kepada pengakuan akan martabat manusia. Diawal deklarasi disebutkan “Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang
sama serta tak terasingkan dari semua anggota masyarakat merupakan dasar untuk kebebasan, kea
dilan, dan perdamaian di dunia”. Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia ini memiliki perbedaan
mendasar dari deklarasi sebelumnya. Louis Henkin dan James W. Nickel dalam making senses of Human Rihgt 1996 menyebutkan bahwa manifesto Hak Asasi
Manusia Mutakhir telah melunakkan individualisme dalam teori-teori klasik mengenai hak kodrati sebagai hak yang berasal dari Tuhan, dan lebih
menekankan sifat persamaan egaliterianisme. Setelah ini, penegakan HAM menjadi semakin gencar di seluruh dunia dan HAM telah mengalami dapat
dipahami oleh masyarakat dunia.
5
B. Pengertian Hak Asasi Manusia
Secara umum, istilah hak asasi manusia sering dinamai dengan hak yang melekat pada diri manusia sejak lahir.
6
Miriam Budiarjo mengatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang diperoleh dan dibawanya
bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat.
7
Banyak ahli memaparkan mengenai pengertian HAM. Menurut pendapat Jan Materson dari Komisi HAM PBB, dalam Teaching Human Rights, United
5
http:kasmanpost.blogspot.com200702sejarah-ham. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2016, pukul 19.30 WIB.
6
Eggi Sudjana, Ham dalam perspektif Islam, Mencari Universalitas HAM bagi Tatanan Modernitas yang Hakiki, Jakarta: Nuansa Madani, 2000 h. 3.
7
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2000 h. 120.
Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa “Human
rights could be generally defined as those rights which are inherent in our nature and without which can not live as human being
” hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia.
8
Gunawan Setiardjo memberikan pengertian tentang Hak Asasi Manusia, yakni hak-hak yang melekat pada manusia berdasarkan kodratnya. Jadi hak-hak
yang dimiliki sebagai manusia dan HAM harus dipahami dan dimengerti secara universal. Memerangi atau menentang keuniversalan HAM berarti memerangi dan
menentang HAM.
9
Sedangkan Darwin Prinst, memberikan rumusan HAM sebagai hak yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan memberi manusia kemampuan
membedakan yang baik dengan yang buruk akal budi. Akal budi itu membimbing manusia menjalankan kehidupannya.
10
Dalam ketentuan umum UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1, yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhlukTuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
8
Azyumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani, Jakarta: Tim ICCE UIN Jakarta, 2003, h. 200.
9
A.Gunawan Setiardjo, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila, Yogyakarta: Kanisius, 1993 h. 71.
10
Darwin Prinst, Sosialisasi dan Diseminasi Penegakkan Hak Asasi Manusia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001 h. 8.
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
11
Pada hakikatnya, HAM terdiri dari dua hak fundamental, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Dan dari kedua hak tersebut lahir hak-hak lain
yang sifatnya turunan, atau tanpa keduanya hak-hak turunan tersebut sulit untuk ditegakkan. Adapun hak-hak turunan tersebut adalah meliputi segala hak-hak
dasar hak hidup, hak berpendapat, hak beragama dan hak penghidupan yang layak, ditambah dengan hak persamaan di muka hukum, hak milik, hak
memperoleh kecerdasan intelektual. Faktor hak persamaan ini menyebabkan tumbuh subur dan cepat menyebar
ke berbagai pelosok dunia, termasuk ke Negara Indonesia. Untuk memahami manusia bukanlah hal yang mudah, oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang
komperehensif baik dari aspek religius, sosiologis, politis, sosial, budaya, historis dan lain sebagainya.
Menurut Marcel A. Boisard, untuk mempelajari manusia baik dalam keadaan tetap maupun berubah, individual maupun kolektif, paling tidak ada tiga
pendekatan: pertama, seseorang dapat menyelidiki manusia dalam hakikatnya yang murni dan esensial, ini merupakan pendekatan yang dilakukan oleh para
filosuf. Kedua, seseorang dapat menyelidiki manusia dengan mencurahkan segala
perhatiannya kepada prinsip-prinsip ideologis dan spritual yang mengatur perilaku manusia dan mengatur pembentukan personality-nya dalam menjalani kehidupan
11
Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
sehari-hari. Cara kedua ini dalam prakteknya digunakan oleh ahli moral dan sosiolog.
Ketiga, pendekatan yang ketiga ini pada dasarnya lebih ditekankan dengan mengambil konsep tentang manusia sendiri. Yakni, aksentuasi penyelidikan ini
dilakukan dengan pengamatan-pengamatan tentang lembaga-lembaga etika dari yuridis dan secara langsung maupun tidak langsung telah terbentuk dari
pengalaman-pengalaman historis dan sosial kemasyarakatan.
12
Yang dapat digunakan sebagai pegangan tentang hak asasi manusia itu antara lain:
1. Hak Asasi Manusia itu sebagai ilmu pengetahuan yang tersusun secara
sistematis atas dasar kekuatan pemikiran. 2.
Hak Asasi Manusia itu sebagai suatu disiplin yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi.
3. Hak Asasi Manusia itu sebagai kaidah yaitu pedoman atau patokan
perilaku yang pantas atau diharapkan. 4.
Hak Asasi Manusia itu sebagai tata hukum yakni struktur atau proses seperangkat kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan
tempat tertentu serta bentuk tertulis. 5.
Hak Asasi Manusia sebagai petugas yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat dengan pengakuan hukum.
6. Hak Asasi Manusia sebagai keputusan penguasa yakni hasil proses
diskresi.
12
Marcel A. Boisard, Humanisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980 Cet I, h. 92.