Interaksi a. Pengertian Interaksi
21
Sebagai mahluk sosial tentu saja manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya termasuk dengan orang asing atau
lawan jenis. Lawan jenis disini diartikan laki-laki karena konteks pembahasannya adalah seorang wanita. Tak terkecuali seorang wanita
muslim yang memiliki kepentingan untuk interaksi dengan sesama wanita maupun dengan lawan jenis atau laki-laki.
Cara wanita ketika berinteraksi dengan laki-laki yang masih memiliki hubungan kekerabatan mahram tentu berbeda dengan laki-
laki asing. Dalam hal yang memang jelas dan perlu, syariat membolehkan interaksi antara lelaki dan wanita, keduanya
diperbolehkan melaksanakan jual beli, belajar-mengajar, ibadah semisal haji dan umroh, berjihad di jalan Allah, dan lain sebagainya.
38
Hakikat mahram bagi wanita adalah laki-laki yang boleh memandangnya, berduaan, dan bepergian dengannya.
39
Berkata Imam An-Nawawi yang dikutip oleh Firanda Andirja,
“Yang dimaksud mahrom dari sang wanita ajnabiah yang jika ia berada bersama sang wanita maka boleh bagi seorang pria
untuk duduk berkhalwat bersama wanita ajnabiah tersebut, disyaratkan harus merupakan seseorang yang sang pria ajnabi
sungkan malutidak enak hati dengannya. Adapun jika mahrom tersebut masih kecil misalnya umurnya dua atau tiga
tahun atau yang semisalnya maka wujudnya seperti tidak
adanya tanpa ada khilaf.” Al-Majmu‟ 4242.
40
“ …. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya auratnya,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau
para perempuan sesama islam mereka, atau hamba sahaya yang
38
Felix Y. Siauw, Udah Putusin Aja, Jakarta: Alfatih Press, 2013, hal. 43.
39
Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007, hal. 58.
40
Firanda Andirja, Mewaspadai Bahaya Khalwat, https:muslim.or.id28-mewaspadai- bahaya-khalwat.html. Diakses pada hari minggu, 4 September 2016, pukul 13.55 wib.
22
mereka miliki, atau para pelayan laki-laki tua yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung”.
41
Mahram dari seorang wanita ialah suaminya dan laki-laki yang haram dinikahinya karena pertalian darah, persusuan, dan perkawinan,
mereka yaitu: 1 Bapak dan kakek-kakeknya wanita tersebut dan terus keatas baik
dari pihak ayah atau ibunya. 2 Anak dan cucu laki-laki dari wanita tersebut dan terus kebawah.
3 Saudara laki-laki wanita tersebut, baik saudara sekandung, seibu maupun sebapak.
4 Paman-paman wanita tersebut, baik paman dari saudara lelaki sekandung, sebapak atau seibu.
5 Keponakan wanita tersebut dan terus kebawah baik dari saudara laki-lakinya ataupun saudara perempuannya, sekandung maupun
sebapak atau seibu. 6 Anak-anak atau cucu tirinya dan terus kebawah.
7 Mertua atau kakek mertua dan terus keatas. 8 Anak menantu atau cucu menantu dan terus kebawah.
9 Bapak tiri atau kakek tiri dan terus keatas. Selain kepada mahram yang telah disebutkan diatas, seorang
wanita muslim dilarang menampakkan bagian tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Tidak boleh wanita berduaan kecuali dengan
mahramnya, tidak boleh wanita berjabat tangan kecuali dengan mahramnya, dan sebagainya yang pada subbab berikutnya akan
41
Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: PT Sygma, 2010,
hal. 353.
23
dijelaskan mengenai batasan interaksi antara wanita muslim dengan laki-laki yang bukan mahram.
Islam memiliki aturan-aturan khusus dalam berinteraksi bagi wanita dan laki-laki yang bukan mahram, diantaranya sebagai berikut:
1 Berinteraksi hanya untuk keperluan yang penting dan mendesak Islam mengharamkan aktivitas interaksi antara lelaki dan
wanita yang tidak berkepentingan syar‟i, seperti jalan-jalan bersama, pergi bareng ke masjid atau kajian islam, bertamasya, nonton bioskop,
dan sebagainya. Aktivitas ini adalah pintu menuju kemaksiatan yang lain.
42
Aktivitas tersebut dapat menimbulkan fitnah diantara keduanya, namun Islam tetap memperbolehkan interaksi yang bersifat penting
antara lelaki dan perempuan seperti dalam hal pendidikan, peradilan, medis, dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang
telah dijelaskan
, Rubayyi‟ binti Mu‟awwidz bercerita, “Kami ikut berperang bersama Rassulullah
saw., memberi minum para tentara, mengobati tentara yang terluka, dan membawa pulang tentara yang meninggal ke Madinah” HR.
Bukhari
43
2 Menundukkan pandangan Seorang muslim dilarang melihat aurat orang lain dan tidak
boleh memandang perempuan yang bukan mahram terlalu lama tanpa adanya keperluan. Seorang muslim diwajibkan untuk menundukkan
pandangannya terhadap aurat orang lain terutama yang bukan mahramnya. Jika tidak menjaga pandangannya dikhawatirkan timbul
fitnah atau keburukan serta nafsu. Hal ini juga untuk menjaga diri dan
42
Felix Y. Siauw, Udah Putusin Aja, Jakarta: Alfatih Press, 2013, hal. 44.
43
Abu Malik Kamal, Fiqih Sunnah Wanita, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007, hal. 264-265.