

)

2

16.Z : Jumlah Kutub

.s)

17. V : Kecepatan (m/s)

18. D : Diameter (mm)

19.ns

20.n

: Putaran Stator (rpm)

r

21.

: Putaran Rotor (rpm)

µ : Kekentalan (N.s/m2

22.Sf : Faktor Keamanan


(15)

23.Kt

24.d

: Faktor koreksi tumbukan

s

25.C : Jarak Sumbu Poros (mm)


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Karya Akhir merupakan salah satu mata kuliah yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa/i Program Studi Diploma-IV sebelum menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Dimana Karya Akhir yang dimaksud pada kesempatan ini adalah mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan, dan merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi.

1.2 Batasan Masalah

Sesuai dengan judul Karya Akhir yang telah diberikan yaitu studi tentang kerja Mesin Separator di PT. Pamina Adolina Unit Belawan, maka yang menjadi pembahasan utama dalam Karya Akhir adalah tentang Mesin Separator pada stasiun Fraksionasi yang meliputi antara lain :

1. Kerja mesin Separator pada umumnya.

2. Bagian-bagian Mesin Separator dan fungsinya. 3. Pengoprasian Mesin Separator dengan gambar.


(17)

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya Karya Akhir ini adalah :

1. Menyelesaikan masa perkuliahan Program Studi Diploma IV Jurusan Teknologi Mekanik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara.

2. Mengetahui kerja dari Mesin Separator pada stasiun fraksionasi pada PT. Pamina Adolina Unit Belawan pengolahan CPO.

3. Mengetahui proses pengolahan dan produksi Minyak Nabati di PT. Pamina Adolina Unit Belawan.

4. Mengetahui bagian-bagian yang terdapat pada Mesin Separator di stasiun fraksionasi yang akan diolah menjadi Minyak Nabati.

5. Mengetahui tentang cara perawatan dan perbaikan (maintenance) dari Mesin Separator pada stasiun fraksionasi.

6. Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan untuk

digunakan dalam proses perancangan mesin separator sebagai prototipe Karya Akhir nantinya.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi mahasiswa/i

1. Sebagai media untuk mengenal atau memperoleh kesempatan untuk melatih diri dalam melaksanakan berbagai jenis perkerjaan yang ada dilapangan.

2. Sebagai bahan untuk mengenal berbagai aspek ilmu perusahaan baik langsung maupun tidak langsung.


(18)

3. Memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan dalam melakukan perkerjaan atau kegiatan lapangan.

1.4.2 Bagi Program Studi

1. Sebagai sarana untuk memperkenalkan Program Studi Diploma-IV Jurusan Teknologi Mekanik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara, pada lingkungan masyarakat dan perusahaan.

2. Sebagai sarana untuk memperoleh kerja sama antara pihak fakultas dengan perusahaan.

3. Sebagai masukan dari penerapan disiplin ilmu dari kurikulum

tersebut, apakah masih ada relevansinya dengan keadaan dilapangan.

1.4.3 Bagi Perusahaan/Instansi

1. Sebagai bahan bandingan atau usulan bagi perusahaan di dalam usaha menyelesaikan permasalahan diperusahaan.

2. Sebagai bahan untuk mengetahui eksistensi perusahaan dari sudut pandang masyarakat khususnya mahasiswa/i yang melakukan Karya Akhir.

3. Sebagai mitra perusahaan berupa teori ilmu pengetahuan yang

berguna untuk memperbaiki sistem kerja yang lebih baik.

4. Sebagai sumbangan perusahaan didalam peranannya untuk


(19)

1.5 Metodologi Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan Karya Akhir dilakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi :

1. Persiapan dan orientasi

Mempersiapkan hal-hal yang perlu untuk kegiatan penelitian, pengenalan perusahaan, membuat permohonan Karya Akhir, membuat proposal dan konsultasi pada dosen pembimbing.

2. Studi Kepustakaan

Studi litaratur yaitu mempelajari buku-buku karangan ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

3. Peninjauan Lapangan

yaitu melihat langsung keadaan perusahaan, wawancara dengan pimpinan atau staff perusahaan sehingga dapat diperoleh gambaran perusahaan, organisasi dan menejemen dan proses produksi.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akan digunakan penyusunan laporan Karya Akhir dengan cara :

a. Pengamatan langsung terhadap objek

b. Data yang menyangkut tentang perusahaan seperti sejarah berdirinya, lokasi perusahaan, struktur organisasi, sumber bahan buku peralatan produksi serta proses produksi.


(20)

d. Melakukan wawancara dengan pihak mekanik dan ikut serta dalam pengerjaan peralatan produksi yang rusak.

5. Analisa dan Evaluasi Data

Yakni data yang diperoleh dianalisa dan dievaluasi bersama-sama dosen pembimbing.

6. Membuat Draft Laporan

Yaitu membuat penuliasan Draft Karya Akhir sehubungan dengan data yang diperoleh dari perusahaan.

7. Asistensi

Melaporkan hasil penulisan Karya Akhir kepada dosen pembimbing siap untuk diketik dan dijilid.


(21)

Bagan alir persiapan penulisan Karya Akhir

Gambar 1.1 Diagram Alir Pengerjaan Laporan Karya Akhir Persiapan dan orientasi

Studi Kepustakaan

Peninjauan Lapangan

Analisa dan Evaluasi Data

Membuat Draft Laporan

Asistensi


(22)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Separator (Pemisahan)

Separator merupakan elemen utama dalam pembahasan materi ini. Kebanyakan operasi pemisahan padat dan cair dapat diklasifikasikan sebagai pemisahan dua macam bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi terhadap sistem. Kadang – kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh karena berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau oleh karena gaya yang menahan sistem dalam ikatan. Dengan maksud untuk meningkatkan kecepatan pemisahan gaya sentrifusi dapat dipergunakan untuk menekan perbedaan daya terhadap sistem.

Adapun pemisahan yang mempunyai sifat di dalam sistem yaitu berupa homogen dan heterogen dengan cara pemisahan yang meliputi :

1. Jika campuran yang akan dipisahkan bersifat homogen (berupa larutan), pemisahan hanya dapat dilakukan dengan cara penambahan atau penciptaan fasa lain di dalam sistem.

2. Jika campuran bersifat heterogen, pemisahan dapat dilakukan dengan mengeksploitasi perbedaan yang sudah terdapat dalam sistem.

Pemisahan fasa-fasa campuran heterogen harus dilakukan sebelum pemisahan bagian-bagian yang homogennya dipisahkan lebih lanjut, karena biasanya lebih mudah.


(23)

Jenis – jenis sistem heterogen yang terdapat dalam sistem yaitu : a. uap-cair;

b. cair-cair (tak saling larut); c. padat-cair;

d. padat uap; e. padat-padat.

Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang sistem heterogen pada padat-cair .

Pemisahan heterogen dapat dilakukan dengan 4 metode utama yaitu : a. Pengendapan dan Sedimentasi;

b. Flotasi;

c. Pemisahan sentrifugal; dan

d. Filtrasi (penyaringan) dan pengayakan.

a. Pengendapan, merupakan pemisahan (cepat) partikel-partikel dari suatu fluida dengan gaya gravitasi yang bekerja pada partikel-partikel tersebut. Sedimentasi, merupakan pemisahan partikel-partikel padat yang tersuspensi di dalam suatu cairan dengan memanfaat-kan gaya gravitasi, menjadi cairan jernih dan lumpur berkadar padatan lebih tinggi.Terlihat pada gambar 2.1 :


(24)

Keterangan gambar menunjukan bahwa:

a. Kecepatan uap dalam drum pemisah uap-cair harus lebih kecil dari

kecepatan pengendapan tetesan cairan.

b. Kecepatan pengumpanan campuran ke dalam tangki pemisah cair-cair harus cukup kecil sehingga tetes cairan berat tenggelam dan tetes cairan ringan terapung.

c. Pada bilik pemisah padatan-udara, (tinggi vertikal bilik)/(kecepatan pengendapan partikel) harus lebih kecil dari waktu tinggal udara.

b.

Flotasi

Pemisahan berdasarkan gaya berat yang mengeksploitasi sifat permukaan partikel-partikel. Gelembung-gelembung gas (biasanya udara) dibangkitkan di dalam suatu cairan dan menempel pada suatu jenis partikel padat atau tetes cairan tak-larut, hingga partikel-partikel atau tetesan-tetesan termaksud terbawa mengapung ke permukaan cairan. Dapat diterapkan untuk memisahkan campuran padat-padat maupun cair-cair. Penting dalam pemrosesan mineral. Campuran padatan yang akan diolah harus digiling halus agar partikel-partikel zat kimia yang akan di ikatkan (recovered) terbebas dari zat-zat lain.

Zat-zat kimia yang biasa dibubuhkan pada medium flotasi :

1. Modifier : utk mengendalikan pH pemisahan. Yang lazim : asam, kapur, soda api.


(25)

2. Kolektor : reagen tak suka air (water repellent) yang dibubuhkan utk teradsorpsi secara selektif pada permukaan salah satu jenis partikel padat, hingga partikel tsb lebih hidrofobik dan cenderung menempel pada gelembung gas.

3. Aktivator : untuk mengaktifkan afinitas permukaan suatu mineral (yang dikehendaki) pada kolektor.

4. Depressant : zat yang bisa teradsorpsi pada partikel padat yang dikehendaki tertinggal, membuatnya kurang hidrofobik dan tak mau menempel pada gelembung gas.

5. Pembuih (frother) : zat aktif permukaan yang dibubuhkan ke dalam medium flotasi utk menstabilkan buih dan memperlancar pemisahan.

2.1.1 Pemisahan Secara Sentrifugal

Pemisahan sentrifugal dipilih jika pemisahan dengan gaya gravitasi terlalu pelahan, karena :

1. Massa-jenis partikel dan fluida tak jauh berbeda; atau

2. Kecepatan pengendapan kecil karena partikel terlalu kecil; atau

3. Campuran yang hendak dipisahkan membentuk emulsi yang (cukup)

stabil.


(26)

Siklon (dan hidrosiklon) adalah pemisah sentrifugal paling sederhana pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pemisahan sentrifugal sederhana

Pada proses pemisahan yang dilakukan dengan gaya fisik yang berkerja pada partikel atau bahan cair, gaya ini termasuk gaya gravitasi, gaya sentrifusi dan gaya kinetik yang timbul dari aliran. Partikel atau aliran dipisahkan oleh karena perbedaan reaksinya terhadap gaya-gaya tersebut, dan peralatan disusun untuk melakukan peralatan ini. Sebagai contoh, dalam proses pengendapan atau sendimentasi, gaya yang berkerja adalah gaya gravitasi dan partikel-partikel yang dipisahkan oleh karena perbedaan berat jenisnya serta sifat-sifat pengendapan, apabila partikel tersebut dijatuhkan melalui bahan cair.

Pemisahan dikelompokan dalam 4 kelompok yaitu penyaringan, pengendapan, klasifikasi, pemisahan sentrifusi. Penyaringan adalah pemisahan bahan padat dari bahan cair dicapai dengan mengalirkan campuran penembus pori-pori yang cukup halus untuk menahan bahan padat akan tetapi cukup besar


(27)

untuk melakukan bahan cair. Dalam sendimentasi , dua bahan cair yang tidak dapat bercampur yaitu bahan cair dengan bahan padat dipisahkan dengan membiarkan bahan ini dalam keadaan seimbang di bawah pengaruh gaya gravitasi, bahan yang berat terlebih dahulu jatuh dari pada bahan yang ringan. Proses ini mungkin merupakan proses lambat dan selalu dipercepat dengan mempergunakan gaya sentrifusi untuk menigkatkan kecepatan pengendapan, resultante proses pemisahan ini disebut pemisahan sentrifusi.

1. Proses pemisahan secara sentrifusi

Pemisahan dua bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi terhadap komponen. Kadang-kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh karena berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau karena gaya yang menahan komponen dalam ikatan, misalnya sebagai yang terjadi dalam emulsi. Untuk meningkatkan kecepatan pemisahan gaya sentrifusi dapat dipergunakan untuk menekan perbedaan daya terhadap komponen. Gaya sentrifugal pada partikel yang dipaksa untuk berputar melalui sebuah lorong diberikan dengan analogi pada persamaan 2-1 yaitu :

F = m . a (2-1)

Dimana : F = gaya yang terjadi pada benda ( .2

dtk m kg


(28)

m = massa benda ( Kg) a = percepatan benda (m.s-3 dengan;

)

r

a

=

ω

2

.

Dari persamaan 2-1 dapat diasumsikan bahwa gaya sentrifugal yang terjadi pada partikel dengan lintasan lingkaran maka didapat persamaan (2-2):

( 2-2 ) Dimana : fs : gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel untuk

mempertahankan dalam lingkaran lorong (

2

.

dtk m kg

)

r : jari-jari lintasan yang dilewati (mm) m : massa partikel (kg)

ω

: kecepatan sudut partikel (rad/dtk)

Oleh karena; , (2-3)

dan , (2-4)

dimana :vt : kecepatan tangensial partikel (rad/dtk) T : waktu (dtk2)

Gaya sentrifugal tergantung pada jari-jari dan kecepatan putaran pada massa partikel. Apabila jari-jari dan kecepatan putaran tetap, maka faktor yang perlu diperhatikan adalah berat partikel, sehingga bertambah berat partikel, bertambah besar gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel tersebut. Akibatnya apabila dua bahan cair, yang satu dua kali lebih rapat dari yang lain, diletakkan


(29)

dalam keranjang diputar pada sumbu tegaknya pada kecepatan yang tinggi, gaya sentrifugal per satuan isi akan dua kali lebih besar pada bahan cair yang lebih berat daripada bahan cair yang lebih ringan.

Bahan cair yang berat akan menempati lingkaran keliling bagian luar keranjang dan bagian ini menggantikan bahan cairan yang ringan ketengah-tengah.

2.1.2 Peralatan Pemisahan

Bentuk sentrifuse yang paling sederhana terdiri dari sebuah keranjang berputar sekitar sumbu, seperti terlihat pada gambar 2.3. Bahan cair atau bahan cair dan padat dimasukkan kedalam keranjang dan dibawah gaya sentrifugal, bahan cair yang lebih berat atau partikel padat lolos ke daerah terluar keranjang sedangkan komponen yang paling ringan bergerak ke tengah-tengah. Apabila umpan seluruhnya bahan cair maka pipa pengumpulan yang sesuai dapat disusun untuk membiarkan pemisahan komponen yang paling berat dan yang paling ringan. Berbagai susunan dipergunakan untuk menyelesaikan pengumpulan ini secara efektif dan dengan gangguan terhadap pola aliran di dalam mesin semini mungkin. Untuk mendapat pengertian, fungsi susunan pengumpulan selalu lebih menolong untuk memikirkan kerja sentrifusi sebagai analog dengan jatuh bebas, dengan berbagai bendungan dan aksi aliran berlebihan sama seperti dalam tangki pengendapan, meskipun gaya sentrifugal jauh lebih besar dari pada gaya gravitasi. Menentukan jari-jari daerah netral sehingga pipa pemasukan dapat di design sedemikian rupa. Dari gambar 2.3. separator yang menggambarkan keranjang sebuah sentrifuse bahan cair yang tegak dan terus menerus. Umpan


(30)

masuk sentrifus dekat sumbu, bahan cair yang lebih berat keluar melalui lubang atas r1 dan bahan cair lebih ringan keluar melalui lubang atas r2, r1 yaitu pipa

lubang pengeluaran bahan cair yang ringan dan r2 yaitu pipa lubang pengeluaran bahan cair yang lebih ringan.yang terlihat pada gambar 2.3 :

Gambar 2.3.Separator

Jadi, untuk mencari tekanan pada setiap komponen pada jari-jari r2,dan diberikan persamaan 2-5:

g dr dP

2 . .ω2

ρ

= (2-5)

menjadi:

g r r P

P rn

2

) (

.

. 2 2 2

1 2

− =

− ρ ω (2-6)

maka;

g r r P

P rn

2

) ( 2 2

2 1

2

− −


(31)

jadi;

) (

) ( 12 22

B A

B A

n

r r

r

ρ

ρ ρ

ρ − −

= (2-8)

Dimana : rn : jari-jari netral (mm) ρA : Kerapatan minyak (kg/m

3

)

B

ρ : Kerapatan lumpur dan air (kg/m3

r1 : jari-jari pipa keluar padatan dan air (mm) )

r2 : jari-jari pipa keluar minyak (mm)

Dengan kerapatan minyak nabati dan padatan, dapat digunakan persamaan kerapatan fluida per satuan volume yaitu pada persamaan 2-9:

(2-9)

dimana : ρ : Kerapatan fluida (kg/m3 m : massa fluida (kg)

)

V : Volume (m3)

Gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat 2.1.3 Gaya sentripetal yang berkerja pada partikel

tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan dapat dilihat pada gambar 2.4:


(32)

apabila dianalogikan dengan hukum kedua Newton pada persamaan 2-10:

(2-10)

dengan arah menuju pusat lintasan berbentuk bahwa terdapat suatu percepatan sentripetal,pada persamaan 2-11:

(2-11)

Maka gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan seperti pada persamaan 2.12 :

( 2-12)

2.1.4 Kecepatan pemisahan

Sesuai dengan hukum stokes, kecepatan dalam keadaan steady partikel yang bergerak di dlam aliran “streamline” dibawah pengaruh kerja suatu gaya percepatan adalah pada persamaan 2-13 :

µ ρ

ρ )/18 (

2

f p m D a

V = − (2-13)

Pada persamaan ini percepatan a telah menggantikan percepatan gravitasi g. apabila aliran “streamline” terjadi di dalam sentrifusi, persamaan 2-14 dapat ditulis :

2

) 60 2

( n

r

a= π (2-14)


(33)

µ ρ ρ µ ρ ρ π 1640 / ) ( 18 / ) ( ) 60 / 2 ( 2 2 2 2 f P f p m n D n r D V − = − = (2-15)

Dimana : Vm = kecepatan minyak menembus air

2.1.5 Daya Pemisahan

Dalam perencanaan separator dapat dibutuhkan daya pemisahan untuk mendapatkan poros yang akan digunakan nantinya. adapun daya yang dibutuhkan dalam pemisahan adalah seperti persamaan 2-16 :

h

Q

P

=

ρ

.

.

(2-16)

Dimana: P : Daya yang dibutuhkan (Kw) Q : Kapasitas aliran (m3/s)

h : Head loses sepanjang separator ( m )

ρ : Kerapatan minyak nabati (kg/m3) 2.2 Motor Induksi

Motor yang digunakan sebagai elemen pendukung adalah motor induksi. Motor induksi banyak digunakan dalam industri baik skala besar maupun skala kecil karena motor induksi mempunyai konstruksi yang sangat baik, harga yang murah dan mudah dalam pengaturan kecepatannya, stabil ketika berbeban dan mempunyai efisiensi yang tinggi. Motor induksi atau asinkron pada umumnya hanya memiliki satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan stator. Belitan rotornya tidak terhubung langsung dengan sumber tenaga listrik, melaikan belitan ya dieksitasi oeleh induksi dari perubahan medan magnetik yang disebabkan oleh arus pada belitan stator.


(34)

2.2.1 Konstruksi Motor Induksi

Motor induksi terdiri atas dua bagian utama yaitu stator dan rotor. Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk sislinder dan simetris. Diantara rotor dan stator terdapat celah udara yang sempit.

a. Stator

Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang diam yang membawa arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi yang menjadi alur kumparan ( Gambar 2.4 ). Tiap kumparan tersebar dalam beberapa alur yang disebut belitan phasa dimana untuk tiga motor phasa belitan terpisah secara listrik sebesar 120 0. bila stator tersebut dicatu oleh tegangan tiga phasa yang setimbang, maka pada stator tersebut akan muncul suatu medan magnet pada celah yang berputar pada kecepatan serempak yang besarnya ditentukan oleh jumlah kutub (p) dan frekuensi stator (f) yang dirumuskan dalam persamaan ( 2-17) :

p f ns

120

= ( 2-17)

Dimana : ns = putaran sinkron medan stator (rpm)

f = frekuensi (Hz) Z = jumlah kutub

Berikut adalah contoh bagian stator dan belitan dalamnya untuk motor induksi tiga phasa.pada gambar 2.5 :


(35)

Gambar 2.5 Stator motor induksi tiga phasa

b. Rotor

Ada dua jenis belitan rotor yaitu : rotor sangkar bajing ( squirrel cage rotor) atau biasanya disebut rotor sangkar dan rotor belitan ( wound rotor). Rotor jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.6:

Gambar 2.6 Rotor sangkar, (a) Tipikal rotor sangkar

Batangan rotor biasanya terbuat dari tembaga, almunium, magnesium atau logam campuran yang diletakkan pada alur atau slot. jenis rotor standart tidak terisolasi, karena batangan membawa arus yang besar pada tegangan rendah. Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukakan pada gambar 2.7 :


(36)

Gambar 2.7. Konstruksi motor induksi Rotor sangkar ukuran kecil

2.2.2 Prinsip kerja motor Induksi

Motor induksi adalah peralatan pengubah energi elektromekanis, dimana terjadi perubahan energi dari bentuk energi listrik ke energi mekanis. Pengubah energi ini bergantung pada keberadaan fenomena alami magnetik dan medan listrik yang saling berkaitan pada satu sisi dan gaya mekanis. Adapun prinsip kerja motor induksi tiga phasa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Apabila kumparan stator dihubungkan pada sumber tegangan tiga phasa,

maka akan timbul medan putar dengan kecepatan ns yang besarnya

ditunjukkan dalam persamaan 2-17 yaitu:

p f ns

120

= (2-17)

2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2

3. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup maka ggl tersebut akan menghasilkan I.

4. Adanya arus I didalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor.


(37)

5. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator.

6. Perputaran rotor akan semangkin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dan kecepatan rotor

(nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan :

% 100

x n

n n s

s r s

= ( 2-18 )

7. Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan terinduksi pada kumparan rotor akan bervariasi tergantungnya slip. Tegangan induksi ini dinyatakan dengan E2s yang besarnya :

E2s = 4,44 .s .f. N2.φm (2-19)

8. Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir

pada kumparan rotor, dengan demikian tidak akan dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika nr < ns. selain itu kita dapat juga menghitung daya yang

digunakan yaitu sebesar :

ϕ

cos . . . .

3 in in

in V I

p = (2-20)

2.3 Poros

Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran.Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti: kopling, roda gigi, pulley, roda gila, engkol sproket, dll.


(38)

2.3.1 Macam-Macam Poros

Menurut pembebanannya poros diklasifikasikan menjadi: a) Poros Transmisi

b) Poros Spindel

c) Poros Gandar

Dalam perencanaan kopling ini dipilih jenis ‘poros transmisi’. Poros ini mendapat beban puntir murni atau gabungan beban puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley, dll.

Dalam perencanaan poros transmisi ini, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kekuatan Poros

Suatu proses transmisi harus dapat menahan beban seperti: puntiran, lenturan, tarikan dan takanan. Oleh karena itu, poros harus dibuat dari bahan pilihan yang kuat dan tahan terhadap beban-beban tersebut.

b. Kekakuan Poros

Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar, akan mengakibatkan terjadinya getaran dan suara. Oleh karena itu,disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus dipertimbangkan sesuai dengan jenis mesin yang dilayani.

c. Putaran Kritis

Suatu mesin bila putarannya dinaikkan,maka pada harga putaran tertentu akan terjadi getaran yang sangat besar dan disebut putaran kritis. Putaran ini harus dihindari dengan membuat putaran kerja lebih rendah dari putaran kritisnya.


(39)

d. Bahan Poros

Poros transmisi biasa dibuat dari bahan yang ditarik dingin dan difinishing seperti baja karbon yang dioksidasikan dengan ferra silikon dan di cor. Pengerjaan dingin membuat poros menjadi keras dan kekuatannya menjadi besar.

2.3.2 Penentuan Daya Perencanaan

Poros yang akan dirancang adalah poros transmisi yang digunakan untuk memindahkan daya dan putaran sebesar:

P = 76,87 kW n = 7000 rpm

Penentuan daya rencana diperoleh dari persamaan 2-21 :

Pd = fc. N (2-21)

di mana: Pd = daya rencana (kW)

fc = faktor koreksi

Pn = daya nominal keluaran motor penggerak (kW).

Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan sesuai dengan Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan

Daya yang Akan Ditransmisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2

Daya normal 1,0 - 1,5


(40)

Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama dari poros akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan. Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung dari:

(2-22)

di mana: Mp = momen puntir (kg⋅mm)

Pd = daya rencana (kW)

n = putaran (rpm).

2.3.3 Pemilihan Bahan

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang di-finish

dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari Ingot yang di-Kill (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Jenis-jenis baja S-C beserta sifat-sifatnya dapar dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)

Lambang Perlakuan Panas

Diameter (mm)

Kekuatan Tarik (kg/mm2)

Kekerasan

HRC (HRB) HB

S35C-D

Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80

58 – 79 53 – 69

(84) - 23 (73) - 17

- 144 - 216 Tanpa

dilunakkan

20 atau kurang 21 – 80

63 – 82 58 – 72

(87) - 25 (84) - 19

- 160 - 225 S45C-D

Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80

65 – 86 60 – 76

(89) - 27 (85) - 22

- 166 - 238 Tanpa

dilunakkan

20 atau kurang 21 – 80

71 - 91 66 – 81

12 - 30 (90) - 24

- 183 - 253 S55C-D

Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80

72 - 93 67 – 83

14 - 31 10 - 26

- 188 - 260 Tanpa

dilunakkan

20 atau kurang 21 – 80

80 - 101 75 – 91

19 - 34 16 - 30

- 213 - 285

sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin” n

P 10 9,74


(41)

Tegangan geser ijin dari bahan ini diperoleh dari rumus :

(2-23)

dimana: τg = tegangan geser izin (kg/mm2)

σb = kekuatan tarik bahan (kg/mm 2

)

Sf1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan, di mana

untuk bahan S-C besarnya adalah 6,0.

Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, di mana

harganya berkisar antara 1,3 – 3,0.

2.3.4 Perencanaan Diameter Poros

Diameter poros dapat diperoleh dari persamaan 2-24 :

(2-24)

di mana: dp = diameter poros (mm)

τa = tegangan geser izin (kg/mm 2

)

Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar antara 1,5 – 3,0

Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur,

dalam perencanaan ini diambil 1,0 karena diperkirakan tidak akan terjadi beban lentur

Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm). 3

1

  

= t b p

a

p 5,1 K C M

d

τ

2 1

b

Sf Sf

p ⋅

=

σ


(42)

2.3.5 Pemeriksaan Kekuatan Poros

Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian dilakukan dengan memeriksa tegangan geser (akibat momen puntir) yang bekerja pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat ditahan oleh bahan maka poros akan mengalami kegagalan.

Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros diperoleh dari persamaan 2-25:

(2-25)

di mana: τp = tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm 2

) Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm)

dp = diamater poros (mm).

2.4 Pasak

Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. pada poros. Momen diteruskan dari poros ke naf ke poros.

Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh spline dan gerigi yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang sama pada naf dan saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya, gigi pada spline adalah besar-besar, sedang pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak bagi yang kecil pula. Kedua-duanya dapat digeser secara aksial pada waktu meneruskan daya. Pada Gambar 2.8 :

3 p p

d M 16

⋅⋅ = π


(43)

Gambar 2.8. Pasak

2.4.1 Macam – Macam Pasak

Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam sebagai berikut yaitu : Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan atas : pasak pelana, pasak benam, pasak rata, pasak singgung yang umumnya segi empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk primatis atau berbentuk tirus. pasak benam primatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam-macam pasak diatas ada pula pasak tembereng dan pasak jarum (Gambar 2.9).

Pasak luncur memungkinkan pergeseran roda gigi, dan lain-lain pada porosnya, seperti pada spline. yang paling umum dipakai adalah pasak benam yang dapat meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan, dapat dipakai pasak singgung. Dapat dilihat pada gambar 2.9 :


(44)

2.4.2 Hal-Hal Penting Dalam Perencanaan Pasak

Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat dimana terdapat bentuk prismatis dan tirus yang diberi kepala untuk memudahkan pencabutannya. Pada pasak yang rata, sisi sampingnya harus presisi dengan alur pasakagar pasak tidak goyah. untuk pasak umumnya dipilih bahan yang mempunyai kekuatan tarik lebih dari 60 ( kg/mm2), lebih kuat daripada porosnya.

Jika momen rencana dari poros adalah T ( kg.mm), dan diameter poros adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah:

) 2 / (ds

T

F= (2-26)

Gaya geser yang berkerja pada penampang mendatar b x l (mm2 oleh gaya F (kg), dengan demikian tegangan geser yang ditimbulkan adalah:

l b

F k

. =

τ (2-27)

ka τ

Dengan tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2), panjang pasak l1

(mm) yaitu sebesar :

l b

F ka

. ≥

τ (2-28)

2.5 Sabuk-V Dan Puli

Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan roda gigi. dalam hal demikian, cara transmisi atau daya yang lain dapat diterapkan , dimana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan sekeliling pully atau sproket pada poros.


(45)

Transmisi dengan elemen mesin yang luwes dapat digolongkan atas transmisi sabuk, transmisi rantai, dan trasmisi kabel atau tali. Transmisi sabuk dapat dibagi atas tiga kelompok. Dalam kelompok pertama, sabuk rata dipasang pada pully silinder dan meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat sampai 10 (m) dengan perbandingan putaran antara 1/1 sampai 6/1. Dlam kelompok kedua, sabuk dengan penampang trapesium dipasang pada puli dengan alur dan meneruskan momen antara 2 poros yang jaraknya sampai 5 (m) dengan perbandingan putaran antara 1/1 sampai 7/1. Kelompok terakhir terdiri atas sabuk dengan gigi yang digerakkan dengan sproket pada jarak pusat sampai mencapai 2 (m), dan meneruskan putaran secara tepat dengan perbandingan antara 1/1 sampai 6/1.

Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah penanganannya dan harganya pun murah. kecepatan sabuk direncanakan untuk 10 sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum 25 (m/s). daya maksimum yan dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 (kw).

2.5.1 Konstruksi Sabuk-V

Sabuk V terbuat dari karet yang mempunyai penampang trapesium. tenunan tetoran atau semacamnya dipergunakan sebagai sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan daya yang besar pada tengangan yang relatif rendah. hal ini merupakan salah satu keunggulan


(46)

sabuk V dibandingkan dengan sabuk rata. dapat dilihat konstruksi sabuk V pada gambar 2.10. :

Gambar 2.10. Konstruksi Sabuk-V

2.5.2 Perencanaan Sabuk-V dan puli

Pada pemilihan penampang sabuk-V ini dengan menggunakan penampang standar tipe B yang terlihat pada tabel 2.3 terlampir :

Dalam hal perencanaan sabuk-V dan pully dapat ditentukan daya dan putaran (rpm) yang diperlukan terutama menentukan penampang sabuk yang terlihat pada tabel 2.4 :

Tabel 2.4 Ukuran puli-V

Penampang Sabuk-V

Diameter Nominal (diameter lingkaran jarak bagi dp)

(*)

α W* L0 K K0 e f

A 71-100

101-125 126 atau lebih

34 36 38 11,95 12,12 12,30

9,2 4,5 8,0 15,0 10,0

B 125-160

161-200 201 atau lebih

34 36 38 15,86 16,07 16,29

12,5 5,5 9,5 19,0 12,5

C 200-250

251-315 316 atau lebih

34 36 38 21,18 21,45 21,72

16,9 7,0 12,0 25,5 17,0

D 355-450

451 atau lebih

36 38

30,77 31,14

24,6 9,5 15,5 37,0 24,0

E 500-630

631 atau lebih

36 38

36,95 37,45

28,7 12,7 19,3 44,5 29,0

Sumber Tabel: Dasar Perencanaan dan Pemilihan, Sularso, hal 166

Diameter puli yang terlalu kecil akan memperpendek umur sabuk. Dalam Tabel 2.5 diberikan diameter minimum yang dianjurkan dan yang diizinkan menurut jenis sabuk yang digunakan.


(47)

Tabel 2.5 Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan (mm)

Penampang A B C D E

Diameter min. yang diizinkan 65 115 175 300 450

Diameter min. yang dianjurkan 95 145 225 350 550

Dimana putaran puli pengger ak dan yang digerakkan berturut-turut adalah n1 (rpm) dan n2 (rpm), dan diameter nimnal masing- masing adalah dp(mm) dan

Dp (mm), serta perbandingan putaran u dinyatakan dengan n2/n1 atau dp/ Dp karena

sabuk –V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan reduksi I (i>1), di mana

i u dp Dp i n

ni 1

; 1

2 = = = = (2-29)

Kecepatan linier sabuk –v ( m/s) adalah

v

1000 60

1 x dpn

= (2-30)

jarak sumbu poros dapat dihitung dengan persamaan 2-31 :

2 k

k D

d

C = + (2-31)

Maka diameter lingkaran jarak bagi puli dp, Dp (mm) diameter luar puli dk, Dk

(mm) dan diameter naaf dB, DB dapat dilihat pada persamaan 2-32:

Dp = dp x i (2-32)

maka;

dk = dp + 2 x K (2-33)


(48)

jika dB dan DB berturut-turut adalah diameter bos atau naaf puli kecil dan puli

besar ds1 dan ds2 berturut-turut adalah diameter poros penggerak dan yang

digerakkan.

dB ≥ 5/3 ds1 + 10 (mm)

DB≥ 5/3 ds2 + 10 (mm)

Besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk P0 (kw)

diberikan oleh persamaan 2-35 biasanya dipakai untuk sabuk-V standar.

P0 = (dp n){( C1 (dpn)-0,09-(C2/dp)- C3(dpn)2} – C2n x {1 – (1/C5)} (2-35)

dimana C1 sampai C5 adalah konstanta-konstanta.

untuk menyerderhanakan perhitungan, setiap produsen sabuk mempunyai katalog yang berisi daftar untuk memilih sabuk. tabel.2.6. yang terlampir menunjukkan daftar kapasitas dari daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk bila dipakai puli dengan diameter minimum yang dianjurkan.

2.6 Penentuan Bantalan

Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang digunakan untuk

menghubungkan dua elemen mesin lainnya yang saling bergerak satu terhadap yang lain. Pada konstruksi kopling Mitsubishi Kuda digunakan dua jenis bantalan, yaitu:

1. Bantalan pendukung poros, berupa bantalan bola radial untuk menahan poros pada tempatnya.


(49)

2. Bantalan pembebas (release bearing), berupa bantalan bola aksial untuk menekan pegas matahari saat pedal kopling ditekan.

Perancangan kedua bantalan tersebut akan diuraikan dalam bagian berikut.

2.6.1 Bantalan Pendukung Poros

Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros adalah bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal (single row deep groove radial ball bearing), sebanyak dua buah, masing-masing pada kedua ujung poros. Sketsa bantalan pendukung poros ini beserta komponen-komponen lain yang terhubung dengannya ditunjukkan pada gambar 2.11 :

Gambar 2.11 Bantalan

2.6.2 Penentuan Bahan Bantalan

Diagram benda bebas untuk gaya-gaya yang bekerja pada poros dan kedua bantalan pendukungnya diberikan dalam gambar 2.12 :


(50)

Gambar. 2.11 Analisa Gaya Pada Bantalan Pendukung Poros

Bahan poros dan bahan bantalan mempunyai harga tekanan yang diizinkan Seperti yang terlihat pada Tabel 2.8 :

Tabel 2.8 Tekanan yang diizinkan untuk bantalan aksial.

Poros Bantalan Tekanan yang diizinkan

Pa (kg/mm2)

Baja keras Baja keras Baja lunak Baja lunak

Perunggu Besi cor mutu tinggi

Perunggu Besi cor

0,5-0,75 0,5-0,75 0,3-0,4 0,2-0,25

Sumber: Perencanaan dan pemilihan elemen mesin , sularso hal 125.

harga-harga pa diberikan dalam Tabel 2.8. Untuk macam pelumasan biasa,

harga-harga (pv)a adalah 0,17 ( kgm/mm2.s). Untuk pelumasan dengan pompa

minyak 0,4-0,8 kg.m/mm2.s), untuk pelumasan dengan alat pendingin 0,8

(kg.m/mm2.s) atau kurang.


(51)

C N W d

d1 − 2 = . (2-38)

dimana : d1 = Diameter poros (mm)

d2 = Diameter luar bantalan (mm)

W = Berat bowl disc (kg) N = Putaran poros (rpm)

C = Konstanta ( kg.mm/(mm2.s) dapat dilihat pada persamaan 2-39 :

a pv x

C =30000 ( ) (2-39)

a pv)

( = Tekanan yang diizinkan 0,17 [kg.m/mm2.s)]

jadi tekanan yang terjadi pada bantalan aksial pada persamaan 2-40 :

) (

). 4 / (

1000

2 2 2 1 d

d P

− =

π (2-40)

faktor keamanan bantalan aksial dapat dibandingkan dengan tekanan izin bantalan PTerjadi < (pv)a[kg.m/mm2.s)]


(52)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Separator (Pemisahan)

Separator merupakan elemen utama dalam pembahasan materi ini. Kebanyakan operasi pemisahan padat dan cair dapat diklasifikasikan sebagai pemisahan dua macam bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi terhadap sistem. Kadang – kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh karena berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau oleh karena gaya yang menahan sistem dalam ikatan. Dengan maksud untuk meningkatkan kecepatan pemisahan gaya sentrifusi dapat dipergunakan untuk menekan perbedaan daya terhadap sistem.

Adapun pemisahan yang mempunyai sifat di dalam sistem yaitu berupa homogen dan heterogen dengan cara pemisahan yang meliputi :

1. Jika campuran yang akan dipisahkan bersifat homogen (berupa larutan), pemisahan hanya dapat dilakukan dengan cara penambahan atau penciptaan fasa lain di dalam sistem.

2. Jika campuran bersifat heterogen, pemisahan dapat dilakukan dengan mengeksploitasi perbedaan yang sudah terdapat dalam sistem.

Pemisahan fasa-fasa campuran heterogen harus dilakukan sebelum pemisahan bagian-bagian yang homogennya dipisahkan lebih lanjut, karena biasanya lebih mudah.


(53)

Jenis – jenis sistem heterogen yang terdapat dalam sistem yaitu : a. uap-cair;

b. cair-cair (tak saling larut); c. padat-cair;

d. padat uap; e. padat-padat.

Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang sistem heterogen pada padat-cair .

Pemisahan heterogen dapat dilakukan dengan 4 metode utama yaitu : a. Pengendapan dan Sedimentasi;

b. Flotasi;

c. Pemisahan sentrifugal; dan

d. Filtrasi (penyaringan) dan pengayakan.

a. Pengendapan, merupakan pemisahan (cepat) partikel-partikel dari suatu fluida dengan gaya gravitasi yang bekerja pada partikel-partikel tersebut. Sedimentasi, merupakan pemisahan partikel-partikel padat yang tersuspensi di dalam suatu cairan dengan memanfaat-kan gaya gravitasi, menjadi cairan jernih dan lumpur berkadar padatan lebih tinggi.Terlihat pada gambar 2.1


(54)

Keterangan gambar menunjukan bahwa:

a. Kecepatan uap dalam drum pemisah uap-cair harus lebih kecil dari

kecepatan pengendapan tetesan cairan.

b. Kecepatan pengumpanan campuran ke dalam tangki pemisah cair-cair harus cukup kecil sehingga tetes cairan berat tenggelam dan tetes cairan ringan terapung.

c. Pada bilik pemisah padatan-udara, (tinggi vertikal bilik)/(kecepatan pengendapan partikel) harus < waktu tinggal udara.

b.

Flotasi

Pemisahan berdasarkan gaya berat yang mengeksploitasi sifat permukaan partikel-partikel. Gelembung-gelembung gas (biasanya udara) dibangkitkan di dalam suatu cairan dan menempel pada suatu jenis partikel padat atau tetes cairan tak-larut, hingga partikel-partikel atau tetesan-tetesan termaksud terbawa mengapung ke permukaan cairan. Dapat diterapkan untuk memisahkan campuran padat-padat maupun cair-cair. Penting dalam pemrosesan mineral. Campuran padatan yang akan diolah harus digiling halus agar partikel-partikel zat kimia yang akan di ikatkan (recovered) terbebas dari zat-zat lain.

Zat-zat kimia yang biasa dibubuhkan pada medium flotasi :

1. Modifier : utk mengendalikan pH pemisahan. Yang lazim : asam, kapur, soda api.

2. Kolektor : reagen tak suka air (water repellent) yang dibubuhkan utk teradsorpsi secara selektif pada permukaan salah satu jenis partikel padat,


(55)

hingga partikel tsb lebih hidrofobik dan cenderung menempel pada gelembung gas.

3. Aktivator : utk mengaktifkan afinitas permukaan suatu mineral (yang dikehendaki) pada kolektor.

4. Depressant : zat yang bisa teradsorpsi pada partikel padat yang dikehendaki tertinggal, membuatnya kurang hidrofobik dan tak mau menempel pada gelembung gas.

5. Pembuih (frother) : zat aktif permukaan yang dibubuhkan ke dalam medium flotasi utk menstabilkan buih dan memperlancar pemisahan.

2.1.1 Pemisahan Secara Sentrifugal

Pemisahan sentrifugal dipilih jika pemisahan dengan gaya gravitasi terlalu pelahan, karena :

1. Massa-jenis partikel dan fluida tak jauh berbeda; atau

2. Kecepatan pengendapan kecil karena partikel terlalu kecil; atau

3. Campuran yang hendak dipisahkan membentuk emulsi yang (cukup)

stabil.


(56)

Siklon (dan hidrosiklon) adalah pemisah sentrifugal paling sederhana pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pemisahan sentrifugal sederhana

Pada proses pemisahan yang dilakukan dengan gaya fisik yang berkerja pada partikel atau bahan cair, gaya ini termasuk gaya gravitasi, gaya sentrifusi dan gaya kinetik yang timbul dari aliran. Partikel atau aliran dipisahkan oleh karena perbedaan reaksinya terhadap gaya-gaya tersebut, dan peralatan disusun untuk melakukan peralatan ini. Sebagai contoh, dalam proses pengendapan atau sendimentasi, gaya yang berkerja adalah gaya gravitasi dan partikel-partikel yang dipisahkan oleh karena perbedaan berat jenisnya serta sifat-sifat pengendapan, apabila partikel tersebut dijatuhkan melalui bahan cair.

Pemisahan dikelompokan dalam 4 kelompok yaitu penyaringan, pengendapan, klasifikasi, pemisahan sentrifusi. Penyaringan adalah pemisahan bahan padat dari bahan cair dicapai dengan mengalirkan campuran penembus pori-pori yang cukup halus untuk menahan bahan padat akan tetapi cukup besar


(57)

untuk melakukan bahan cair. Dalam sendimentasi , dua bahan cair yang tidak dapat bercampur yaitu bahan cair dengan bahan padat dipisahkan dengan membiarkan bahan ini dalam keadaan seimbang di bawah pengaruh gaya gravitasi, bahan yang berat terlebih dahulu jatuh dari pada bahan yang ringan. Proses ini mungkin merupakan proses lambat dan selalu dipercepat dengan mempergunakan gaya sentrifusi untuk menigkatkan kecepatan pengendapan, resultante proses pemisahan ini disebut pemisahan sentrifusi.

1. Proses pemisahan secara sentrifusi

Pemisahan dua bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi terhadap komponen. Kadang-kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh karena berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau karena gaya yang menahan komponen dalam ikatan, misalnya sebagai yang terjadi dalam emulsi. Untuk meningkatkan kecepatan pemisahan gaya sentrifusi dapat dipergunakan untuk menekan perbedaan daya terhadap komponen. Gaya sentrifugal pada partikel yang dipaksa untuk berputar melalui sebuah lorong diberikan dengan analogi pada persamaan 2-1 yaitu :

F = m . a……….(2-1)

Dimana : F = gaya yang terjadi pada benda ( .2

dt m kg


(58)

m = massa benda ( Kg) a = percepatan benda (m.s-3 dengan;

)

r

a

=

ω

2

.

Dari persamaan 2-1 dapat diasumsikan bahwa gaya sentrifugal yang terjadi pada partikel dengan lintasan lingkaran maka didapat persamaan (2-2):

……….( 2-2 )

Dimana : fs : gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel untuk

mempertahankan dalam lingkaran lorong (

2

.

dt m kg

)

r : jari-jari lintasan yang dilewati (mm) m : massa partikel (kg)

ω

: kecepatan sudut partikel (rad/det)

Oleh karena; , ...(2-3)

dan , ... (2-4)

dimana :vt : kecepatan tangensial partikel (rad/det) T : waktu (det)

Gaya sentrifugal tergantung pada jari-jari dan kecepatan putaran pada massa partikel. Apabila jari-jari dan kecepatan putaran tetap, maka faktor yang perlu diperhatikan adalah berat partikel, sehingga bertambah berat partikel, bertambah besar gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel tersebut. Akibatnya apabila dua bahan cair, yang satu dua kali lebih rapat dari yang lain, diletakkan


(59)

dalam keranjang diputar pada sumbu tegaknya pada kecepatan yang tinggi, gaya sentrifugal per satuan isi akan dua kali lebih besar pada bahan cair yang lebih berat daripada bahan cair yang lebih ringan.

Bahan cair yang berat akan menempati lingkaran keliling bagian luar keranjang dan bagian ini menggantikan bahan cairan yang ringan ketengah-tengah.

2.1.2 Peralatan Pemisahan

Bentuk sentrifuse yang paling sederhana terdiri dari sebuah keranjang berputar sekitar sumbu, seperti terlihat pada gambar 2.3. Bahan cair atau bahan cair dan padat dimasukkan kedalam keranjang dan dibawah gaya sentrifugal, bahan cair yang lebih berat atau partikel padat lolos ke daerah terluar keranjang sedangkan komponen yang paling ringan bergerak ke tengah-tengah. Apabila umpan seluruhnya bahan cair maka pipa pengumpulan yang sesuai dapat disusun untuk membiarkan pemisahan komponen yang paling berat dan yang paling ringan. Berbagai susunan dipergunakan untuk menyelesaikan pengumpulan ini secara efektif dan dengan gangguan terhadap pola aliran di dalam mesin semini mungkin. Untuk mendapat pengertian, fungsi susunan pengumpulan selalu lebih menolong untuk memikirkan kerja sentrifusi sebagai analog dengan jatuh bebas, dengan berbagai bendungan dan aksi aliran berlebihan sama seperti dalam tangki pengendapan, meskipun gaya sentrifugal jauh lebih besar dari pada gaya gravitasi. Menentukan jari-jari daerah netral sehingga pipa pemasukan dapat di design sedemikian rupa. Dari gambar 2.3. separator yang menggambarkan keranjang sebuah sentrifuse bahan cair yang tegak dan terus menerus. Umpan


(60)

masuk sentrifus dekat sumbu, bahan cair yang lebih berat keluar melalui lubang atas r1 dan bahan cair lebih ringan keluar melalui lubang atas r2, r1 yaitu pipa

lubang pengeluaran bahan cair yang ringan dan r2 yaitu pipa lubang pengeluaran bahan cair yang lebih ringan.yang terlihat pada gambar 2.3 :

Gambar 2.3.Separator

Jadi, untuk mencari tekanan pada setiap komponen pada jari-jari r2,dan diberikan persamaan berikut:

g dr dP . .

2

ω ρ

= ...(2-5) menjadi:

g r r P

P

2

) (

.

. 2 22 12

1 2

− =

− ρ ω ...(2-6)

maka;

g r r g

r

rn B n A

2

) (

2

)

( 2 12 2 2 22

2 −

=

− ρ ϖ

ϖ


(61)

jadi;

) (

) ( 12 22

B A

B A

n

r r

r

ρ

ρ ρ

ρ − −

= ………. (2-8)

Dimana : rn : jari-jari netral (mm) ρA : Kerapatan minyak (kg/m

3

)

B

ρ : Kerapatan lumpur dan air (kg/m3

r1 : jari-jari pipa keluar padatan dan air (mm) )

r2 : jari-jari pipa keluar minyak (mm)

Dengan kerapatan minyak nabati dan padatan, dapat digunakan persamaan kerapatan fluida per satuan volume yaitu pada persamaan 2-9:

...(2-9)

dimana : ρ : Kerapatan fluida (kg/m3 m : massa fluida (kg)

)

V : Volume (m3)

Gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat 2.1.3 Gaya sentripetal yang berkerja pada partikel

tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan dapat dilihat pada gambar


(62)

……….(2-10)

dengan arah menuju pusat lintasan berbentuk bahwa terdapat suatu percepatan sentripetal, yaitu:

...(2-11)

Maka gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan

………( 2-12)

2.1.4 Laju pemisahan

Sesuai dengan hukum stokes, kecepatan dalam keadaan steady partikel yang bergerak di dlam aliran “streamline” dibawah pengaruh kerja suatu gaya percepatan adalah

µ ρ

ρ )/18 (

2

f p m D a

V = − ……….(2-13)

Pada persamaan ini percepatan a telah menggantikan percepatan gravitasi g. apabila aliran “streamline” terjadi di dalam sentrifusi, persamaan dapat ditulis :

2 ) 60 2 ( n r

a= π ……….(2-14)

Sehingga µ ρ ρ µ ρ ρ π 1640 / ) ( 18 / ) ( ) 60 / 2 ( 2 2 2 2 f P f p m n D n r D V − = − = ………..(2-15)


(63)

2.1.5 Daya Pemisahan

Dalam perencanaan separator dapat dibutuhkan daya pemisahan untuk mendapatkan poros yang akan digunakan nantinya. adapun daya yang dibutuhkan dalam pemisahan adalah seperti persamaan yaitu:

h

Q

P

=

ρ

.

.

………..(2-16)

Dimana: P : Daya yang dibutuhkan (Kw) Q : Kapasitas aliran (m3/s)

h : Head loses sepanjang separator ( m )

ρ : Berat jenis minyak nabati (kg/m3) 2.2 Motor Induksi

Motor yang digunakan sebagai elemen pendukung adalah motor induksi. Motor induksi banyak digunakan dalam industri baik skala besar maupun skala kecil karena motor induksi mempunyai konstruksi yang sangat baik, harga yang murah dan mudah dalam pengaturan kecepatannya, stabil ketika berbeban dan mempunyai efisiensi yang tinggi. Motor induksi atau asinkron pada umumnya hanya memiliki satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan stator. Belitan rotornya tidak terhubung langsung dengan sumber tenaga listrik, melaikan belitan ya dieksitasi oeleh induksi dari perubahan medan magnetik yang disebabkan oleh arus pada belitan stator.

2.2.1 Konstruksi Motor Induksi

Motor induksi terdiri atas dua bagian utama yaitu stator dan rotor. Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk sislinder dan simetris. Diantara rotor dan stator terdapat celah udara yang sempit.


(64)

a. Stator

Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang diam yang membawa arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi yang menjadi alur kumparan ( Gambar 2.4 ). Tiap kumparan tersebar dalam beberapa alur yang disebut belitan phasa dimana untuk tiga motor phasa belitan terpisah secara listrik sebesar 120 0. bila stator tersebut dicatu oleh tegangan tiga phasa yang setimbang, maka pada stator tersebut akan muncul suatu medan magnet pada celah yang berputar pada kecepatan serempak yang besarnya ditentukan oleh jumlah kutub (p) dan frekuensi stator (f) yang dirumuskan dalam persamaan ( 2-17)

p f

ns=120 ...( 2-17)

Dimana : ns = putaran sinkron medan stator (rpm)

f = frekuensi (Hz) P = jumlah kutub

Berikut adalah contoh bagian stator dan belitan dalamnya untuk motor induksi tiga phasa.


(65)

b. Rotor

Ada dua jenis belitan rotor yaitu : rotor sangkar bajing ( squirrel cage rotor) atau biasanya disebut rotor sangkar dan rotor belitan ( wound rotor). Rotor jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rotor sangkar, (a) Tipikal rotor sangkar

Batangan rotor biasanya terbuat dari tembaga, almunium, magnesium atau logam campuran yang diletakkan pada alur atau slot. jenis rotor standart tidak terisolasi, karena batangan membawa arus yang besar pada tegangan rendah. Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukakan pada gambar 2.6


(66)

2.2.2 Prinsip kerja motor Induksi

Motor induksi adalah peralatan pengubah energi elektromekanis, dimana terjadi perubahan energi dari bentuk energi listrik ke energi mekanis. Pengubah energi ini bergantung pada keberadaan fenomena alami magnetik dan medan listrik yang saling berkaitan pada satu sisi dan gaya mekanis. Adapun prinsip kerja motor induksi tiga phasa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Apabila kumparan stator dihubungkan pada sumber tegangan tiga phasa,

maka akan timbul medan putar dengan kecepatan ns yang besarnya

ditunjukkan dalam persamaan 2-17 yaitu:

p f ns

120

= ... (2-17)

2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2

3. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup maka ggl tersebut akan menghasilkan I.

4. Adanya arus I didalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor.

5. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator.

6. Perputaran rotor akan semangkin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dan kecepatan rotor

(nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan :

% 100

x n

n n s

s r s


(67)

7. Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan terinduksi pada kumparan rotor akan bervariasi tergantungnya slip. Tegangan induksi ini dinyatakan dengan E2s yang besarnya :

E2s = 4,44 .s .f. N2.φm...(2-19)

8. Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir

pada kumparan rotor, dengan demikian tidak akan dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika nr < ns. selain itu kita dapat juga menghitung daya yang

digunakan yaitu sebesar :

ϕ

cos . . . .

3 in in

in V I

p = ...(2-20)

2.3 Poros

Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran.

Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti: kopling, roda gigi, pulley, roda gila, engkol sproket, dll.

2.3.1 Macam-Macam Poros

Menurut pembebanannya poros diklasifikasikan menjadi: a) Poros Transmisi

b) Poros Spindel


(68)

Dalam perencanaan kopling ini dipilih jenis ‘poros transmisi’. Poros ini mendapat beban puntir murni atau gabungan beban puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley, dll.

Dalam perencanaan poros transmisi ini, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kekuatan Poros

Suatu proses transmisi harus dapat menahan beban seperti: puntiran, lenturan, tarikan dan takanan. Oleh karena itu, poros harus dibuat dari bahan pilihan yang kuat dan tahan terhadap beban-beban tersebut.

b. Kekakuan Poros

Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar, akan mengakibatkan terjadinya getaran dan suara. Oleh karena itu,disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus dipertimbangkan sesuai dengan jenis mesin yang dilayani.

c. Putaran Kritis

Suatu mesin bila putarannya dinaikkan,maka pada harga putaran tertentu akan terjadi getaran yang sangat besar dan disebut putaran kritis. Putaran ini harus dihindari dengan membuat putaran kerja lebih rendah dari putaran kritisnya. d. Bahan Poros

Poros transmisi biasa dibuat dari bahan yang ditarik dingin dan difinishing seperti baja karbon yang dioksidasikan dengan ferra silikon dan di cor. Pengerjaan dingin membuat poros menjadi keras dan kekuatannya menjadi besar.


(69)

2.3.2 Penentuan Daya Perencanaan

Poros yang akan dirancang adalah poros transmisi yang digunakan untuk mentransmisikan daya dan putaran sebesar:

N = 125 W n = 2850 rpm

Penentuan daya rencana diperoleh dari rumus Pd = fc. N...(2-21)

di mana: Pd = daya rencana (kW)

fc = faktor koreksi

N = daya nominal keluaran motor penggerak (kW).

Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan sesuai dengan Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan

Daya yang Akan Ditransmisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2

Daya normal 1,0 - 1,5

sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin”

Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama dari poros akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan. Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung dari:

...(2-22)

n P 10 9,74


(70)

di mana: Mp = momen puntir (kg⋅mm)

Pd = daya rencana (kW)

n = putaran (rpm).

2.3.3 Pemilihan Bahan

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang di-finish

dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari Ingot yang di-Kill (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Jenis-jenis baja S-C beserta sifat-sifatnya dapar dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)

Lambang Perlakuan Panas

Diameter (mm)

Kekuatan Tarik (kg/mm2)

Kekerasan

HRC (HRB) HB

S35C-D

Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80

58 – 79 53 – 69

(84) - 23 (73) - 17

- 144 - 216 Tanpa

dilunakkan

20 atau kurang 21 – 80

63 – 82 58 – 72

(87) - 25 (84) - 19

- 160 - 225 S45C-D

Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80

65 – 86 60 – 76

(89) - 27 (85) - 22

- 166 - 238 Tanpa

dilunakkan

20 atau kurang 21 – 80

71 - 91 66 – 81

12 - 30 (90) - 24

- 183 - 253 S55C-D

Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80

72 - 93 67 – 83

14 - 31 10 - 26

- 188 - 260 Tanpa

dilunakkan

20 atau kurang 21 – 80

80 - 101 75 – 91

19 - 34 16 - 30

- 213 - 285

sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin”

Tegangan geser ijin dari bahan ini diperoleh dari rumus : ...(2-23) dimana: τp = tegangan geser izin (kg/mm

2

)

σb = kekuatan tarik bahan (kg/mm 2

)

Sf1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan, di mana

untuk bahan S-C besarnya adalah 6,0.

2 1 b Sf Sf p ⋅ =

σ

τ


(71)

Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, di mana

harganya berkisar antara 1,3 – 3,0.

2.3.4 Perencanaan Diameter Poros

Diameter poros dapat diperoleh dari rumus :

...(2-24)

di mana: dp = diameter poros (mm)

τa = tegangan geser izin (kg/mm 2

)

Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar antara 1,5 – 3,0

Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur,

dalam perencanaan ini diambil 1,0 karena diperkirakan tidak akan terjadi beban lentur

Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm).

2.3.5 Pemeriksaan Kekuatan Poros

Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian dilakukan dengan memeriksa tegangan geser (akibat momen puntir) yang bekerja pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat ditahan oleh bahan maka poros akan mengalami kegagalan.

Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros diperoleh dari:

...(2-25)

3 1

  

= t b p

a

p 5,1 K C M

d

τ

3 p p

d M 16

⋅⋅ = π


(72)

di mana: τp = tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm2)

Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm)

dp = diamater poros (mm).

2.4 Pasak

Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. pada poros. Momen diteruskan dari poros ke naf ke poros.

Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh spline dan gerigi yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang sama pada naf dan saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya, gigi pada spline adalah besar-besar, sedang pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak bagi yang kecil pula. Kedua-duanya dapat digeser secara aksial pada waktu meneruskan daya.


(73)

2.4.1 Macam – Macam Pasak

Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam sebagai berikut yaitu : Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan atas : pasak pelana, pasak benam, pasak rata, pasak singgung yang umumnya segi empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk primatis atau berbentuk tirus. pasak benam primatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam-macam pasak diatas ada pula pasak tembereng dan pasak jarum (Gambar 2.8).

Pasak luncur memungkinkan pergeseran roda gigi, dan lain-lain pada porosnya, seperti pada spline. yang paling umum dipakai adalah pasak benam yang dapat meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan, dapat dipakai pasak singgung. Dapat dilihat pada gambar 2.8 dibawah ini:

Gambar 2.8. Macam-Macam Pasak

2.4.2 Hal-Hal Penting Dalam Perencanaan Pasak

Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat dimana terdapat bentuk prismatis dan tirus yang diberi kepala untuk memudahkan pencabutannya. Pada pasak yang rata, sisi sampingnya harus presisi dengan alur pasakagar pasak tidak goyah. untuk pasak umumnya dipilih bahan yang mempunyai kekuatan tarik lebih dari 60 ( kg/mm2), lebih kuat daripada porosnya.


(74)

Jika momenrencana dari poros adalah T ( kg.mm), dan diameter poros adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah:

) 2 / (ds

T

F= ...(2-26)

Gaya geser yang berkerja pada penampang mendatar b x l (mm2 oleh gaya F (kg), dengan demikian tegangan geser yang ditimbulkan adalah:

l b

F k

. =

τ ...(2-27)

ka τ

Dengan tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2), panjang pasak l1

(mm) yaitu sebesar :

l b

F ka

. ≥

τ ...(2-28)

2.5 Sabuk-V Dan Puli

Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan roda gigi. dalam hal demikian, cara transmisi atau daya yang lain dapat diterapkan , dimana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan sekeliling pully atau sproket pada poros.

Transmisi dengan elemen mesin yang luwes dapat digolongkan atas transmisi sabuk, transmisi rantai, dan trasmisi kabel atau tali. Transmisi sabuk dapat dibagi atas tiga kelompok. Dalam kelompok pertama, sabuk rata dipasang pada pully silinder dan meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat sampai 10 (m) dengan perbandingan putaran antara 1/1 sampai 6/1. Dlam kelompok kedua, sabuk dengan penampang trapesium dipasang pada puli dengan alur dan meneruskan momen antara 2 poros yang jaraknya sampai 5 (m) dengan perbandingan putaran antara 1/1 sampai 7/1. Kelompok terakhir terdiri atas sabuk


(75)

dengan gigi yang digerakkan dengan sproket pada jarak pusat sampai mencapai 2 (m), dan meneruskan putaran secara tepat dengan perbandingan antara 1/1 sampai 6/1.

Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah penanganannya dan harganya pun murah. kecepatan sabuk direncanakan untuk 10 sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum 25 (m/s). daya maksimum yan dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 (kw).

2.5.1 Konstruksi Sabuk-V

Sabuk V terbuat dari karet yang mempunyai penampang trapesium. tenunan tetoran atau semacamnya dipergunakan sebagai sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan daya yang besar pada tengangan yang relatif rendah. hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk V dibandingkan dengan sabuk rata. dapat dilihat konstruksi sabuk V pada gambar 2.9. dibawah ini :


(76)

2.5.2 Perencanaan Sabuk-V dan pulli

Pada pemilihan penampang sabuk-V ini dengan menggunakan penampang standar tipe B yang terlihat pada tabel 2.3 berikut :

Penampang A

Tabel 2.3. Sabuk-V Standar (bertanda *)

Penampang B 13 14 15 16 *17 *18 *19 *20 *21 *22 *23 *24 *25 *26 *27 *28 *29 *30 *31 *32 *33 *34 *35 *36 *37 *38 *39 *40 *41 *42 *43 *44 *45 *46 *47 *48 *49 *50 *51 *52 *53 *54 *55 *56 *57 *58 *59 *60 *65 *66 *67 *68 *69 *70 *71 *72 *73 *74 *75 *76 *77 *78 *79 *80 *81 *82 *83 *84 *85 *86 *87 *88 *89 *90 *91 *92 *93 *94 *95 *96 *97 *98 *99 *100 101 *102 103 104 *105 106 107 *108 109 *110 111 *112 117 *118 119 *120 121 *122 123 124 *125 126 127 *128 129 *130 131 132 133 134 *135 136 137 138 139 *140 141 142 143 144 *145 146 147 148 149 *150 151 152 153 154 *155 156 157 158 159 *160 161 162 163 164 16 17 18 19 20 21 22 23 24 *25 *26 *27 *28 *29 *30 *31 *32 *33 *34 *35 *36 *37 *38 *39 *40 *41 *42 *43 *44 *45 *46 *47 *48 *49 *50 *51 *52 *53 *54 *55 *56 *57 *58 *59 *60 *61 *62 *63 *68 *69 *70 *71 *72 *73 *74 *75 *76 *78 *79 *80 *81 *82 *83 *84 *85 *86 *87 *89 *90 *91 *92 *93 *94 *95 *96 *97 *98 *99 *100 101 *102 103 104 *105 106 107 *108 109 *110 111 *112 113 114 *115 116 117 *122 123 *124 125 *126 127 *128 129 *130 131 *132 134 *135 136 *137 138 *139 140 *141 142 *143 145 *146 *147 148 *149 150 *151 152 *153 154 *155 156 *157 158 *159 160 *161 162 *163 164 *165 166 *167 168 *169 170 *171


(77)

Dalam hal perencanaan sabuk-V dan pully dapat ditentukan daya dan putaran (rpm) yang diperlukan terutama menentukan penampang sabuk yang terlihat pada tabel 2.4 yaitu

Tabel 2.5 Ukuran puli-V

Penampang Sabuk-V

Diameter Nominal (diameter lingkaran jarak bagi dp)

(*)

α W* L0 K K0 e f

A 71-100

101-125 126 atau lebih

34 36 38 11,95 12,12 12,30

9,2 4,5 8,0 15,0 10,0

B 125-160

161-200 201 atau lebih

34 36 38 15,86 16,07 16,29

12,5 5,5 9,5 19,0 12,5

C 200-250

251-315 316 atau lebih

34 36 38 21,18 21,45 21,72

16,9 7,0 12,0 25,5 17,0

D 355-450

451 atau lebih

36 38

30,77 31,14

24,6 9,5 15,5 37,0 24,0

E 500-630

631 atau lebih

36 38

36,95 37,45

28,7 12,7 19,3 44,5 29,0

Sumber Tabel: Dasar Perencanaan dan Pemilihan, Sularso, hal 166

Diameter puli yang terlalu kecil akan memperpendek umur sabuk. Dalam Tabel 2.6 diberikan diameter minimum yang dianjurkan dan yang diizinkan menurut jenis sabuk yang digunakan.

Tabel 2.6 Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan (mm)

Penampang A B C D E

Diameter min. yang diizinkan 65 115 175 300 450

Diameter min. yang dianjurkan 95 145 225 350 550

Dimana putaran puli pengger ak dan yang digerakkan berturut-turut adalah n1 (rpm) dan n2 (rpm), dan diameter nimnal masing- masing adalah dp(mm) dan

Dp (mm), serta perbandingan putaran u dinyatakan dengan n2/n1 atau dp/ Dp karena

sabuk –V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan reduksi I (i>1), di mana


(78)

i u dp Dp i n

ni 1

; 1

2 = = = = ………(2-29)

Kecepatan linier sabuk –v ( m/s) adalah

v

1000 60

1 x dpn

= ………(2-30)

jarak sumbu poros dapat dihitung dengan persamaan :

2 k

k D

d

C = + ...(2-31)

Maka diameter lingkaran jarak bagi puli dp, Dp (mm) diameter luar puli dk, Dk

(mm) dan diameter naaf dB, DB dapat dilihat pada persamaan berikut:

Dp = dp x i...(2-32)

maka;

dk = dp + 2 x K...(2-33)

Dk = Dp +2 x K...(2-34)

jika dB dan DB berturut-turut adalah diameter bos atau naaf puli kecil dan puli

besar ds1 dan ds2 berturut-turut adalah diameter poros penggerak dan yang

digerakkan , maka dapat dilihat pada persamaan dB ≥ 5/3 ds1 + 10 (mm)

DB≥ 5/3 ds2 + 10 (mm)

Besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk P0 (kw)

diberikan oleh persamaan berikut ini biasanya dipakai untuk sabuk-V standar.

P0 = (dp n){( C1 (dpn)-0,09-(C2/dp)- C3(dpn)2} – C2n x {1 – (1/C5)}...(2-35)


(1)

1.

Metcalf & Eddy, Wastewater Enginerring Tereatment Disposal Reuse, 3

rd

2.

Sularso, Element Mesin 2, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1994.

edition, new york, MacGraw-Hill, Inc,. 1991.

3.

Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Bandung, Penerbit ITB, 1991.

4.

Earle,R.L, Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan, Penerbit Sastra

Hudaya, 1969.


(2)

Daftar Tabel 1. Sabuk-V Standar (bertanda *)

Penampang A Penampang B 13 14 15 16 *17 *18 *19 *20 *21 *22 *23 *24 *25 *26 *27 *28 *29 *30 *31 *32 *33 *34 *35 *36 *37 *38 *39 *40 *41 *42 *43 *44 *45 *46 *47 *48 *49 *50 *51 *52 *53 *54 *55 *65 *66 *67 *68 *69 *70 *71 *72 *73 *74 *75 *76 *77 *78 *79 *80 *81 *82 *83 *84 *85 *86 *87 *88 *89 *90 *91 *92 *93 *94 *95 *96 *97 *98 *99 *100 101 *102 103 104 *105 106 107 117 *118 119 *120 121 *122 123 124 *125 126 127 *128 129 *130 131 132 133 134 *135 136 137 138 139 *140 141 142 143 144 *145 146 147 148 149 *150 151 152 153 154 *155 156 157 158 159 16 17 18 19 20 21 22 23 24 *25 *26 *27 *28 *29 *30 *31 *32 *33 *34 *35 *36 *37 *38 *39 *40 *41 *42 *43 *44 *45 *46 *47 *48 *49 *50 *51 *52 *53 *54 *55 *56 *57 *58 *68 *69 *70 *71 *72 *73 *74 *75 *76 *78 *79 *80 *81 *82 *83 *84 *85 *86 *87 *89 *90 *91 *92 *93 *94 *95 *96 *97 *98 *99 *100 101 *102 103 104 *105 106 107 *108 109 *110 111 *112 *122 123 *124 125 *126 127 *128 129 *130 131 *132 134 *135 136 *137 138 *139 140 *141 142 *143 145 *146 *147 148 *149 150 *151 152 *153 154 *155 156 *157 158 *159 160 *161 162 *163 164 *165 166


(3)

Daftar Tabel 1 Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal, Po (kW)

Putaran

Puli

Kecil

(rpm)

Penampang A

Merek

Merah

standar

Harga tambahan karena perbandingan

putaran

67

mm

100

mm

67

mm

100

mm

1,.25-1,34 1,35-151

1,52-1,99

2,00

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

0,15

0,26

0,35

0,44

0,52

0,59

0,66

0,72

0,31

0,55

0,77

0,98

1,18

1,37

1,54

1,71

0,12

0,21

0,27

0,33

0,39

0,43

0,48

0,51

0,26

0,48

0,67

0,84

1,00

1,16

1,31

1,43

0,01

0,04

0,05

0,07

0,08

0,10

0,12

0,13

0,02

0,04

0,06

0,08

0,10

0,12

0,13

0,15

0,02

0,04

0,07

0,09

0,11

0,13

0,15

0,18

0,02

0,05

0,07

0,10

0,12

0,15

0,18

0,20

Putaran

Puli

Kecil

(rpm)

Penampang B

Merek

Merah

standar

Harga tambahan karena perbandingan

putaran

118

mm

150

mm

118

mm

150

mm

1,.25-1,34

1,35-151

1,52-1,99 2,00

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

0,51

0,90

1,24

1,56

1,85

2,11

2,35

2,67

0,77

1,38

1,93

2,43

2,91

3,35

3,75

4,12

0,43

0,74

1,00

1,25

1,46

1,65

1,83

1,98

0,67

1,18

1,64

2,07

2,46

2,82

3,14

3,42

0,04

0,09

0,13

0,18

0,22

0,26

0,31

0,35

0,05

0,10

0,15

0,20

0,26

0,31

0,36

0,41

0,06

0,12

0,18

0,23

0,30

0,35

0,41

0,47

0,07

0,13

0,20

0,26

0,33

0,40

0,46

0,53

Sumber tabel dasar perencanaan dan pemilihan, elemen mesin,

sularso, hal 172


(4)

(5)

(6)