Hasil Tangkapan Ikan Tuna Mata Besar Didaratkan di Benoa

9 Papua. Semua jenis tuna terdapat di Indonesia kecuali tuna sirip biru utara dan tuna sirip hitam, karena tuna sirip biru utara menghuni Samudera Pasifik dan Atlantik, sedangkan tuna sirip hitam hanya terdapat di Samudera Atlantik Uktolseja 1988. Sumber: FAO 2005 Gambar 3 Peta penyebaran ikan tuna mata besar di dunia.

2.2 Hasil Tangkapan Ikan Tuna Mata Besar Didaratkan di Benoa

Pengertian hasil tangkapan didaratkan adalah jumlah ikan dari satu atau lebih spesies ataupun hewn air lainnya yang tertangkap oleh suatu kegiatan operasi penangkapan dan didaratkan di suatu tempat pendaratan yang merupakan fishing base suatu perusahaan penangkapan atau di suatu pelabuhan perikanan. Hasil tangkapan terbagi menjadi 2, yaitu hasil tangkapan utama HTU dan hasil tangkapan sampingan HTS. Hasil tangkapan sampingan HTS dapat diartikan sebagai hasil tangkapan yang tertangkap selain hasil tangkapan utama dan bukan merupakan target spesies. Beverly et al. 2003 menyatakan bahwa HTS adalah hasil tangkapan yang tidak diinginkan namun tertangkap secara kebetulan selama operasi penangkapan dengan tuna longline. Penanganan HTS terbagi 2, yaitu disimpan karena memiliki nilai ekonomis tinggi by-product dan dibuang karena tidak memiliki nilai ekonomis discard. Hasil tangkapan utama tuna longline adalah jenis-jenis tuna dan paruh panjang billfish, termasuk jenis-jenis hiu cucut yang merupakan salah satu komponen hasil tangkapan yang sangat penting Beverly et al. 2003, sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah beberapa jenis ikan, penyu dan burung. 10 Indonesia adalah salah satu negara perikanan tuna yang penting di Samudera Hindia. Potensi sumberdaya tuna di wilayah Samudera Hindia termasuk ZEEI 200 mil sebesar 216.275 tontahun atau 39,4 dari total potensi tuna Indonesia yaitu sebesar 548.387 tontahun Uktolseja et al. 1997. Komisi Tuna Samudera Hindia Indian Ocean Tuna Commission, IOTC memperkirakan hasil tangkapan tuna dan sejenisnya tuna like species dari Indonesia di Samudera Hindia sebesar 177.384 ton pada tahun 2000 Herrera 2002, diacu dalam Proctor et al. 2003. Hasil tangkapan tuna mata besar yang didaratkan di Benoa hingga tahun 2002 diperkirakan mencapai 11.646 ton atau 43,5 dari total hasil tangkapan tuna yaitu sebesar 26.747 ton Tabel 2 Proctor et al. 2003. Tabel 2 Estimasi hasil tangkapan tuna yang didaratkan di Benoa tahun 2000-2002 2000 2001 2002 Jenis tuna Berat ton Berat ton Berat ton Mata besar 8.676 34,3 9.362 36,2 11.646 43,5 Madidihang 12.596 49,8 12.165 47,1 10.380 38,8 Sirip biru selatan 1.046 4,1 1.419 5,5 1.631 6,1 Albakor 2.238 8,8 2.461 9,5 2.257 8,4 Paruh panjang 752 3,0 425 1,6 833 3,1 Total 25.308 25.832 26.747 Sumber: Proctor et al. 2003 Sebagian besar ikan tuna, termasuk ikan tuna mata besar hasil tangkapan tuna longline yang berbasis di Benoa dijual dalam bentuk segar dan beku. Produksi tuna segar dan beku pada tahun 2005 sebesar 13.184 ton. Produksi ini mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2000 yaitu sebesar 15.700 ton Tabel 3 Asosiasi Tuna Longline Indonesia, ATLI 2006, diacu dalam Kosasih 2007 . Tabel 3 Produksi tuna segar dan beku kapal tuna longline di Benoa Tahun Segar ton Beku ton Total ton 2000 11.307 4.393 15.700 2001 11.038 4.042 15.080 2002 11.267 4.603 15.870 2003 13.048 5.862 18.910 2004 10.012 3.518 13.530 2005 5.199 7.985 13.184 Sumber: ATLI 2006 diacu dalam Kosasih 2007 11 ATLI 2006 diacu dalam Kosasih 2007 melaporkan bahwa ekspor tuna dari Benoa semenjak tahun 2000-2005 mengalami penurunan. Penurunan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2005 dimana hanya 9.776 ton tuna yang diekspor dibandingkan pada tahun 2000 yang berjumlah 18.758 ton Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan nilai ekspor tuna dari Benoa tahun 2000-2005 Tahun Jumlah ekspor ton Nilai ekspor US 2000 18.758 82.444.848 2001 17.590 72.595.501 2002 17.847 73.656.163 2003 17.545 72.838.508 2004 12.460 58.896.455 2005 9.776 41.135.741 Sumber: ATLI 2006 diacu dalam Kosasih 2007 Berdasarkan data statistik perikanan tangkap tahun 2005 jumlah kapal tuna longline pada tahun 2003 berjumlah 6.547 unit, sedangkan pada tahun 2002 hanya berjumlah 2.264 unit atau mengalami kenaikan sebesar 189,18. Jumlah kapal tuna longline di Benoa sejak tahun 1997-2004 terus mengalami kenaikan. Pada tahun 1997 jumlah kapal tuna longline di Benoa sebanyak 459 unit, bertambah jumlahnya pada tahun 2004 hingga mencapai 700 unit. Pada tahun 2005 jumlah kapal tuna longline menurun seiring dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak BBM Tabel 5 ATLI 2006, diacu dalam Kosasih 2007. Tabel 5 Jumlah kapal tuna longline di Benoa tahun 1997-2005 Tahun Jumlah kapal unit 1997 459 1998 460 1999 485 2000 537 2001 562 2002 705 2003 701 2004 700 2005 668 Sumber: ATLI 2006 diacu dalam Kosasih 2007 Ukuran kapal tuna longline di Benoa terdiri dari 0-30 GT, 31-60 GT, dan 60 GT. Dari keseluruhan kapal tuna longline yang ada di Benoa, dapat dilihat bahwa kapal tuna longline yang mempunyai ukuran 60 GT 57 lebih banyak 12 dibandingkan kapal yang mempunyai ukuran 60 GT Tabel 6 ATLI 2006, diacu dalam Kosasih 2007. Tabel 6 Ukuran kapal tuna longline dan jenis lainnya di Benoa tahun 2005 Ukuran kapal Tuna longline Alat tangkap lain Total 0-30 GT 172 87 259 31-60 GT 117 17 134 60 GT 379 40 419 Jumlah 668 144 812 Sumber: ATLI 2006 diacu dalam Kosasih 2007 Beberapa daerah di Indonesia yang merupakan daerah penangkapan ikan tuna antara lain adalah Laut Banda, Laut Maluku dan perairan selatan Jawa terus menuju timur. Begitu pula di perairan selatan dan barat Sumatera serta perairan lainnya Gunarso 1998. Menurut Uktolseja et al. 1991 tuna hampir didapatkan menyebar di seluruh perairan Indonesia. Di Indonesia bagian barat meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Di perairan Indonesia bagian timur meliputi Laut Banda, Laut Flores, Laut Halmahera, Laut Maluku, Laut Sulawesi, perairan Pasifik di sebelah utara Irian Jaya dan Selat Makasar. Menurut Wudianto et al. 2003 daerah penangkapan kapal tuna longline yang berasal dari Cilacap dan Benoa yaitu di perairan selatan Jawa Tengah antara 108-118 o BT dan 8-22 o LS dimana sebagian besar 70 melakukan penangkapan di luar perairan ZEEI. Penangkapan di luar perairan ZEEI Samudera Hindia diduga karena kelimpahan tuna di perairan ZEEI semakin sedikit. Hal ini terlihat dari laju pancing hook rate di perairan ZEEI makin kecil dan berat ikan yang tertangkap juga makin kecil. Pada awal-awal perkembangan tuna longline 1970-an, laju pancing berkisar antara 1,15-2,16. Pada tahun 1999 turun mencapai 0,67. Begitu pula dengan berat ikan yang tertangkap terus turun dari 37 kgekor pada tahun 1973 menjadi 26 kgekor pada tahun 1999 Pusat Riset Perikanan Tangkap 2002. Daerah penangkapan yang pernah dilaporkan oleh PT. PSB sebagai berikut Uktolseja et al. 1991: 13 Tabel 7 Daerah penangkapan tuna longline di perairan Indonesia Bulan Daerah penangkapan Januari barat Sumatera, selatan NTBNTT, Laut Flores, Laut Banda bagian timur Pebruari barat Sumatera, selatan JawaBaliNTBNTT dan relatif kecil di Laut Banda Maret barat Sumatera, selatan JawaBaliNTBNTT dan relatif kecil di Laut Banda April barat Sumatera, selatan JawaBaliNTBNTT, Laut Flores dan di Laut Banda cukup padat Mei terutama di selatan JawaBaliNTB dan Laut Banda Juni selatan JawaBaliNTB dan Laut Banda Juli selatan JawaBali, lepas pantai NTBNTT dan sedikit di Laut Banda Agustus sedikit di barat Sumatera dan selatan Jawa dan Laut Banda September barat Sumatera, selatan Jawa, lepas pantai NTB dan Laut Banda.cukup padat Oktober selatan JawaBaliNTBNTT dan Laut Banda November barat Sumatera, sedikit di selatan JawaNTB, Laut Flores dan Laut Banda Desember selatan NTBNTT dan Laut Banda serta Laut Flores

2.3 DNA