4.9. Pemetaan Level 2
Pada pemetaan level 2 ini, setiap proses inti dalam SCOR akan ditampilkan lebih rinci dari proses-proses rantai pasok perusahaan. Ada tiga
tipe proses SCOR, yaitu planning perencanaan, excecution pelaksanaan dan enable pengaturan antara perencanaan dan pelaksanaan. Tipe proses
SCOR pada PT ITP dijelaskan sebagai berikut : 1. Planning Perencanaan
Proses perencanaan pada PT ITP sudah sangat baik. Dimulai dari perencanaan rantai pasok secara keseluruhan, yaitu proses perencanaan
pengadaan bahan baku dari pemasok, perencanaan kebutuhan bahan baku oleh PT ITP, perencanaan persediaan semen, persiapan peralatan,
perencanaan produksi, perencanaan pengiriman kepada pelanggan, hingga perencanaan pelayanan klaim dari pelanggan. PT ITP telah dapat
menyeimbangkan permintaan dan penawaran agregat dalam bisnis penyampaianpengiriman semen kepada pelanggannya sehingga dapat
mencapai target dalam mencapai tujuan bisnis yang telah ditetapkan. 2. Excecution Pelaksanaan
Pelaksanaan proses-proses SCOR pada PT ITP juga sudah sangat baik. Departemen Produksi telah membuat proses penjadwalan produksi
semen dengan baik sehingga dapat menyediakan kebutuhan semen dengan tepat sesuai permintaan pasar. Departemen Supply membuat proses
penjadwalan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku dari pemasok yang dijadwalkan secara tepat dalam jumlah maupun waktu dengan persediaan
bahan baku yang cukup untuk meminimalisir biaya angkut truk dan biaya penggudangan, serta menjalin hubungan baik dengan para pemasok.
Bagian proses pemesana dan pengkapalan di Departemen Logistik juga telah melayani pesanan pelanggan dengan baik dan melakukan pengiriman
yang bekerjasama dengan perusahaan ekspedisi dengan tepat waktu sesuai harapan pengiriman yang ditetapkan.
3. Enable Sistem Informasi yang mendukung dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan sangat penting. PT ITP telah memiliki MIS Management
Information System yang baik dengan pemasok dan distributor-distributor
baik di ITP sendiri maupun di anak perusahaannya. Sistem Informasi yang diterapkan di PT ITP adalah aplikasi berbasis web, sistem tersebut
bernama WOMS Web Order Management System. WOMS dapat diaskses hanya orang tertentu sajaorganisasi yang hanya mempunyai
kerjasama bisnis dengan PT ITP. Sistem WOMS menghilangkan proses pendataan pemesanan pelanggan secara manual, sehingga dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi produktivitas, serta biaya. Di dalam sistem WOMS juga dapat diketahui distributor dan toko yang bermasalah
akibat dari penunggakan tagihan yang belum dibayar. PT ITP telah memiliki sistem informasi yang menghubungkan
database dari departemen saru ke database departemen lainnya. Setiap
departemen terdapat jaringan Local Area Network LAN maupun Wireless Local Area Network
WLAN yang memudahkan transfer data yang dibutuhkan karyawan menjadi lebih cepat dan efisien, sehingga
memaksimalkan produktivitas kerja karyawan. Dalam operasi produksi, PT ITP juga menerapakan pengontrolan mesin-mesinnya dengan
menggunakan teknologi informasi. PT ITP mempunyai departemen CCP Central Control Panel
yang berfungsi untuk mengamati dan memantau setiap proses-proses produksi melalui komputer. Apabila ada kesalahan
proses produksi dan kerusakan pada mesin, maka dapat langsung diketahui melalui layar komputer dan langsung dapat segera ditangani penyebab
permasalahan teknis yang terjadi. Selain itu, untuk mewujudkan manajemen informasi yang baik, perlu adanya komunikasi dan hubungan
baik dengan pemasok, distributor dan antar departemen dalam perusahaan. PT ITP memberikan pelatihan kepada setiap karyawan dan distributornya
bila ada perubahan dalam sistem. Pada pemetaan level 2, proses dalam sebuah rantai pasok pada
perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi 30 kategori proses inti Gambar 15.
Gambar 15. Pemetaan level 2 rantai pasok produk semen
P1 – Plan Supply Chain Mengidentifikasi, membuat penjadwalan, membuat prioritas dan
menghitung aggregate kebutuhan rantai pasok
P2-Plan Source 1. Perencanaan
material handling
2. Vendor planning
P3-Plan Make : 1. Perencanaan SDM
2. Perencanaan proses 3. Material Production
Schedule MPS
4. Perencanaan mesinperalatan
fasilitas P4-Plan
Deliver 1. Perencanaan
pengiriman 2. Perencanaan
standar mutu
PEMASO K
S2-Source Make- To-Order Product
1. Pengadaan 2. Kontrak
pelayanan 3. Pengiriman
material M2-Make-to-order
1. Pabrikasi 2. Pengepakan
3. Material
placement D3-Deliver
Engineered-to-Order Product
1. Pengiriman 2. Persiapan dokumen
3. Pencetakan DO 4. Finished good
report
PELANGGAN
DR1-Return Defective Product
2. Perbaikan produk yang rusak
3. Pengembalian produk yang rusak
4. ClaimComplaint report
Enable : 1. Membuat dan mengelola
aturan main tiap proses Plan Source Make Deliver Return 2. Melakukan penilaian
kinerja tiap proses
3. Mengelola data 4. Mengelola persediaan
5. Mengelola aset modal Rantai pasokkeuangan Perjanjian pemasok 6. Mengelola transportasi
7. Mengelola konfigurasi rantai pasok 8. Mengelola peraturan
9. Mengelola risiko proses pada rantai pasokan 10. Mengidentifikasi unsur proses
SR1-Return Defective Product 1. Pengecekan produk yang
rusak 2. Perbaikan produk yang rusak
3. Pengembalian produk yang rusak
1. ClaimComplaint report P5-Plan
Return Perencanaan
pelayanan claim
pelanggan
Model SCOR menguraikan dari lima proses level 1 plan, source, make, deliver
dan return menjadi 12 dua belas tipe proses pelaksanaan execution dan lima tipe proses perencanaan planning Bolstroff, 2003. Berikut adalah
penjelasan masing-masing untuk tipe proses planning dan execution :
1. Plan
Plan Supply Chain P1 adalah proses mengambil data permintaan
aktual dan membangun suatu rencana pasokan untuk rantai pasok, didefinisikan oleh ruang lingkup rencana metrik rantai pasok. Langkah-
langkah dasar memerlukan : a. Unit peramalan yang biasa untuk pemasaran dan penjualan.
b. Rencana pasokan yang membatasi peramalan berdasarkan ketersediaan atau sumber daya, seperti persediaan, kapasitas produksi dan
transportasi. c. Suatu langkah seimbang dimana pengecualian demandsupply
diselesaikan dan diperbarui pada sistem. Plan Source
P2 adalah proses membandingkan persyaratan total material dengan batasan peramalan P1 yang dibuat dan membangun
sebuah perencanaan sumber daya persyaratan material berdasarkan P3 untuk memuaskan landed cost dan tujuan persediaan menurut tipe
komoditas. Perubahan bentuk menjadi suatu material ini melepaskan jadwal yang membiarkan pembeli mengetahui berapa banyak produk yang
harus terbeli berdasarkan pesanan biasa, persediaan dan persyaratan ke depan. Hal ini dilakukan untuk item pada tagihan material dan
dikelompokkan berdasarkan pemasok atau tipe komoditas. Tipe proses planning
ini berhubungan dengan memulai praktek perencanaan persyaratan material.
Plan make P3 adalah proses membandingkan pesanan produksi
aktual sekaligus pesanan replenishment yang berasal dari P4 terhadap perkiraan terbatas P1 yang telah dihasilkan dan menghasilkan rencana
sumber jadwal induk produksi untuk memenuhi pelayanan, biaya dan tujuan persediaan. Ini berarti bahwa keperluan material, P2, berdasarkan
item dan jadwal induk produksi. Hal ini dilakukan untuk setiap lokasi
pabrik dan bisa digabungkan menurut tipe daerah atau tipe geografi lainnya. Tipe proses planning ini sangat dekat dengan praktek-praktek
penjadwalan induk produksi. Plan deliver
P4 adalah proses membandingkan pesanan aktual yang telah disepakati dengan P1 dan mengembangkan rencana sumber
distribusi untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini merupakan kebutuhan replenishment yang menginformasikan plant
manager seberapa banyak produk yang direncanakan, P3; dan visibilitas
dalam inventory yang telah dijanjikan. P4 dilakukan untuk tiap lokasi gudang dan dapat digabungkan ke tingkat regional atau tipe geografi
lainnya. Tipe proses planning ini berhubungan dengan praktik dari perencanaan kebutuhan distribusi.
Plan return P5 adalah proses menggabungkan pengembalian yang
telah direncanakan dan menghasilkan rencana sumber pengembalian untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini memiliki arti
bahwa kebutuhan pengembalian yang menginformasikan tipe, volume dan jadwal pengembalian yang telah direncanakan dan pengembalian yang
tidak direncanakan tetapi telah diketahui kepada tim pabrikasi, tim perawatan dan tim logistik. P5 dilakukan untuk tiap gudang dan
pengembalian perawatan dan dapat digabungkan pada tingkat regional atau tipe geografi lainnya.
2. Source
Tipe proses source level 2, terdiri dari source stocked product S1, source make-to-order-product
S2 dan source engineer-to-order product S3, mencirikan suatu perusahaan dalam membeli bahan baku dan barang
jadi. Faktor utama dalam menentukan tipe proses source memicu kejadian dari plan, make dan deliver dan keadaan barang di pemasok ketika
pemesanan dilakukan. S1 dibuat untuk persediaan, berdasarkan persyaratan peramalan
dari plan, make atau deliver dan pada pemasok telah tersedia item dalam persediaan barang jadi sebelum pesanan pembeliaan. S2 dibuat untuk
pesanan, berdasarkan persyaratan pesanan pelanggan yang spesifik dari
make atau deliver dan supplier harus mengubah bahan baku atau barang
setengah jadi dalam merespon suatu pesanan pembelian. S3 untuk rekayasa pesanan, berdasarkan pesanan pelanggan dan desain yang
spesifik dari make atau deliver. Pemasok yang memenuhi syarat harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum pesanan dilakukan. Jumlah pesanan
pembeliannya tergantung pada jumlah pesanan pelanggan yang spesifik dan sering hanya dilakukan sekali.
3. Make
Tipe proses make level 2, yaitu make-to-stock M1, make-to-order M2 dan engineered-to-order M3, mencirikan suatu perusahaan dalam
mengubah status bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan kemudian menjadi barang jadi. Faktor utama dalam
menentukan tipe
proses make memicu kejadian dari plan atau deliver dan keadaan material ketika pemesanan dilakukan.
M1 dipicu oleh peramalan atau keperluan penambahan stok dari plan.
Proses pengubahan dilakukan sebelum pesanan pelanggan. Jumlah pesanan yang dikerjakan tidak bergantung pada jumlah pesanan pelanggan
tertentu, tetapi berkaitan dengan skala ekonomis produksi. M2 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan tertentu dari deliver, yaitu pengubahan
bahan mentah atau barang setengah jadi dilakukan sebagai reaksi atas pesanan pelanggan. Jumlah pesanan yang dikerjakan sama dengan jumlah
pesanan pelanggan. M3 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan dan desain yang spesifik dari deliver. Spesifikasi teknik pabrikasi harus
diselesaikan sebelum pengerjaan pesanan dilakukan. Jumlah pesanan yang dikerjakan tergantung pada jumlah pesanan pelanggan yang spesifik dan
biasanya dilakukan satu kali.
4. Deliver
Tipe proses deliver level 2, yaitu deliver stocked product D1, deliver make-to-order product
D2 dan deliver engineer-to-order D3, mencirikan bagaimana suatu perusahaan memproses barang jadi dalam
merespon pesanan pelanggan.
D1 dipicu oleh peramalan dari plan yang menempatkan barang jadi dalam persediaan di atas basis yang dijanjikan ada sebelum pesanan
pelanggan. Tingkat persediaan tidak bergantung pada jumlah pesanan pelanggan tertentu. D2 biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan
pelanggan tertentu pada barang jadi yang direncanakan untuk diubah, dikumpulkan atau dibentuk setelah penerimaan pesanan pelanggan. D3
biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu dan desain atau spesifikasi manufaktur yang sudah lengkap sebelum penjualan
pesanan dilakukan. Jumlah penjualan pesanan sama dengan jumlah pesanan pelanggan dan biasanya hanya sekali dilakukan.
5. Return
Tipe proses return level 2, yaitu return defective product R1, return maintenance repair and overhoul MRO product
R2 dan deliver return excess product
R3, mencirikan suatu perusahaan dalam mengembalikan barang jadi dalam merespon hak pengembalian pelanggan.
Prose return seringkali terdapat pada gudang, tetapi dapat pula diterapkan pengiriman langsung pada pabrikan atau pemasok.
Ada dua perspektif terbentuk dalam tipe proses return, yaitu return form customer
DRx dan return to suppliers SRx. Faktor utama dalam menentuakan tipe proses memicu kejadian plan pelanggan dan keadaan
barang ketika pesanan pelanggan dilakukan. R1 dipicu oleh warranty claim oleh pelanggan yang skalanya kecil
dan product recall oleh sumber daya internal yang skalanya besar. Keduanya, pelanggan dan sumber daya internal, melaksanakan langkah
proses dalam plan return. R2 dipicu oleh kejadian pemeliharaan yang direncanakan oleh plan return atau kejadian pemeliharaan yang tidak
direncanakan oleh engineering, maintenance atau technical resources lain. R3 dipicu oleh pengembalian persediaan yang direncanakan berdasarkan
perjanjian kontrak dengan pelanggan khusus atau pengembalian persediaan yang tidak direncanakan berdasarkan kategori data manajemen
untuk ruang yang tidak dibutuhkan bagi retail atau distributor.
Dengan demikian, dari penjelasan tersebut yang merujuk pada toolkit
SCOR level 2 Gambar 12, PT ITP melakukan proses planning P1-P5, executing S2, M2, D3, DR1 dan SR1 dan enabling. Dalam
kasus PT ITP yang bergerak di bidang penyampain semen kepada distributor dan tokoend-user, kategori proses yang sangat kritis untuk PT
ITP sesuai tujuan perusahaan adalah kategori D3. Kategori D3 diimplementasikan oleh PT ITP yang melakukan penjualan dan
pengiriman semen berdasarkan by order berdasarkan permintaan semen di pasar, sehingga jumlah penjualannya sama dengan jumlah permintaan
pelanggan. PT ITP tidak lama-lama menyetok semennya di gudang, antara lain
karena daya tahan semen yang tidak tahan lama jika disimpan dan juga PT ITP setiap harinya memproduksi semen 1 ton per 0,003 jam PT ITP,
2009
a
. PT ITP memproduksi semen sebanyak itu diimbangi dengan permintaan kebutuhan semen dalam negeri yang terus meningkat
sepanjang tahun. Semen telah dianggap sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia modern yang harus tersedia secara memadai, karena semen
sebagai kebutuhan pokok pembangunan. Sebagai kebutuhan pokok pembangunan, maka pertumbuhan semen sebanyak dua kali pertumbuhan
ekonomi. Hal ini kemudian dijadikan pembenaran bahwa harus selalu ada tempat bagi pabrik semen untuk selalu melangsungkan produksinya.
4.10. Peta Geografis Aliran Material