RFLP Polymerase Chain Reaction PCR

14 memberikan hasil yang lebih kuat dibandingkan dengan analisis protein karena analisis DNA mitokondria dapat mendeteksi semua keragaman genetik yang bernilai bagi pemahaman identifikasi stok Ferris dan Berg 1987, diacu dalam Rina 2001. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil-hasil penelitian dengan menggunakan DNA mitokondria dan analisis protein pada ikan-ikan American oyster Crassostrera virginica, kepiting Limulus polyphemus, ikan teleostei laut Fundulus heteroclitus dan Theragra chalcogramma ikan teleostei air tawar Stizestedion vitreum serta ikan anadromus American shad Alosa sapidissima yang menyimpulkan bahwa sub divisi populasi lebih besar terlihat pada analisis dengan DNA mitokondria dibandingkan dengan protein Ward dan Grewe 1995, diacu dalam Rina 2001. Daerah D-loop atau dikenal juga dengan nama daerah kontrol control region merupakan bagian dari DNA mitokondria yang sangat spesifik. Analisis DNA mitokondria pada D-loop telah digunakan untuk menduga keragaman genetik dan struktur populasi ikan japanese flounder Paralichthys alovaceus oleh Fujii dan Nishida 1997.

2.4 RFLP

Restriction Fragment Length Polymorphism RFLP adalah suatu metode untuk melihat perbedaan profil dan panjang DNA yang dipotong dengan enzim restriksi endonuklease yang sama tetapi pada individu yang berbeda dalam suatu populasi Stansfield 1991, diacu dalam Ayu 2005. Metode RFLP digunakan untuk mengetahui polimorfisme DNA pada wilayah tertentu dengan melihat tipe atau pola pemotongan DNA dengan menggunakan bantuan enzim restriksi Sianipar 2003. RFLP atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah fragmen restriksi yang polimorfik merupakan penanda molekul yang pertama kali ditemukan dan digunakan. Penggunaannya dimungkinkan semenjak orang menemukan enzim endonuklease restriksi RE, suatu kelas enzim yang mampu mengenal dan memotong seurutan pendek basa DNA biasanya 4-6 urutan basa. RFLP bersifat kodominan dan cukup berlimpah serta polimorfik. Penanda ini juga mudah dipetakan dalam peta genetik dan bersifat stabil Anonim 2008d. 15 Suatu fragmen restriksi yang polimorfik RFLP akan muncul apabila DNA dari individu yang berbeda dalam populasi memberikan profil fragmen yang berbeda saat DNA-nya terpotong menggunakan enzim restriksi endonuklease yang sama Stansfield 1991, diacu dalam Sunandar 2008. RFLP telah digunakan pada genom mitokondria di beberapa situs restriksi antara lain 16S rRNA ribosomal ribonucleic acid dan CO cytochrome oxidase-I Mathews et al. 2002, diacu dalam Sunandar 2008 dan area D-loop Nugroho et al. 2002. Penelitian Bouchon et al. 1994 diacu dalam Rina 2001 memperlihatkan bahwa analisis mtDNA dengan RFLP telah dapat memperlihatkan variasi DNA pada dua spesies udang penaeid Penaeus monodon Fab dan P. japonicus Bate. Selain itu, Tabata dan Mizuta 1997 diacu dalam Rina 2001 melakukan penelitian untuk mendapatkan hasil yang lebih rinci pada populasi ikan red sea bream Pagrus major dengan analisis RFLP mtDNA pada daerah D-loop.

2.5 Polymerase Chain Reaction PCR

PCR atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah reaksi berantai polimerase merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan replikasi DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dengan teknik ini, orang dapat menghasilkan DNA dalam jumlah besar dalam waktu singkat sehingga memudahkan berbagai teknik lain yang menggunakan DNA Anonim 2009a. Erlich 1989 diacu dalam Rina 2001 menyatakan bahwa PCR adalah sebuah metode in vitro yang digunakan untuk mensintesa sekuen DNA tertentu secara enzimatis dengan menggunakan dua primer oligonukleotida yang menghibridasi pita yang berlawanan dan mengapit daerah target DNA. Metode PCR terdiri dari tiga tahap utama, yaitu 1 tahap denaturasi denaturation untuk memisahkan DNA menjadi utas tunggal single strand pada suhu 95 o C, 2 tahap penempelan annealing merupakan proses penempelan primer DNA baru pada utas tunggal yang telah terpisah dan 3 tahap pengembangan extension yang merupakan proses pemanjangan utas DNA yang baru Baker dan Birt 2000, diacu dalam Sunandar 2008. Lisdiyanti 1997 mengemukakan bahwa PCR adalah metode yang sangat sensitif sehingga hanya 16 dengan satu molekul DNA, dapat diperbanyak dua kali lipat DNA dalam satu siklus suhu denaturation, annealing dan extension. Sekuens primer DNA merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu PCR, karena primer ini sebagai awal dimulainya proses amplifikasi DNA. Jika primer langsung menempel pada susunan basa nukleotida pada sekuens DNA, maka proses berikutnya akan mudah bekerja dengan baik. umumnya suatu primer DNA memiliki panjang antara 20-24 pasangan basa basepairs, baik primer yang berukuran panjang atau pendek keduanya umum digunakan dalam proses PCR Baker dan Birt 2000, diacu dalam Sunandar 2008. Primer DNA yang digunakan sebaiknya memiliki kesamaan sekuens atau spesifik dengan target template DNA

2.6 Keragaman Genetik