BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan suatu persaingan yang tajam antar perusahaan. Perusahaan yang kuat akan
bertahan hidup sebaliknya perusahaan yang tidak mampu bersaing, akan mengalami kebangkrutan. Agar mampu bertahan dalam persaingan
diperlukan perencanaan dan pengelolaan yang baik. Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain likuiditas perusahaan itu
sendiri. Menurut Wild et al. 2005:185 “Likuiditas liquidity mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”.
Dalam menghadapi perekonomian dunia yang menyebabkan perkembangan dunia usaha di Indonesia, maka perusahaan harus mempertahankan kinerja
tinggi yang telah dicapainya, dan harus menjalankan aktivitas-aktivitas dengan efektif, pengelola perusahaan juga dituntut agar mampu
mengkoordinasikan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien sehingga keputusan yang dihasilkan adalah tepat.
Investor perlu melakukan analisis dalam proses pengambilan keputusan dan memerlukan beberapa tolok ukur untuk menilai prestasi dan keuangan
perusahaan. Salah satu komponen untuk menilai keuangan perusahaan adalah
rasio likuiditas liquidity ratios. Likuiditas merupakan kemampuan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan
dalam keadaan likuid, sedangkan jika perusahaan berada dalam keadaan tidak memiliki kemampuan membayar kewajiban jangka pendek artinya
perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid. Perusahaan yang tidak dapat mengendalikan tingkat likuiditasnya akan mengakibatkan hilangnya
kepercayaan dari pihak luar perusahaan kreditur dan dapat menurunkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Kebangkrutan
pada suatu perusahaan yang disebabkan oleh illikuiditas merupakan fenomena yang sering terjadi dalam dunia bisnis. Pentingnya likuiditas dapat
dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan dalam mendapatkan keuntungan. Juga berarti
pembatasan kesempatan. Seperti yang pernah terjadi pada salah satu perusahaan penerbangan, yang tidak mampu membayar kewajibannya atas
pinjaman sampai pada tanggal jatuh tempo sehingga perusahaan tersebut dinyatakan pailit dan kemudian gulung tikar.
Ada banyak ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi likuiditas suatu perusahaan, antara lain dengan menggunakan rasio lancar. Rasio ini
menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besar perbandingan aktiva
Universitas Sumatera Utara
lancar dengan kewajiban lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Perusahaan yang dalam keadaan illikuid akan menghambat aktivitas operasi dan mengurangi efektivitas perusahaan. Secara umum,
semakin tinggi likuiditas, maka semakin rendah resiko kegagalan perusahaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu
aktiva yang mudah diubah menjadi kas meliputi kas, piutang, surat berharga, persediaan.
Riyanto 2002 : 94 mengemukakan ”Kas merupakan aktiva lancar yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, artinya dengan ketersediaan
kas yang cukup maka perusahaan tidak akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Dengan kata lain, semakin besar jumlah kas
yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula likuiditasnya. Menilai ketersediaan kas dapat dihitung dari perputaran kas. Tingkat
perputaran kas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia. Suatu
perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi karena adanya kas dalam jumlah besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan
adanya kelebihan kas. Sebaliknya apabila jumlah kas relatif kecil berarti perputaran kas tinggi sehingga perusahaan akan atau dapat berada dalam
keadaan illikuid. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi ketersediaan kas adalah laba bersih. Net profit margin yang merupakan laba bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan, mempengaruhi ketersediaan kas perusahaan, apabila dalam periode tersebut laba suatu perusahaan meningkat, tentunya kas
Universitas Sumatera Utara
juga meningkat, bila kas meningkat maka dapat membiayai produksi yang lebih banyak, kemudian mengusahakan meningkatkan penjualan dengan
berbagai strategi baik melalui promosi-promosi ataupun pemberian penjualan secara kredit piutang, sehingga dengan keberadaan net profit yang stabil dan
meningkat maka suatu perusahaan likuiditasnya semakin terjaga. Aktiva lancar lain yang likuid adalah piutang. Piutang memerlukan
waktu yang lebih pendek untuk diubah menjadi kas. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat
perputaran piutang tersebut. Tingkat perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas. Perputaran
piutang dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang dihitung dengan menjumlahkan saldo awal
dan saldo akhir dan kemudian membaginya menjadi dua. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula menjadi kas dan apabila
piutang telah menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali dalam operasional perusahaan serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan
sehingga perusahaan akan dikategorikan perusahaan likuid. Sebaliknya, apabila tingkat perputaran piutang rendah, maka akan terjadi kelebihan
piutang dan perusahaan akan mengalami keadaan illikuid. Berbeda dengan kenyataannya, di beberapa perusahaan tak jarang terjadi likuiditas perusahaan
yang semakin rendah ketika perputaran kas semakin rendah pula, hal ini disebabkan terjadinya penjualan yang relatif tinggi tetapi ketersediaan aktiva
lancar yaitu kas relatif kecil. Demikian juga dengan piutang, walaupun
Universitas Sumatera Utara
perputaran piutang semakin tinggi, likuiditas perusahaan pun malah semakin rendah sebagai akibat adanya penjualan yang relatif tinggi namun
ketersediaan piutang kecil. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu hanya menggunakan dua variabel independen yaitu
perputaran persediaan dan perputaran piutang dengan dengan variabel dependennya adalah likuiditas, sedangkan pada penelitian ini, terdapat tiga
variabel independen yaitu perputaran kas , net profit margin dan piutang dan untuk variabel dependen adalah likuiditas. Kemudian pada penelitian
terdahulu, objek penelitiannya hanya pada satu perusahaan dan data perusahaan dari 2007-2009, sedangkan pada penelitian ini, peneliti
mengambil sampel dari perusahaan industri konsumsi manakan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti menggunakan
perusahaan yang bergerak di industri barang konsumsi pada umumnya memiliki aktivitas
yang lebih berfluktuatif di bandingkan dengan perusahaan lainnya, karena perusahaan yang bergerak disektor ini merupakan perusahaan yang
menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi oleh masyarakat setiap harinya, sehingga perusahaan ini menghasilkan kas yang seimbang dengan
dengan piutang yang disebabkan oleh penjualan kredit yang diberikan perusaahaan kepada para distributor.
Penjualan kredit menimbulkan piutang dan terkait dengan ketersediaan kas sehingga dapat mengukur likuiditas
perusahaan. Untuk itu perlu dilakukan proses analisa yang baik dalam hal
likuiditas perusahaan, baik dalam mengukur perputaran kas baik kas masuk
Universitas Sumatera Utara
dan kas keluar, analisa net profit margin yang dicapai maupun perputaran piutang. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
pengaruh hubungan antara perputaran kas, net profit margin dan perputaran piutang terhadap likuiditas dengan menjadikan perusahaan barang konsumsi
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI sebagai objek penelitian
dalam skripsi yang berjudul, ” Pengaruh Perputaran kas, Net Profit
Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”
1.2 Perumusan Masalah