78 b. Menguji kebenaran dari uji hipotesis yang telah dihitung dengan cara
membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam “r” tabel pada taraf signifikan 5. Sebelumnya harus
terlebih dahulu menghitung degrees of freedom Df atau derajat bebasnya dengan menggunakan rumus:
Df = N – nr
= 50 – 2
= 48
Diperoleh df
sebesar 48
kemudian dikonsultasikan
dengan menggunakan “r” tabel pada taraf signifikan 5 yang nilainya sebesar
0,284. Kemudian membandingkan antara r
xy
= 0,484 r
tabel
= 0,284 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
“terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian hijab syar‟i terhad
ap interaksi dengan lawan jenis”.
2. Koefisien Determinasi
Langkah selanjutnya untuk dapat mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan variabel X terhadap variabel Y, maka harus
dilakukan perhitungan koefisien yang disebut koefisien determinasi dengan menggunakan rumus:
KD = r
2
x 100 = 0,484
2
x 100 = 0,234 x 100
= 23,4
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh persentase sebesar 23,4 yang berarti bahwa batasan interaksi dengan lawan jenis dipengaruhi oleh
pemakaian hijab syar‟i sebesar 23,4 sedangkan 76,6 dipengaruhi oleh faktor lain.
79
3. Uji Signifikansi
Perhitungan selanjutnya adalah menguji keberartian koefisien korelasi dengan uji-t yang digunakan untuk mencari keberartian antara
pemakaian hijab syar‟i terhadap interaksi dengan lawan jenis. Perhitungan ini menggunakan uji-t pada taraf signifikan 5 dan dk n -2.
t =
√ √
t =
√ √
t =
√ √
t =
√
t =
t = 3,832
Berdasarkan tabel pada taraf signifikan 5 dengan dk = 48 50-2 adalah 2,011. Sehingga dapat dibandingkan t
hitung
= 3,832 t
tabel
= 2,011 maka H0 ditolak yang artinya “koefisien korelasi signifikan antara
pemakaian hijab syar‟i terhadap interaksi dengan lawan jenis”.
E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hasil Observasi
Sebelum peneliti
melakukan pengambilan
data dengan
menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu kepada mahasiswi yang memakai hijab syar‟i.
Beberapa diantara mahasiswi tersebut memiliki batasan-batasan tertentu dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Misalnya dalam kajian diskusi
terdapat pemisah yang jelas antara laki-laki dan perempuan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Abdul Aziz yang mengatakan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara pemakaian hijab dengan
80 akhlak, yang dimaksud disini adalah akhlakul karimah menurut agama
islam. Dengan interaksi yang dilakukan oleh mahasiswi tersebut, maka
peneliti dapat menyatakan bahwa jika para pemakai hijab syar‟i selalu
memiliki batasan interaksi dengan lawan jenis.
2. Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap tujuh mahasiswi anggota lembaga dakwah kampus syahid yang mewakili sampel penelitian
menyatakan bahwa latar belakang mereka dalam memakai hijab syar‟i adalah karena pemahaman mereka terhadap firman Allah dalam Al-
Qur‟an surat An-Nuur ayat 31. Menurut Yani Sutriyani
“Memakai pakaian yang syar‟i merupakan perintah dari Allah, bagi seorang hamba tentulah ingin
dicintai oleh Tuhannya, dan salah satunya adalah dengan menaati segala perintahnya, inilah yang menjadi alasan kenapa saya menggunakan
pakaian syar‟i”. Selain itu, berkaitan dengan pola interaksi dengan lawan jenis
mereka menyatakan bahwa interaksi yang selama ini mereka lakukan dengan teman maupun partner organisasi sudah sewajarnya saja yaitu
dengan bicara seperlunya dan hanya jika ada kepentingan, menurut Euis Wahyuningsih
“bukan karena hijab syar‟inya tapi memang seharusnya kita sadar bahwa dalam berinteraksi dengan lawan jenis itu ada batasan dan
aturannya dalam aga ma islam”.
Agar tidak terjadi keburukan dalam berinteraksi dengan lawan jenis, Indah Lestari
mengatakan “ Ghodul bashar menjaga pandangan dan perbaiki niat” hal tersebut sesuai dengan Al-Qur‟an surat An-Nur ayat
31 yang memerintahkan untuk menundukkan pandangan. Indah juga melanjutkan “tidak pantas karena kita tidak tahu seberapa istiqomahnya
niat kita sampai terus berjalannya hubungan pekerjaan atau hal lain yang dikataka urgent apabila tidak berinteraksi dengan laki-laki. Allah itu kan
Maha membolak-balikkan hati, iman itu bisa fluktuatif kapan saja.
81 Jadi kita juga harus berhati-hati dalam berinteraksi dengan teman
laki-laki. Sewajarnya saja kalo berinteraksi, sudah selesai kepentingannya ya sudah interaksinya”.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, mayoritas jawaban dari responden adalah sebuah interaksi harus memiliki batasan-batasan yang
jelas sesuai dengan koridor-koridor agama, seperti yang dikatakan Rina Afriyanis “Inget, lihat hijab, perbaiki hati dan niat, maka bergaullah”.
Maka dari hasil wawancara tersebut dapat dikaitkan dengan penelitian yang relevan yaitu penelitian yang disusun oleh M. Abdul Aziz bahwa
terdapat hubungan yang positif antara pemakaian jilbab dengan akhlak, akhlak disini dalam hal bergaul dan berinteraksi dengan teman baik
sesama perempuan atau dengan lawan jenis.
3. Hasil Pembahasan Perhitungan Statistika
Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada responden serta analisis data kuantitatif menggunakan uji koefisien korelasi Product
Moment, maka diperoleh sebuah nilai r
hitung
sebesar 0,484 yang kemudian diintepr
etasikan secara sederhana terhadap tabel indeks korelasi “r” product moment
, hasilnya hubungan pemakaian hijab syar‟i terhadap interaksi dengan lawan jenis terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
Selain itu, r
hitung
yang diperoleh juga dapat dibandingkan dengan “r” yang tercantum dalam tabel, kemudian diperoleh r
tabel
sebesar 0,284 r
hitung
sebesar 0,484 sehingga hipotesis nol ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat hubungan yang positif antara pemakaian hijab
syar‟i terhadap interaksi dengan lawan jenis.
Selanjutnya perhitungan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi atau pengaruh dari pemakaian hijab syar‟i terhadap interaksi
dengan lawan jenis menggunakan koefisien deteminasi untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan variable X terhadap variable Y
dengan nilai koefisien determinasinya sebesar 23,4 sedangkan 76,6 dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang dapat memengaruhi interaksi
82 antara lain ketertarikan terhadap orang lain, sikap seseorang yang mudah
diterima pihak lain, dan sebagainya. Perhitungan statistik juga dilakukan untuk uji keberartian koefisien
korelasi menggunakan uji-t untuk mengetahui dan menentukan apakah hipotesis yang diajukan sebelumnya dapat diterima atau ditolak dengan
nilai t
hitung
3,832 t
tabel
2,011 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian hijab syar‟i terhadap interaksi dengan lawan jenis. Hal ini kemudian berkaitan dengan
teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab dua mengenai interaksi dengan lawan jenis dalam pandangan islam bahwa terdapat
batasan-batasan yang terjadi antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahram ketika berinteraksi.
Pembahasan juga dikaitkan dengan penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang disusun oleh M. Abdul Aziz dengan
judul “Pengaruh Memakai Jilbab dengan Akhlak Siswi SMUN 5 Semarang” yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara
memakai jilbab terhadap akhlak, yang dimaksud akhlak disini adalah akhlak dalam bergaul dan berinteraksi baik dengan sesama siswa maupun
dengan teman laki-laki.
F. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini tentu saja akan ditemukan banyak kekurangan akibat keterbatasan penelitian, diantaranya adalah:
1. Terdapat hal-hal yang menghambat penelitian karena ketidakmampuan peneliti yang berhubungan dengan dana, waktu, tenaga, tempat penelitian
dan pemikiran sehingga penelitian ini terdapat banyak kelemahan dan kurang optimal.
2. Dalam pengembangan kuesioner untuk mengumpulkan data penelitian belum memenuhi keseluruhan aspek materi, kemungkinan besar belum
dapat memenuhi hal-hal yang ingin dicapai.
83 3. Penulis sangat menyadari kekurangan dan keterbatasan penulis dalam
memahami teori maupun aspek-aspek dalam penelitian baik seluruh teori yang tercakup dalam penelitian ini maupun mengenai sistematika
penulisan skripsi yang belum sempurna. 4. Pengambilan sampel yang terbatas karena keterbatasan waktu maupun
dana dalam penelitian. 5. Indikator dalam butir-butir pertanyaan kuesioner kemungkinan masih
belum dapat mengukur secara pasti apa yang seharusnya diukur untuk penelitian.