2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Nisaa’ Mardhiyyah 2008, melakukan penelitian dengan judul Kinerja Penyampaian Suku Cadang PT Toyota-Astra Motor dengan Model Supply
Chain Operations Reference. Dari penelitian tersebut dijelaskan : 1
struktur anggota rantai pasok bisnis suku cadang PT TAM, yaitu supplier mata rantai 1, TAM mata rantai 2 sebagai agen tunggal pemegang merk
Toyota, main dealer Toyota mata rantai 3, sub dealerbranchVSP dan partshop
mata rantai 4 yang secara langsung menangani end-user mata rantai 5 ; 2 pengukuran kinerja metrik level 1 delivery performance
menunjukkan pengiriman on time untuk tujuan luar Jakarta di atas 90 dan tujuan Jakarta di atas 98. Pada bulan september mencapai 100
untuk tujuan Jakarta pada semua tipe order. Order fulfillment lead time P. Sumatera = 6-7 hari, P. Jawa = 1-3 hari, P. Sulawesi = 10-16 hari dan P.
Irian = 25-28 hari ; 3 Kategori proses yang sangat kritis untuk PT TAM adalah delivery stocked product D1. SCOR level 3 menguraikan aliran
proses dan informasi kegiatan pemrosesan order pada TAM. Pada level 4 dilakukan penguraian tugas dari elemen proses pada level 3, sehingga
dapat menjadi acuan bagi pelaksanapraktisi. 2. Juliana Rouli 2008, melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kinerja
Supply Chain Management dengan Pendekatan SCOR Model 8.0 Studi
Kasus di PT XYZ. Dari penelitian tersebut didapatkan pemetaan rantai pasok PT XYZ dengan SCOR Model 8.0 dari level 1-3; perhitungan
metrik kinerja level 1 adalah POF 86,89, OFCT 60 hari, COGS 81 dan CTCCT 90 hari, serta melakukan pemetaan fishbone analysis guna
mengetahui penyebab lebih detil dari kinerja deliver.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas
dan efisiensi produktivitas perusahaan. Perusahaan akan tetap eksis bila memiliki keunggulan daya saing terhadap lawan-lawan bisnis. Keunggulan
daya saing tersebut, antara lain dari segi biaya, persediaan bahan baku, ketepatan jumlah dan waktu pemenuhan pesanan. Dari keunggulan tersebut
PT ITP Tbk telah membentuk sistem integrasi rantai pasokanbermitra dengan para pemasok bahan baku.
PT ITP Tbk telah merumuskan strategi SCM yang sesuai dan membentuk suatu sistem rantai pasok yang berjalan. Sistem rantai pasok yang
telah berjalan dapat diketahui benchmark kinerjanya. Dengan demikian, benchmark
kinerja PT ITP Tbk yang telah ada akan diukur dengan menggunakan pendekatan model SCOR versi 9.0. Jika hasilnya sesuai dengan
standar benchmark dari model SCOR 9.0, maka dikatakan perusahaan tersebut baik dalam menerapkan sistem rantai pasok. Jika belum, maka
perusahaan perlu meninjau kembali strategi SCM yang telah ditetapkan. Dari serangkaian pengukuran dengan pendekatan model SCOR 9.0,
akan diketahui masing-masing kinerja pemasok. Setelah diketahui kinerja pemasok, permasalahan yang adayang belum baik akan dievaluasi dan
diberikan saran sebagai hasil pengukuran, serta analisis terhadap SCM. Secara sistematis kerangka pemikiran penelitian dapat disajikan pada Gambar
8.