Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Interaksi dengan Lawan Jenis

24 kehormatan seorang muslim, berlaku untuk setiap media yang dapat menimbulkan syahwat. “Dan katakanlah kepada para perempuan beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya .” QS An-Nur: 31. Namun Islam tidak melarang untuk wanita dan laki-laki saling memandang untuk keperluan yang penting. „Keterpaksaan‟ memandang perempuan juga dapat terjadi dalam jual-beli dan sebagainya, yaitu untuk mengetahui dan membedakan seorang perempuan dengan perempuan lainnya, hingga seseorang mendapatkan jaminan atau pertanggungjawaban dalam jual-beli, misalnya, untuk menawar harga. 44 Maka disepakai oleh para ulama bahwa memandang dengan tujuan transaksi atau keperluan penting lainnya diperbolehkan. 3 Berinteraksi dengan penuh etika dan moral Jika seorang wanita dan laki-laki memiliki keperluan untuk saling berbicara hendaknya mereka menjaga etika saat berkomunikasi dan menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan syahwat. Misalnya, tidak berbicara secara pelan dan lemah lembut serta berbicara tanpa gerakkan-gerakkan yang dapat memperlihatkan perhiasannya. Sebab dibolehkannya percakapan itu adalah adanya kebutuhan dan harus berlandaskan ketentuan-ketentuan syariat Islam. 45 Hal tersebut sesuai dengan firman Allah pada surat al-ahzab ayat 32. ء س ب حأك س ฀ ء س ۚ ق ف ب عض ق ع ّ ف ب ق ف ฀ ق ق ฀ ف ع ا ฀ ا ١٣ 44 Ibid., hal. 262. 45 Ibid., hal. 266. 25 Wahai istri-istri Nabi kamu tidak seperti perempuan- perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk melemah-lembutkan suara dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. 46 4 Larangan khalwat berduaan seorang wanita dan laki-laki yang bukan mahram dilarang untuk berduaan tanpa adanya mahram yang mendampingi. Hal ini dikhawatirkan menimbulkan perbuatan maksiat karena diantara mereka terdapat setan. Khalwatnya seorang laki-laki dengan wanita asing secara bertahap akan menggiring pada kebinasaan serta menggiring pada perbuatan dosa. 47 “Sungguh, seorang laki-laki tidak boleh berduaan dengan seorang perempuan, kecuali perempuan itu bersama mahramnya. ” HR. Bukhari Muslim 48 5 Menghindari berjabat tangan Sebisa mungkin menghindari bersalaman dengan laki-laki yang bukan mahram dalam situasi umum yang tidak mendesak. Diriwayatkan oleh Ma‟qil Ibnu Yasar bahwa Rasulullah saw., bersabda, ”Tertusuk jarum besi pada kepala seseorang di antara kalian lebih baik daripada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya”. HR. Baihaqi 49 Namun di antara laki-laki dan wanita diperkenankan untuk saling menyapa tanpa berjabat tangan. Diriwayatkan dari Asma Binti 46 Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: PT Sygma, 2010, hal. 422. 47 Ummu Sa‟id, Berdua-duaan Dengan Wanita, https:muslimah.or.id5366-berdua- duaan-dengan-wanita.html. Diakses pada hari minggu, 5 September 2016, pukul 13.34 wib. 48 Abu Malik Kamal, Fiqih Sunnah Wanita, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007, hal. 263. 49 Ibid., hal. 265. 26 Yazid, bahwa pada suatu hari, Rasulullah saw melintas didepan masjid dan beberapa orang wanita sedang duduk disana. Lalu beliau melambaikan tangannya sambil mengucapkan salam”. HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah 50

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ria Kurniawati yang berjudul “Hubungan Interaksi Sosial Antar Siswa Dengan Hasil Belajar IPS” menunjukkan bahwa interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar IPS memiliki hubungan yang cukup signifikan, karena hubungan antara keduanya berada pada nilai 0,473. Yaitu berada pada rentang 0,40- 0,70 yang menunjukkan adanya korelasi yang sedang atau cukupan. 51 Penelitian lain yang berjudul “Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Interaksi Sosial Antar Siswa” oleh Neneng Widiyawati menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan interaksi sosial antar siswa, dari hasil perhitungan diperoleh yaitu dalam kategori sedang atau cukupan. Hal ini berdasarkan pengujian hipotesis yang mendapatkan nilai sebesar 0,591. 52 Selain itu juga terdapat penelitian oleh Eko Wahyuningsih yang berjudul “Pengaruh Interaksi Sosial Dengan Teman Sebaya dan Pola Asuh Orang Tua Otoriter Terhadap Motivasi Belaj ar” yang menunjukkan ada pengaruh interaksi sosial dengan teman sebaya dan pola asuh orang tua otoriter terhadap motivasi belajar dengan nilai signifikan 0,436. 53 50 Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007, hal. 78. 51 Ria Kurniawati, Hubungan Interaksi Sosial Antar Siswa Dengan Hasil Belajar IPS, Jakarta: Skripsi Pendidikan IPS, 2010, hal. 73. 52 Neneng Widiyawati, Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Interaksi Sosial Antar Siswa, Jakarta: Skripsi Pendidikan IPS, 2012, hal. 101. 53 Eko Wahyuningsih, Pengaruh Interaksi Sosial Dengan Teman Sebaya dan Pola Asuh Orang Tua Otoriter Terhadap Motivasi Belajar, Jakarta: Skripsi Pendidikan IPS, 2013, h. 59. 27 Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi dari Ruliana mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Malang yang berjudul Motivasi Siswa Memakai Jilbab di Sekolah Studi Kasus di SMA Islam Kepanjen Malang. Penelitian ini membahas mengenai apa yang memotivasi siswi untuk berjilbab di sekolah, diperoleh dari hasil penelitian yaitu motivasi siswi yang berjilbab di SMA Kepanjen Malang adalah keinginan yang ikhlas dari dalam diri untuk menutup aurat seperti yang Allah perintahkan dalam al Qur‟an selain itu motivasi lain para siswi yaitu hanya untuk mengikuti atau menaati peraturan sekolah yang mewajibkan para siswi untuk memakai jilbab pada hari Kamis dan Jum‟at. Penelitian lainnya yang relevan adalah skripsi dengan judul Pengaruh Memakai Jilbab Terhadap Akhlak siswi SMUN 5 Semarang, yang disusun oleh M. Abdul Aziz, fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam, IAIN Semarang. Dari penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa adanya hubungan positif antara memakai jilbab dengan akhlak siswi SMU 5 Semarang, akhlak yang dimaksud disini adalah akhlak terpuji.

C. Kerangka Berpikir

Agama islam telah mewajibkan bagi wanita untuk menutup auratnya atau bagian tubuh yang tidak boleh dilihat laki-laki yang bukan mahram dengan menggunakan pakaian syar‟i, dalam hal ini adalah hijab syar‟i yang merupakan pakaian yang paling sesuai dengan tuntunan ajaran islam yang terdapat dalam al- Qur‟an surah al-Ahzab ayat 59. Dalam ayat tersebut jilbab diartikan sebagai pakaian longgar yang menutup seluruh tubuh wanita, selain memakai jilbab wanita juga diwajibkan memakai kerudung yang merupakan kain penutup kepala yang tebal dan tidak transparan serta panjang hingga menutupi dada. Islam memerintahkan hal ini agar wanita muslim mudah dikenali sebagai wanita baik-baik dan menghalangi gangguan laki-laki yang ada penyakit dalam hatinya. 28 Seorang wanita yang telah memahami syari‟at islam dengan mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan ikhlas mulai mengenakan hijab syar‟i harus mengetahui batasan-batasan dalam berinteraksi terhadap lawan jenis yang bukan mahram. Memang sangat sulit pada jaman sekarang ini untuk menghindari kontak langsung dengan lawan jenis, karena wanita muslim juga butuh keluar rumah untuk menuntut ilmu atau keperluan lainnya yang tidak hanya terus tinggal didalam rumah. Dalam hal ini contohnya mahasiswi-mahasiswi yang mengenakan hijab syar‟i makin menjamur dilingkungan kampus maupun lingkungan majelis-majelis ilmu. Sebagian dari mereka memiliki perangai santun dan bersikap islami mencerminkan pakaian syar‟i yang mereka kenakan sebagai identitas wanita muslim yang sesungguhnya. Namun, pada kenyataannya ada pula beberapa mahasiswi yang telah memakai pakaian syar‟i perilakunya masih jauh dari kata islami. Mahasiswi yang mengenakan hijab syar‟i seharusnya mereka memiliki batasan-batasan dalam interaksi terhadap lawan jenis yang bukan mahramnya. Dari uraian diatas, dapat diperkirakan ada pengaruh pemakaian hijab syar‟i terhadap interaksi dengan lawan jenis. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Pemakaian Hijab Syar‟i Terhadap Interaksi dengan Lawan Jenis Pemakaian Hijab Syar‟i Interaksi dengan Lawan Jenis Hijab menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Hijab tidak difungsikan sebagai perhiasan. Tidak menggunakan wewangian. Berinteraksi hanya untuk keperluan penting dan mendesak. Berinteraksi dengan menundukka n pandangan. Berinteraksi dengan penuh etika dan moral. 29

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono, hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis sebagai berikut: H : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemakaian hijab syar‟i terhadap interaksi dengan lawan jenis. H a : Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian hij ab syar‟i terhadap interaksi dengan lawan jenis. Hijab terbuat dari kain yang tebal dan longgar. Berinteraksi tanpa berkhalwat 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini di Lembaga Dakwah Kampus LDK Gedung Student Center SC lantai. 3, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang beralamat di Jalan Ir. H. Djuanda No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 September 2016 sampai dengan tanggal Oktober 2016.

B. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan skoring. 54 Penelitian yang dalam pengolahan datanya menggunakan angka dan statistik serta dilengkapi tabel, grafik, dan bagan ini bertujuan untuk mencari solusi dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yaitu: 1. Variabel Independen bebas adalah variabel yang menjadi suatu penyebab. Variabel bebas merupakan variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. 55 Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas X adalah Pemakaian hijab syar‟i. 2. Variabel dependen tergantung adalah variabel yang menjadi suatu akibat atau yang dipengaruhi. Variabel tergantung adalah variabel yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang 54 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Jakarta: Alfabeta, 2009, hal. 23. 55 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, hal. 54.