dan kas keluar, analisa net profit margin yang dicapai maupun perputaran piutang. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
pengaruh hubungan antara perputaran kas, net profit margin dan perputaran piutang terhadap likuiditas dengan menjadikan perusahaan barang konsumsi
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI sebagai objek penelitian
dalam skripsi yang berjudul, ” Pengaruh Perputaran kas, Net Profit
Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Apakah perputaran kas, Net profit margin dan perputaran piutang berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap likuiditas pada perusahaan industri barang konsumsi sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini oleh peneliti adalah : untuk mengetahui adakah pengaruh perputaran kas, net profit margin dan
perputaran piutang berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap likuiditas pada perusahaan industri barang konsumsi sektor makanan dan
minuman terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memperluas
pengetahuan dan wawasan berpikir yang ilmiah khususnya dalam arus kas, net profit margin, dan perputaran piutang terhadap likuiditas
perusahaan.
b. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan
masukan dan bahan perbandingan atas kinerja yang selama ini ditetapkan dan dipakai sebagai bahan pertimbangan perencanaan
untuk masa yang akan datang.
c. Bagi investor Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi di industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menanamkan dana di
perusahaan tersebut.
d. Bagi pihak lain Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang
nantinya bermanfaat untuk memberikan perbandingan dalam kegiatan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kas 2.1.1 Pengertian Kas
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi
perusahaan sehari-hari, maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.
Pengertian kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang, dan dapat
diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang
dapat di ambil sewaktu-waktu.
Menurut Munawir 1983:14, pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang
diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau
demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali dengan menggunakan cek atau bilyet.
Pendapat lainnya juga hampir sama di kemukakan oleh: Tuanakotta, AK, 1982:150 dalam bukunya Auditing Petunjuk
Pemeriksaan Akuntan Publik, yaitu: Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat
diuangkan pada setiap saat tanpa
mengurangi nilai simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau dana-dana kas lainnya seperti penerimaan uang
tunai dan cek-cek yang bukan mundur untuk disetor ke bank keesokan harinya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Riyanto 2001:94, “ Kas adalah salah satu unsur
modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, makin besar jumlah kas yang ada didalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat
likuiditasnya”. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansiilnya. Tetapi
ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin
besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya saja, sebaliknya kalau
perusahaan hanya mengejar profitability saja akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan
bekerja. Kalau perusahaan menjalankan tindakan tersebut berarti menempatkan perusahaan itu dalam keadaan illlikuid apabila sewaktu-
waktu ada tagihan. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa kas adalah aktiva lancar paling likuid yang dapat tersedia dengan segera dan berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah dan merupakan sejumlah dana yang dipersiapkan untuk membayar kewajiban perusahaan yang segera
jatuh tempo dan juga untuk menuntun pergeluaran-pengeluaran yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya yang mungkin terjadi dalam
perusahaan ketika memerlukan kas untuk menjalankan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
operasionalnya. Jadi semakin semakin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan semakin tinggi juga tingkat likuiditasnya.
Yang termasuk kas adalah :
•
Uang tunai dalam bentuk kertaslogam
•
Uang perusahaan yang disimpan di bank yang sewaktu-waktu dapat diambil
•
Cek yang diterima sebagai pembayaran dari pihak lain
•
Cek perjalanantravell check adalah yang diterbitkan oleh suatu bank untuk melayani nasabah yang melakukan perjalanan jarak
jauh.
•
Kasir cek adalah cek yang dibuat dan ditanda tangani oleh suatu bank,ditarik oleh bank itu sendiri untuk melakukan pembayaran
ke pihak lain
•
Wesel post: dapat dijadikan uang tunai pada saat diperlukan
Yang tidak termasuk kas yaitu :
•
Deposito berjangkaTime deposite : uang simpanan di bank yang hanya dapat diambil setelah jangka waktu tertentu berakhir
•
Uang yang disediakan untuk tujuan-tujuan tertentu sehingga terikat penggunaannya Contoh : Dana Pensiun
•
Cek mundurPost date check : tidak dapat digolongkan ke dalam kas sebelum jangka waktunya
•
Perangko
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Sumber dan Penggunaan Kas
Sumber dan penggunaan kas sangat berperan dalam menentukan
kelancaran kegiatan perusahaan. Kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimannya sumber-
sumbernya maupun penggunaannya pengeluarannya.
Menurut Jumingan 2006:97 sumber penerimaan kas dalam
suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari : a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang
berwujud maupun tidak berwujud intangible assets atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan
penambahan kas.
b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
c. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek wesel maupun utang jangka panjang utang obligasi, utang hipotik atau
utang jangka panjang yang lain serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
d. Adanya penurunan atau berkurangya aktiva lancar selain kas yang
diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya
penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga efek karena adanya penjualan dsb.
e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya
pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode- periode sebelumnya.
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupunutang jangka panjang.
d. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies
kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan danya persekotpersekot biaya maupun persekot pembelian.
e. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen bentuk pembagian laba lainnya secara tunai, pembayaran pajak, denda-denda, dan
sebagainya. Aliran kas masuk dan aliran kas keluar akan terjadi secara
terus menerus dalam perusahaan atau akan berlangsung terus selama hidupnya perusahaan.
2.1.3 Perputaran Kas
Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai pada saat dimana kas itu diinvestasikan dalam modal kerja sampai
kembali menjadi kas dan kas juga sebagai unsur modal kerja yang tingkat likuiditasnya paling tinggi. Ini berarti semakin besar jumlah
kas yang dimiliki perusahaan berarti besar kemungkinan akan semakin rendah perputarannya. Hal ini akan mencerminkan adanya
over investment dalam kas, begitu pula sebaliknya. Jumlah kas yang relatif kecil kemungkinan besar akan menyebabkan diperolehnya
tingkat perputaran kas yang tinggi. Perputaran kas juga menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
efisiensi penggunaannya. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan kas dapat diketahui melalui tingkat perputaran kasnya.
Menurut Riyanto 2001 : 95 ”Perputaran kas adalah perbandingan antara
penjualan dengan jumlah kas rata-rata”.
Perputaran Kas = = ....... kali
Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan
dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional
sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.
2.2 Net Profit Margin NPM
2.2.1 Rasio Profit Margin
Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba untuk para pemegang saham pemilik
perusahaan, rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan dalam investasi.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Kondisi kemampuan menghasilkan laba
perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai pihak.Bagi para pekerja karyawan dan buruh merupakan
gambaran besarnya kompensasi gaji-upah yang akan diterima.
Rata –Rata Kas Penjualan Bersih
1 kali
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadi hak pemegang saham.Dengan demikian
pemilik perusahaan selalu berusaha meningkatkan laba perusahaan karena didasari sangat pentingnya laba yang ingin dicapai demi
kelangsungan atau masa depan perusahaan. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis
profitabilitas ini misalnya bagi para pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen
Sartono, 2001:122. Rasio-rasio profitabilitas antara lain :
1. Earning Per Share 2. Net Profit Margin
3. Return on Asset 4. Return on Equity
Dalam meraih profit yang diharapkan, maka efisiensi mutlak harus dilakukan oleh setiap perusahaan, tidak terkecuali
perusahaan dagang dalam rangka menjaga kelangsungan usaha maupun meningkatkan daya saing.
Dalam penelitian ini menggunakan NPM, dimana NPM ini merupakan bagian dari rasio
profit yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga jual suatu produk, relatif terhadap biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Rasio profit margin merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
per rupiah penjualan yang dinyatakan dalam persentase.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Net Profit Margin NPM
Menurut Alexandri 2008: 200 Net Profit Margin NPM adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak.
Menurut Bastian dan Suhardjono 2006: 299 “Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.
Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.” Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak net income
after tax terhadap total penjualan sales. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai oleh
perusahaan. Jadi kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan semakin meningkat maka hal ini akan
berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham. Rasio ini diinterpretasikan juga sebagai
kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya perusahaan pada peiode tertentu. Rasio ini membandingkan antara keuntungan bersih
setelah pajak terhadap penjualan bersih.
Universitas Sumatera Utara
Laba bersih Setelah Laba Bersih Setelah Pajak
Kalau rasio ini semakin tinggi berarti menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu. Apabila rasio ini rendah menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba rendah pada tigkat
penjualan dan pada biaya tertentu. Menurut Sulistyanto 2006: 7: “angka NPM dapat dikatakan
baik apabila 5 .” Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Profit Margin =
x100 = .........
Ratio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga
faktor ekstern misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen.
2.3 Piutang 2.3.1 Pengertian dan Klasifikasi Piutang
Penjualan kredit merupakan strategi yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan langganan yang sudah ada untuk
mendapat langganan baru. Penjulan kredit tidak langsung menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang
langganan, kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang.
Penjualan Bersih
Universitas Sumatera Utara
Menurut Keiso 2002 : 36 “ piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pekanggan atau pihak-pihak lainnya.“
Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja
yaitu : Kas – Investasi – Kas. Menurut Smith 2005:286 : “piutang dapat didefenisikan
dalam arti luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya
diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas”. Dengan adanya hak klaim ini, perusahaan dapat
menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa dia berhutang. Penjualan kredit tidak
segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi
aliran kas masuk cash inflows yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Istilah piutang receivable meliputi semua klaim
dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Secara umum piutang usaha dapat
didefenisikan sebagai tagihan yang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul
ketika suatu perusahaan memberi pinjaman uang kepada perusahaan lain dan menerima promeswesel, melakukan suatu jasa, ataupun
beberapa tipe transaksi lainnya yang menciptakan suatu hubungan
Universitas Sumatera Utara
antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang terhutang. Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha account
receivable dan diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
Sumber terjadinya piutang digolongkan dalam dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah
jumlah yang harus dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal. Piutang tersebut didukung oleh
faktur penjualan atau dokumen lainnya selain jaminan tertulis formal, dan didalmnya dimuat jumlah yang diharapkan dapat ditagih pada
tahun setelah tanggal neraca atau dalam siklus operasi perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar usaha kegiatan perusahaan
digolongkan piutang lain-lain. Untuk meningkatkan daya beli konsumen, kebanyakan
perusahaan penjualan memberikan fasilitas kredit terhadap konsumennya. Akan tetapi piutang tidak hanya berasal dari kredit,
bisa juga berasal dari tagihan lain. Tujuan klasifikasi piutang ini sebenarnya dilakukan untuk memudahkan pembukuan transaksi yang
mempengaruhinya. Menurut Ikatan Akutansi Indonesia 2007 : 451,
“berdasarkan sumber terjadinya, piutang digolongkan ke dalam dua kategori yaitu: piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha
timbul karenapenjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal
usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain”.
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi piutang secara umum :
Piutang usaha dapat diklasifikasikan sebagai piutang lancar piutang jangka pendek dan piutang tidak lancar piutang jangka
panjang. Piutang lancar current receivable diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan. Semua
piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar non current receivable. Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca sebagai
piutang dagang atau non dagang. 1. Piutang Dagang Trade Receivable
Piutang dagang adalah tagihan perusahaan dagang kepada konsumen yang berasal dari penjualan barang secara tidak kas atau
kredit. Piutang dagang adalah tipe piutang yang paling banyak ditemukan dan biasanya memiliki jumlah yang paling besar.
Piutang dagang dapat dikelompokkan menjadi dua yakni : a. Piutang Usaha Account Receivable
Piutang usaha ini berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan umumnya bisa ditagih dalam waktu satu sampai 2
bulan. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga,
meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa bisa saja dibebankan jika pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu.
b. Wesel Tagih Notes Receivable Wesel tagih merupakan janji tertulis untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan
Universitas Sumatera Utara
datang. Wesel tagih bisa bersumber dari penjualan, pembayaran ataupun transaksi lainnya. Wesel tagih dapat bersifat jangka pendek
ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni :
•
Wesel tagih berbunga interest bearing notes. Wesel ini ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah
nominal serta ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus.
•
Wesel tagih tanpa bunga non-interest bearing notes. Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga,
akan tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga.
2. Piutang Lain-lain Non Dagang Piutang lain-lain adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan atau
pihak lain akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha perusahaan. Beberapa
contoh yang termasuk dalam piutang jenis ini : piutang pegawai, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang dividen, piutang bunga,
dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Peranan dan Arti Penting Piutang Peranan Piutang
Piutang receivables merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar terus menerus dalam rantai
perputaran modal kerja yaitu : Kas Barang Piutang Kas
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa elemen piutang mempunyai tingkat likuiditas yang tidak selikuid elemen
kas, karena untuk menjadikan piutang dalam bentuk uang tunai memerlukan waktu yang tergantung pengembaliannya. Oleh karena
itu semakin besar nilai elemen piutang semakin besar pula resiko yang timbul. Disamping itu, dana yang tertanam di dalamnya
semakin besar sehingga kebutuhan dana dalam perputaran modal kerja semakin besar pula.
Arti Penting Piutang
Pada umumnya perusahaan melakukan penjualan secara kredit
untuk dapat mempertahankan pelanggan yang sudah ada sekarang dan untuk menarik customer baru. Dari penjualan kredit
akan menimbulkan penagihan piutang kepada customer yang erat hubungannya dengan persyaratan-persyaratan kredit yang diberikan.
Karena piutang merupakan salah satu investasi dari aktiva lancar,
Universitas Sumatera Utara
maka piutang dianggap memiliki waktu perputaran yang cepat dari setahun sehingga aktiva ini mudah dicairkan menjadi uang kas.
Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar sehingga memerlukan perhatian yang
cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dimanage dengan cara yang seefisien mungkin.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi pada Piutang
Menurut Riyanto 2005:5, faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang :
a. Volume penjualan Kredit b. Syarat Pembayaran Kredit
c. Ketentuan tentang Pembatasa Kredit d. Kebijaksanaan dalam Pengumpulan Piutang
e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan