Pengertian Jilbab Deskripsi Teoritis 1. Hijab dan Jilbab

16 “Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu suatu kaum yang memiliki cambuk layaknya ekor sapi yang digunakannya untuk mencambuk manusia, dan para perempuan yang berpakaian namun layaknya telanjang, berlenggak-lenggok dan menggoda, kepalanya bagaikan punuk unta yang miring; mereka tidak masuk surga dan tidak mencium aromanya, padahal aroma surga tercium dari jarak sekian dan sekian”. HR.Muslim 26 Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa wanita yang berpakaian namun telanjang adalah wanita yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang memiliki arti menggunakan pakaian ketat dan tipis serta menggelung rambutnya ke atas atau menggunakan konde layaknya punuk unta adalah wanita yang tidak akan masuk surga. 4 Tidak menggunakan wewangian Ketika keluar rumah seorang wanita hendaknya tidak perlu menggunakan wewangian yang menyenangat karena hal ini akan menimbulkan fitnah bagi laki-laki yang tidak sengaja dilewatinya. “Setiap wanita yang mengenakan wewangian parfum lalu dia berjalan melewati suatu kaum supaya mereka mencium aroma wanginya, berarti dia adalah pezina” HR. An-Nasa‟i, Abu Daud, dan Tirmidzi. 27 Larangan diatas bukan berarti perempuan tidak boleh memakai wewangian sama sekali atau dibiarkan berbau tak sedap. Oleh karena itu, jika parfum dengan wangi sedikitsamar atau untuk sekadar menetralkan bau, misalnya: deodoran, maka boleh. 28 26 Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007, hal. 51. 27 Ibid., hal. 53. 28 Ummu Sa‟id, Wanita Haram Memakai Parfum, https:muslimah.or.id 5778-wanita- haram-memakai-parfum.html. Diakses pada hari minggu, 4 September 2016, pukul 11.45 wib. 17 5 Tidak menyerupai pakaian laki-laki Pakaian wanita muslimah yang dikenakan tidak menyerupai pakaian laki-laki. Maksudnya adalah seorang wanita yang menggunakan sepotong atau keseluruhan pakaian yang biasa digunakan oleh laki-laki, misalnya celana dan yang lainnya. “Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam melaknat laki- laki yang mengenakan pakaian wanita dan wanita yang mengenakan pakaian lelaki. ” HR. Abu Daud dan Ahmad 29 Yang prinsipil dari larangan penyerupaan di antara dua lawan jenis di atas bukan terletak pada sesuatu yang dipilih oleh laki-laki dan perempuan serta yang menjadi kebiasaan mereka, melainkan justeru pada apa yang boleh bagi laki-laki dan yang boleh bagi wanita. 30 Maknanya adalah bahwa wanita harus mengenakan apa yang sudah pada kodratnya, yaitu pakaian yang menutup aurat.

2. Interaksi a. Pengertian Interaksi

Interaksi atau dalam kajian sosiologi biasa disebut dengan interaksi sosial sangat erat kaitannya dengan proses sosial, karena interaksi sosial salah satu bentuk umum dari proses sosial. Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat. 31 Menurut Gillin dan Gillin yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, “interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang- 29 Kamal, loc. cit. 30 Ibid. 31 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: PT Bumi Akasara, 2002, hal. 151. 18 perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”. 32 Menurut Roucek dan Warren sebagaimana dikutip oleh Abdulsyani, “Interaksi adalah suatu proses, melalui tindak balas tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok yang lain, ia adalah suatu proses timbal balik, dengan mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain”. 33 Menurut H. Booner seperti yang dikutip oleh Elly M. Setiadi, “interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”. 34 Menurut Elly M. Setiadi, “interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan”. 35 Sedangkan m enurut Soerjono Soekanto, “interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok”. 36 Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan yang terjadi melalui proses pemberian stimulus kemudian diterima dengan respon pada individu ataupun kelompok yang dapat mempengaruhi satu sama lain dalam kehidupan sosial. 32 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, cet. 45, hal. 55. 33 Abdulsyani, op. cit., hal. 153. 34 Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2006, hal. 87. 35 Ibid., hal. 86. 36 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, cet. 45, hal. 62.