Teori Semiotika Ruang Lingkup Tentang Semiotika
27
c. “Mitos” dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi
ideologi, yang disebut dengan “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan bagi nilai-nilai dominan yang berlaku
dalam suatu periode tertentu. Jadi mitos adalah suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka
makna denotasi tersebut akan menjadi mitos atau singkatnya mitos merupakan suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang disuatu kelompok
masyarakat sehingga diakui sebagai kebudayaan yang ada didalam masyarakat tersebut.
21
Bagi Barthes, Faktor penting dalam konotasi adalah penandaan dalam tatanan pertama. Penanda tatanan pertama merupakan tanda
konotasi. Lewat unsur verbal dan non verbal, diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotativ yang didapat pada semiosis tingkat pertama
dan makna konotatif yang didapat dari semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau tingkat signified,
makna pesan dapat dipahami secara utuh. Dalam pemahaman Barthes semiotika adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial.
22
Bagi Barthes, mitos adalah sistem semiologis urutan kedua atau metabahasa. Mitos adalah bahasa kedua yang berbicara tentang bahasa
tingkat pertama penanda dan petanda yang membentuk makna denotatif menjadi penanda pada urutan kedua pada makna mitologis konotatif.
23
21
Tommy Christomy, Semiotika Budaya, h.95.
22
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: JALASUTRA 2009, h.15.
23
Tommy Christomy, Semiotika Budaya, h.94-95.
28
Roland Barthes mengelompokkan kode-kode tersebut menjadi lima kisi-kisi kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi, dan
kode kultural atau kode kebudayaan. Uraian kode-kode tersebut dijelaskan pradopo 1991-80-81 sebagai berikut :
Kode hermeneutik, yaitu artikulasi pelbagai cara pertanyaan, teka-teki, respons, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya menuju pada jawaban. Atau
dengan kata lain, kode hermeneutik berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana. Siapakah mereka? Apa yang terjadi? Halangan
apakah yang muncul? Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang satu menunda jawaban lain?
Kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Misalnya konotasi femininitas dan maskulinitas. Atau dengan kata
lain, kode semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminin, kebangsaan, kesukuan, atau loyalitas.
Kode Simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antithesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur, atau skizofrenia.
Kode Narasi atau proairetik yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi, atau antinarasi.
Kode kebudayaan atau kultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anonim, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah,
moral, psikologi, sastra, seni, dan legenda.
24
24
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h.18.
29
Tabel 1.2 Peta Roland Barthes
1. Signifer Penanda
2. Signifer Petanda
3. Denotative Sign Tanda Denotatif
4. Conotative Signifer Penanda
Konotatif 5.
Conotative Signified Petanda Konotatif
6. Conotative Sign Tanda Konotatif
Dari peta Barthes di atas penulis menambahkan makna mitos dalam penjabaran melalui teks, bahwa mitos muncul ketika tanda denotatif
dan tanda konotatif bertemu lalu akan menajadi mitos apabila keduanya saling bersinambungan. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur
material: hanya jika anda mengenal tanda singa, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. Jadi dalam
konsep Barthes, terdapat tanda konotatif yang bukan hanya sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda
denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam
pengertiannya secara umum denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai
makna yang pasti, dalam arti makna yang “sesungguhnya”.
Denotasi juga biasanya lebih mengacu pada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Dalam hal ini denotasi
30
merupakan sebuah sistem yang tingkat pertama, sementara konotasi berada pada tingkat kedua.
25
Berdasarkan penjelasan diatas, semiotik Roland Barthes bertumpu pada tiga hal yaitu: denotasi, konotasi dan mitos. Makna denotasi adalah
makna paling nyata dari tanda yang memiliki arti sebenarnya dari tanda yang terlihat, dengan kata lain denotasi merupakan kata yang tidak
mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan yang terdapat dalam potongan gambar-gambar di film Air Mata Surga.
Sedangkan Konotatif dikatakan sebagai secondary sign signifikasi tingkat kedua. Konsep konotasi inilah yang menjadi kunci penting model
semiotik Roland Barthes.
26
Konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertandaan kedua.
27
Tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi
keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada
penanadaan dan tataran denotatif.
28
Dengan kata lain makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya.
29
Spradley mengatakan makna konotasi meliputi semua signifikasi sugestif dari simbol yang lebih dari pada arti referensialnya. Sedangkan
menurut Piliang makna denotasi meliputi aspek makna yang berkaitan
25
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h.69.
26
Wibowo, Semiotika Komunikasi, h. 21.
27
Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 15.
28
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69.
29
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi Depok: Raja Grafindo Persada, 2014, Edisi ketiga, Cet-3, h. 141.
31
dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Contohnya wajah orang yang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu
keramahan, kebahagiaan. Tetapi tersenyum bisa saja diartikan sebagai penghinaan terhadap seseorang.
30
Pada makna konotasi ini peneliti membuat interpretasi dari makna denotasi yang didasarkan pada rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti,
sehingga konotasinya akan menggambarkan makna perjuangan menjadi istri shalihah yang terlihat dalam film Air Mata Surga.
Barthes menjelaskan cara yang kedua dalam cara kerja tanda di tataran kedua adalah melalui mitos.
31
Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala
alam.
32
Mitos berasal dari bahasa Yunani mythos “kata” “ujaran”, “kisah
tentang dewa- dewa”.
33
Mitos menurut Barthes merupakan perkembangan dari konotasi.
34
Dimana mitos masa kini, membicarakan sejumlah fenomena yang dianggap penting karena posisinya strategis dalam
kebudayaan masa kini
35
Mitos yang sudah tepat, maka ia menjadi ideologi.
36
Jadi mitos adalah suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang di masyarakat sehingga diakui sebagai kebudayaan yang ada di dalam
masyarakat.
30
Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual Yogyakarta: Jalasutra, 2009, h. 20.
31
Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi ketiga, Cet-3, h. 143.
32
Wibowo, Semiotika Komunikasi, h. 22.
33
Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna Yogyakarta: Jalasutra, 2012, h.167.
34
Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h.78.
35
Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h.120.
36
Primi Rohimi, Mitos Perempuan dalam Pesantren Analisis S emiotik Film “Perempuan
berkalung Surban”, Palastren, Vol 2 No 1, juli 2009. h. 126.
32