Dengan demikian, dari penjelasan tersebut yang merujuk pada toolkit
SCOR level 2 Gambar 12, PT ITP melakukan proses planning P1-P5, executing S2, M2, D3, DR1 dan SR1 dan enabling. Dalam
kasus PT ITP yang bergerak di bidang penyampain semen kepada distributor dan tokoend-user, kategori proses yang sangat kritis untuk PT
ITP sesuai tujuan perusahaan adalah kategori D3. Kategori D3 diimplementasikan oleh PT ITP yang melakukan penjualan dan
pengiriman semen berdasarkan by order berdasarkan permintaan semen di pasar, sehingga jumlah penjualannya sama dengan jumlah permintaan
pelanggan. PT ITP tidak lama-lama menyetok semennya di gudang, antara lain
karena daya tahan semen yang tidak tahan lama jika disimpan dan juga PT ITP setiap harinya memproduksi semen 1 ton per 0,003 jam PT ITP,
2009
a
. PT ITP memproduksi semen sebanyak itu diimbangi dengan permintaan kebutuhan semen dalam negeri yang terus meningkat
sepanjang tahun. Semen telah dianggap sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia modern yang harus tersedia secara memadai, karena semen
sebagai kebutuhan pokok pembangunan. Sebagai kebutuhan pokok pembangunan, maka pertumbuhan semen sebanyak dua kali pertumbuhan
ekonomi. Hal ini kemudian dijadikan pembenaran bahwa harus selalu ada tempat bagi pabrik semen untuk selalu melangsungkan produksinya.
4.10. Peta Geografis Aliran Material
Gambar 16 menunjukkan letak pabrik dan terminal-terminal distribusi milik PT ITP. Gambar 16 adalah gambar peta yang dilihat dari
sisi pelanggan.
Gambar 16. Customer-facing map Keterangan : Pabrik
Terminal distribusi Gudang
Perpindahan secara fisik semen berupa bulk semen curah terjadi dari pabrik PT ITP warna biru ke terminal-terminal distribusi warna
merah. Namun ada beberapa end-user seperti kontraktor meminta semen bulk
dan PT ITP pun bisa mengirimnya langsung. Perpindahan secara fisik semen berupa bag semen kantong terjadi dari pabrik PT ITP ke gudang-
gudang distribusi warna pink. Hal tersebut dimaksudkan agar mengurangi biaya ekspedisi semen ke pelanggan di seluruh tanah air, agar
pelanggan dengan mudah mendapatkan semen tiga roda dimanapun berada, sehingga sesuai dengan tujuan bisnis perusahaan yaitu
meningkatkan pelayanan dan keuntungan perusahaan. Peninjauan rantai pasok pada level 2 lebih detil dilakukan pada
pengidentifikasian nilai metrik POF dan OFCT yang masih kurang baik. Sedangkan pengidentifikasian nilai metrik COGS dan CTCCT tidak perlu
diukur, karena dengan menganalisis POF dan OFCT akan langsung memberikan dampak perbaikan pada nilai COGS dan CTCCT. Dalam
perhitungan POF dan OFCT, perlu diperhatikan ketepatan waktu on time, ketepatan kuantits in full dan kelengkapan dokumen pendukung, serta
kondisi barang perfect condition. Apabila ada salah satu syarat tersebut di atas yang tidak terpenuhi, maka pelayanan yang diberikan PT ITP
kurang baik. Berdasarkan data logistik tahun 2009, diketahui penyebab ketidaksempurnaan dalam pemenuhan pesanan disebabkan oleh
pengiriman barang yang tidak tepat waktu not in time. Penyebab pengiriman barang yang tidak tepat waktu dimulai dari
hilir ke hulu dapat ditelusuri pada proses delivery, make dan source. Pada proses pengiriman, nilai POF sekitar 80. Angka ini diperoleh dari
perkiraan atas berapa persen ketepatan pengiriman barang dalam hal kuantitas yang sesuai dengan dengan permintaan barang. Sedangkan nilai
OFCT sekitar 2 hari. Angka disebut diperoleh dari rataan pengiriman barang sampai di pelanggan sesuai dengan harapan pengiriman pelanggan.
Pada proses make, nilai POF hampir 100. Angka tersebut diperoleh berdasarkan perkiraan atas berapa persen kebutuhan bagian
produksi yang dapat dipenuhi oleh bagian penggudangan bahan baku untuk proses produksi. Hal ini didukung oleh lokasi penggudangan bahan
baku yang satu lokasi dengan pabrik. Setiap pabrik PT ITP terdapat gudang bahan baku semen. Nilai OFCT sekitar 1 hari. Pada proses source,
nilai POF sekitar 95. Angka tersebut diperoleh berdasarkan perkiraan atas berapa persen jumlah pesanan bahan baku dari PT ITP yang dapat
dipenuhi oleh pemasok dengan baik berdasarkan ketiga syarat yang telah disebutkan tadi. Nilai OFCT sekitar 2 hari. Tabel 11 nilai POF dan OFCT
pada proses deliver, make dan source.
Tabel 11. Nilai POF dan OFCT pada proses deliver, make dan source
Metrik Deliver Make
Source
POF 80
99 95
OFCT hari 2
1 2
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diintepretasikan bahwa PT ITP pada proses deliver, nilai POF 80 dan OFCT sebesar 2 hari. Dari
nilai POF, PT ITP dalam memenuhi permintaan pelanggan dari segi
ketepatan waktu dan kuantitas dinilai kurang baik. Dalam fakta di lapangan banyak terjadi pengiriman terlambat, jumlah semen tidak sesuai
permintaan pelanggan dan semen tidak terkirim. Pengiriman kuantitas semen yang tidak sesuai dengan permintaan pelanggan dikarenakan semen
rusak akibat kemasan pecah, terkena hujan dan dicuri diperjalanan. Pengiriman tidak terkirim ini dikarenakan pihak ekspedisinya terjadi
kehabisan armada atau terjadi faktor lain yang diluar jangkauan, seperti bencana, mesin mogok, dan lain-lain. Pada proses ini nilai OFCT terbilang
baik, karena jika tidak terjadi apa-apa pengiriman semen hanya memakan waktu 2 hari. Misal, pelanggan melakukan DO delivey operation semen
ke pihak city distributor, maka langsung ditindak lanjuti oleh main distributor
hingga informasi sampai ke PT ITP pada hari itu juga. PT ITP baru akan menyuruh pihak ekspedisi untuk mengirimkan pesanan
pelanggan pada hari berikutnya. Pada proses make, nilai POF 99 dan OFCT 1 hari. Dari nilai
POF dan OFCT tersebut, PT ITP mendapatkan kebutuhan bahan baku sesuai dengan ketepatan waktu dan kuantitasnya dari gudang bahan baku
yang satu lokasi dengan pabrik. Pada proses source, nilai POF 95 dan OFCT 2 hari. Dari nilai POF tersebut dapat dijelaskan bahwa pemasok
mengirim kebutuhan bahan baku semen cukup baik. Hal ini didukung oleh banyaknya pemasok yang menjalin kerjasama bisnis dengan PT ITP. PT
ITP sangat loyalitas dengan para pemasoknya. OFCT sebesar 2 dua hari dinilai baik, kebutuhan bahan baku dikirim sebagian berasal dari impor
negara luar dan juga dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan ketiga nilai tersebut beserta analisisnya, terlihat
bahwa proses deliver memiliki kinerja paling rendah. Ketidaktepatan pengiriman yang dilakukan PT ITP secara keseluruhan dapat menghambat
tujuan bisnis perusahaan yaitu meningkatkan pelayanan pelanggan. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan kinerja proses deliver menjadi rendah,
maka dilakukan penelitian pada level 3.
4.11. Pemetaan Level 3