38
38
BAB III STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDAAN
A. Kompetensi Dasar
1. Mampu menjelaskan Standar Pelayanan Kebidanan Dasar yang meliputi:
pengertian standar; syarat standar 2.
Mampu mendefinisikan standar pelayanan kebidanan. 3.
Mampu menguraikan standar persyaratan minimal: Standar masukan; Standar lingkungan; Standar proses.
4. Mampu menguraikan standar penampilan minimal.
B. Uraian Materi
3.1 Standar Pelayanan Kesehatan
3.1.1 Pengertian
Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu sendiri dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu
layanan kesehatan. Standar pelayanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan, yang menyangkut masukan, proses, dan keluaran outcome
sistem layanan kesehatan. Standar pelayanan kesehatan merupakan alat organisasi untuk menjabarkan
mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem.
3.1.2 Klasifikasi Standar
Donabedian 1980 menganjurkan agar standar dan kriteria diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok. Anjuran Donabedian tersebut pada prinsipnya sama
dengan yang dianjurkan oleh WHO yaitu: standar struktur, standar proses dan standar keluaran outcome.
1. Standar Input atau Struktur
Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem, kadang kadang disebut juga sebagai masukan atau struktur. Termasuk ke dalamnya
39
39 adalah hubungan organisasi, misi organisasi, kewenangan, komite-komite,
personel, peralatan, gedung, rekam medis, keuangan, perbekalan, obat dan fasilitas. Standar struktur merupakan rules of the game. Karakteristik yang relatif
stabil dari penyedia pelayanan kesehatan, alat dan sumber daya yang dipergunakan, fisik dan pengaturan organisasi di lingkungan kerja. Konsep
struktur termasuk manusia, fisik, dan sumber keuangan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan medis. Struktur digunakan sebagai pengukuran tidak
langsung dari kualitas pelayanan. Hubungan antara struktur dan kualitas pelayanan adalah hal yang penting
dalam merencanakan, mendesain, dan melaksanakan sistem yang dikehendaki untuk memberikan pelayanan kesehatan. Pengaturan karakteristik struktur yang
digunakan mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi proses pelayanan sehingga ini akan membuat kualitasnya berkurang atau meningkat.
2. Standar Proses
Standar proses adalah sesuatu yang menyangkut semua aspek pelaksanaan kegiatan layanan kesehatan, melakukan prosedur dan kebijaksanaan . Standar
proses akan menjelaskan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya dan bagaimana sistem bekerja. Dengan kata lain standar proses adalah Playing the
game. Beberapa pengertian tentang proses :
a. “Interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
pasienmasyarakat” Depkes RI, 2001. b.
“Suatu bentuk kegiatan yang berjalan dengan dan antara dokter dan pasien”. Donabedian, 1980.
c. “Semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan
interaksi secara profesional dengan pasiennya. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek, yaitu relevan tidaknya
proses itu bagi pasien, efektivitas prosesnya, dan kualitas interaksi asuhan terhadap pasien”. Muninjaya, 2004.
40
40 d.
“Proses yaitu semua kegiatan sistem melalui proses akan mengubah input menjadi output.
e. PengubahanTransformasi berbagai masukan oleh kegiatan operasiproduksi
menjadi keluaran yang berbentuk produk danatau jasa. 3.
Standar OutputOutcome Standar output merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan.
Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasil atau gagal. Keluaran outcome adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil
dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur. Tentang outputoutcome, Donabedian memberikan
penjelasan bahwa outcome secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya
bermutu atau tidak, diukur dengan dengan standar hasil yang diharapkan dari pelayanan medis yang telah dikerjakan.
Gambar 3.1 Pengelompokan standard dan indikator menurut Donabedian
Sumber: Pohan, 2007
3.1.3 Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan
Penyusunan standar layanan kesehatan merupakan cara penyusunan bertahap. Pendekatan ini digunakan untuk memandu organisasi layanan kesehatan atau orang
STRUKTUR •
Sumber daya manusia
• Perbekalan
• Peralatan
• Bahan
• Fasilitas
• Kebijaksanaan
• Standar
PROSES •
Anamnesis •
Pemeriksaan fisik •
Pemeriksaan penunjang medic
• Peresepan obat
• Penyuluhan
kesehatan •
Merujuk pasien
KELUARAN •
Tingkat kepatuhan meningkat
• Tingkat kesembuhan
meningkat •
Tingkat kematian menurun
• Tingkat kecacatan
menurun •
Tingkat kepuasan pasien meningkat
41
41 yang diberi tugas menyusun standar layanan kesehatan. Penggunaan berbagai
pertanyaan harus dipertimbangkan guna menentukan mutu layanan kesehatan apa yang diperlukan oleh organisasi layanan kesehatan dan standar apa yang
dibutuhkan untuk dapat memenuhi mutu layanan kesehatan tersebut.berikut langkah-langkah dalam penyusunan standar layanan kesehatan:
Langkah 1: Pilih salah satu fungsi atau sistem yang memerlukan standar layanan Kesehatan
Pilih satu atau dua sistem atau sub sistem yang membutuhkan standar layanan kesehatan. Sistem ini bisa berua klinis atau non klinis. Contoh layanan klinis adalah
penatalaksanaan ISPA, layanan immunisasi, dan layanan antenatal. Contoh layanan nonklinis adalah prosedur layanan pasien masu rawat inap, prosedur layanan pasien
pulang, dan lain-lain. Organisasi layanan kesehatan dapat menentukan fungsi yang prioritasnya tinggi dengan cara pendekatan enyaringan dua tingkat.
Penyaringan tingkat pertamaditentukan dengan fungsi atau sistem yang volumenya tinggi, dan mudah menimbulkan masalah. Kriteria tambahan yang
sering digunakan adalah: kepentingan, kemudahan, dampak dan biaya. Langkah 2: Bentuk tim atau kelompok pakar
Keputusan penting tentang fungsi atau sistem yang memerlukan standar layanan kesehatan biasanya dilakukan oleh para kepala satuan kerja dan kepala
bagian. Setelah diputuskan, maka meraka menugaskan suatu kelompok kerja multidisiplin atau kelompok pakar sesuai fungsi atau sistem untuk penyusunan
standar layanan kesehatan. Langkah 3: Tentukan masukan, proses dan keluaran
Kelompok pakar yang telah diberikan tugas harus menentukan unsur-unsur masukan, proses dan keluaran dari setiap komponen fungsi atau sistem. Masukan
diperlukan agar dapat melakukan proses, proses diperlukan untuk menghasilkan keluaran. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah menentukan unsur penting atau
unsur kunci bagi fungsi atau sistem agar proses dan keluaran yang terjadi sesuai harapan organisasi.
42
42 Langkah 4: Tentukan karakteristik mutu
Karakterstik mutu adalah sifat atau atribut untuk membedakan masukan, proses, dan keluaran yang penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan dan
akan ditetapkan oleh kelompok atau organisasi layanan kesehatan. Contoh: ketepatan waktu, selanjutnya akan ditentukan standar dari ketepatan waktu dalam
istilah yang dapat diukur. Langkah 5: Tentukansesuaikan standar layanan kesehatan
Setelah kelompok memutuskan karakteristik mutu darisetiap fungsi atau sistem, karakteristik mutu yang memerlukan standar harus diputuskan, kemudian
standar disusun. Untuk menyelesaikan langkah ini, kelompok biasanya melakukan hal-hal berikut:
• Pemilihan pola atau bentuk penulisan standar
• Pengumpulan informasi
• Pembuatan naskah standar layanan kesehatan
Langkah 6: Nilai ketepatan standar layanan kesehatan Standar layanan kesehatan harus dinilai untuk memastikan apakah standar
tersebut tepat atau layak bagi organisasi layanan kesehatan. Kelompok pakar atau organisasi layanan kesehatan harus menentukan keabsahan standar, dapat
dipercaya, jelas, dan dapat diterapkan sebelum disebarluaskan. Peniaian standar layanan kesehatan harus mengikuti tatacara berikut:
a. Tentukan siapa saja dalam organisasi yang akan menggunakan standar layanan
kesehatan atau yang akan terpengaruh oleh standar layanan kesehatan. b.
Tentukan cara untuk memperoleh informasi mengenai standar layanan kesehatan dari kelompok sampel.
c. Lakukan anamnesis umpanbalik perbaikan jika diperlukan sebelum standar
layanan kesehatan disebarluaskan. Analisis juga dilakuakan terhadap kekuatan dan kelemahan serta rekomendasi. Penilaian standar harus memenuhi kriteria
sebagai berikut: •
Penilaian keabsahankesahihan atau validitas standar layanan kesehatan •
Penilaian reliabilitas atau keandalan standar layanan kesehatan
43
43 •
Penilaian kejelasan standar layanan kesehatan.
3.2 Standar Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan berfokus kepada pelayanan perempuan. Untuk meningkatkan kualitas asuhan
kebidanan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu AKI dan angka kematian bayi AKB. Untuk mendapatkan asuhan kebidanan
yang berkualitas perlu didukung dengan tersedianya dengan standar asuhan kebidanan, tenaga bidan yang profesional, sarana dan fasilitas yang sesuai dengan
kebutuhan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan WHO tahun 2000 dan hasil evaluasi dari 10 rumah sakit di Jawa tengah dan Jawa timur asuhan kebidanan
belum didukung dengan tersedianya standar asuhan kebidanan dan standar pelayanan atau standar lainnya yang berkaitan dalam peningkatan kualitas asuhan
kebidanan. Untuk meningkatkan standar asuhan kebidanan di rumah sakit dan puskesmas
perlu dikembangkan berbagai perangkat lunak antara lain standar asuhan kebidanan termasuk indikator keberhasilan yang jelas dan mudah diterapkan. Juga dapat
digunakan untuk menilai tingkat kinerja klinis bidan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam memberikan asuhan berkualitas. Keberhasilan dalam
penerapan standar asuhan kebidanan sangat tergantung individu bidan itu sendiri, usaha dari semua staf bidan dalam suatu organisasi disamping partisipasi organisasi
profesi. Standar merupakan pernyataan-pernyataan tertulis mengenai harapan-
harapan tingkat ketrampilankompetensi untuk memastikan pencapaian suatu hasil tertentu.
3.2.1 Batasan Standar Pelayanan Kebidanan
Standar pelayanan kebidanan adalah hasil yang harus dicapai, dapat diamati, diukur sesuai dengan harapan dan harus tampak dalam perilaku yang dapat diukur
dalam melaksanakan pelayanan kebidanan Depkes, 2002.
44
44 3.2.2
SyaratKriteria Standar Pelayanan Kebidanan Syarat standar pelayanan kebidanan adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan bahasa yang jelas, sederhana dan mudah dimengerti.
b. Dapat diterima dalam lingkup asuhan yang diperlukan.
c. Dapat digunakan pada kondisi tertentu dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
d. Terpusat pada fungsi dan kegiatanpenampilan yang harus dilaksanakan dan
ditetapkannya indikator keberhasilan. e.
Dapat menampilkan pelayanan bermutu Depkes, 2002.
3.2.3 Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan
Standar pelayanan kebidanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar
pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Suatu standar akan
efektif bila dapat diobservasi dan diukur, realistik, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Manfaat standar pelayanan kebidanan dapat didefinisikan sebagai
berikut: a.
Memandu, mendorong dan mengarahkan kinerja klinik dalam upaya menampilkan asuhan kebidanan yang bermutu.
b. Sebagai parametertolok ukur untuk menilai tingkat kualitas asuhan kebidanan
yang diberikan. c.
Merupakan alat penilaian diri sendiri bagi bidan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,
d. Mempertahankan profesionalisme bidan sebagai praktisi klinis.
e. Meningkatkan efektifitas dan efisien asuhan kebidanan.
f. Meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap asuhan kebidanan.
g. Melindungi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dari kemungkinan timbulnya
gugatan hukum Depkes, 2002.
45
45 3.2.4
Format Standar Pelayanan Kebidanan Dalam membahas tiap standar pelayanan kebidanan digunakan format bahasan
sebagai berikut : a.
Tujuan merupakan tujuan standar. b.
Pernyataan standar, berisi pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan dengan penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan.
c. Hasil, hal yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan
dalam bentuk yang dapat diukur. d.
Prasyarat, hal – hal yang diperlukan misalnya alat, obat, ketrampilan agar pelaksana pelayanan dapat menerapkan standar.
e. Proses, berisi langkah – langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan
standar. 3.2.5
Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan. Telah disadari bahwa pertolongan pertamapenanganan kegawatdaruratan
obstetri neonetal merupakan komponen penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan kebidanan disetiap tingkat pelayanan. Bila hal tersebut
dapat diwujudkan, maka angka kematian ibu dapat diturunkan. Berdasarkan itu, standar pelayanan kebidanan ini mencakup standar untuk penanganan keadaan
tersebut, disamping standar untuk pelayanan kebidanan dasar. Dengan demikian ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24
standar yang dikelompokkan sebagai berikut : a.
Standar pelayanan umum 2 standar b.
Standar pelayanan antenatal 6 standar c.
Standar prtolongan persalinan 4 standar d.
Standar pelayanan nifas 3 standar e.
Standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal 9 standar Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Standar Pelayanan Umum
Terdapat dua standar pelayanan umum sebagai berikut :
46
46 1.
Standar 1 : Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat Pernyataan standar :
Bidan memberikan penyuluhan dan nasihat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang bedrkaitan dengan kehamilan, termasuk
penyuluhan kesehatan umum, gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan
yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik. 2.
Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan Pernyataan satandar :
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu registrasi semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan,
kepada setiap ibu hamil besalin nifas dan bati baru lahir, semua kunjungan rumahdan penyuluhan kepada masyarakat. Di samping itu, bidan hendaknya
mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir. Bidan meninjau
secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya.
b. Standar Pelayanan Antenatal
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal seperti berikut ini : 1.
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil Pernyataan standar :
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pernyataan standar : Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus
47
47 mengenal kehamilam risti kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisai, nasihat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnyayang diberikan oleh
pukesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya. 3.
Standar 5 : Palpasi Abdominal Pernyataan Standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memprkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan
bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin ke rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan
tepat waktu. 4.
Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Pernyataan standar :
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan atau rujukan semua kasus anemi pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. 5.
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Pernyataan standar :
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya. 6.
Standar 8 : Persiapan Persalinan Pernyataan standar :
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami seerta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan diencanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk
48
48 merujuk, bila tiba – tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. c.
Standar Pertolongan Persalinan Terdapat empat standar dalam standar pertolongan persalinan seperti berikut ini :
1. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala 1
Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah selesai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
2. Standar 10 : Persalinan Kala 2 yang Aman
Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan bersikap sopan
dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat. 3.
Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala 3 Pernyataan standar :
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar dan membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4. Standar 12 : Penanganan Kala 2 dengan Gawat Janin melalui Episiotomi
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin pda kala II yang lama
dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan perineum.
d. Standar Pelayanan Nifas
Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas seperti berikut ini : 1.
Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir Pernyataan standar :
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi.
49
49 2.
Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalina, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal – hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membentu ibu untuk memulai
pemberian ASI. 3.
Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah persalinan,
untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penangan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makan bergizi, perawatan
bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. e.
Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal Disamping untuk pelayanan kebidanan dasar antenatal, persalinan, dan nifas
disini ditambahkan beberapa standar penanganan kegawatan obstetri neonetal. 1.
Standar 16 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada Trimerter III Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
2. Standar 17 : Penangan Kegawatan pada Eklamsia
Pernyataan standar ; Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam, serta
merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama. 3.
Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama Macet Pernyataan standar :
50
50 Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama macet serta
melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya. 4.
Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstrator Pernyataan standar ;
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan
keamanannya bagi ibu dan janin bayinya. 5.
Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta Pernyataan standar ;
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai
dengan kebutuhan. 6.
Standar 21 : Penanganan Perdarahan Postpartum Primer Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan perdarahan postpartum primer dan segera melakukan
pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan. 7.
Standar 22 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan postpartum sekunder dan melakukan pertolongan pertama untuk
penyelamatan jiwa ibu dan atau merujuknya. 8.
Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
9. Standar 24 : Penangan Asfiksia Neonatorum
Pernyataan standar :
51
51 Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta
melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
3.3 Standar Persyaratan Minimal Pelayanan Kebidanan
Standar persyaratan minimal adalah yang menunjuk pada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
bermutu. Menurut Saifuddin dkk 2001, standar persyaratan minimal ini dibedakan atas tiga macam yakni :
3.3.1 Standar masukan
Standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan yang perlu disediakan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan termasuk
kebidanan yang bermutu, yakni jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana; jenis, jumlah dan spesifikasi sarana serta jumlah dana modal. Jika standar
masukan tersebut menunjuk pada tenaga pelaksana disebut dengan nama standar ketenagaan standard of personnel. Sedangkan jika standar masukan tersebut
menunjuk pada sarana dikenal dengan nama standar sarana standard of facilities. 3.3.2
Standar lingkungan Standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni garis-garis besar kebijakan, pola organisasi serta sistem manajemen yang
harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan kebidanan. Satndar lingkungan ini sering disebut dengan standar organisasi dan manajemen standard
of organization and management. 3.3.3
Standar proses Pada standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus
dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni tindakan medis dan tindakan non medis pelayanan kesehatan. Standar proses
ini dikenal dengan nama standar tindakan standard of conduct. Karena baik atau
52
52 tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan
dengan standar proses maka haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar proses tersebut
.
3.4 Standar Penampilan Minimal Pelayanan Kebidanan
Standar penampilan minimal minimum performance standard adalah yang menunjuk pada penampilan layanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar
ini karena menunjuk pada unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran standard of output atau populer pula dengan sebutan standar penampilan
standard of performance. Untuk mengetahui apakah mutu layanan kesehatan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas yang wajar atau tidak, perlulah ditetapkan
standar keluaran. Untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan, keempat standar ini
perlu dipantau secara berkesinambungan. Apabila ditemukan penyimpangan perlu segera diperbaiki. Secara sederhana kedudukan dan peranan keempat standar ini
dapat dilihat sebagai berikut :
STANDAR LINGKUNGAN
STANDAR STANDAR
STANDAR MASUKAN
PROSES KELUARAN
Penyimpangan Penyimpangan
PENYEBAB MASALAH MUTU MASALAH MUTU
Gambar 3.2 Kedudukan dan peranan standar dalam Program Menjaga Mutu
Sumber: Pohan, 2007
53
53
3.5 Model Standar Pelayanan Kebidanan
Untuk mempermudah pemahaman tentang standar pelayanan kebidanan, berikut akan diuraikan sebagian dari standar pelayanan kebidanan, yaitu standar
pelayanan antenatal dan pelayanan intranatal. Standar pelayanan kebidanan terdiri dari tujuan, prasyarat dan proses.
1. Standar Pelayanan Antenatal
Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
a. Tujuan
: Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
Gambar 3.3 Standar pelayanan antenatal
Sumber: Depkes, 2002
b. Prasyarat
1. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan
ibu hamil dan memastikan ahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kehamilannya secara dini dan teratur.
2. Bidan harus memahami:
• Tujuan pelayanan antenatal dan alasan ibu tidak memeriksakan
kehamilannya secara dini; •
Tanda dan gejala kehamilan; dan •
Ketrampilan berkomunikasi secara efektif.
Pernyataan Standar
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan
dan memotivasi ibu, suami dan anggota
keluarganya agar
mendorong ibu
untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
Hasil
• Ibu memahami tanda dan gejala
kehamilan •
Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan
kehamilan secara dini dan teratur, serta
mengetahui tempat
pemeriksaan hamil
•
Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamian 16 minggu
.
54
54 3.
Bahan penyuluhan kesehatan yang tersedia dan sudah siap digunakan oleh bidan.
4. Mencatat hasil pemeriksaan pada KMS ibu hamibuku KIA dan kartu ibu.
5. Transportasi untuk melakukan kunjungan ke masyarakat tersedia bagi bidan.
c. Proses
Bidan harus: 1
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan keamilan kepada ibu hamil, suami,
keluarga maupun masyarakat. 2
Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasinya agar memeriksakan kehamilannya sejak dini segera setelah terlambat haid atau
diduga hamil. 3
Melalui komunikasi dua arah dengan beberapa kelompok kecil masyarakat, dibahas menfaat pemeriksaan kehamilan. Ajak mereka
memanfaatkan pelayanan KIA terdekat atau sarana kesehatan lainnya utuk memeriksakan kehamilan.
4 Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat, ibu,
suami, keluarga dan dukun bayi jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberikan. Hal tersebut akan mengurangi keraguan mereka tentang
apa yang terjadi pada saat pemeriksaan antenatal, dan memperjelas manfaat pelayanan antenatal dan mempromosikan kehadiran ibu untuk
pemeriksaan antenatal. 5
Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu dan bayi yang sehat pada akhir kehamilan. Agar tujuan tersebut tercapa, pemeriksaan
kehamilan harus segera dilaksanakan begitu diduga terjadi kehamilan, dan dilaksanakan secara berkala selama kehamilan. Ibu harus melakukan
pemeriksaan antenatal paling sedikit 4 kal. Satu kali kunjungan pada trimester pertama, satu kali kunjungan pada trimester kedua dan dua kali
kunjungan pada trimester ketiga.
55
55 6
Berikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda kehamilan, dan fungsi tubuhnya. Tekankan perlunya ibu mengerti bagaimana tubuhnya
berfungsi. Wanita harus memperhatikan siklus haidnya, mengetahui dan memeriksakan diri bila terjadi keterlambatan atau haid kurang dari
biasanya. 7
Bimbing kader untuk mendata dan mencatat semua ibu hamil di daerhnya. Lakukan kunjungan rumah kepada mereka yang tidak memerksakan
kehamilannya. Pelajari alasannya, mengapa ibu haml tersebut tidak memeriksakan diri, dan jelaskan manfaat pemeriksaan kehamilan.
8 Perhatikan ibu bersalin yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya.
Lakukan kunjungan rumah, pelajari alasannya. Berikan penyuluhan dan konseling yang sesuai untuk kehamilan berikutnya, keluarga berencana
dan penjarangan kelahiran. 9
Jelaskan dan tingkatkan penggunaan KMS ibu hamilbuku KIA dan kartu ibu.
2. Standar Pelayanan Intranatal
Standar 9: Asuhan Persalinan Kala I a.
Tujuan : Untuk meberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam
mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
Gambar 3.4 Standar pelayanan intranatal
Sumber: Depkes, 2007
Pernyataan Standar
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah
selesai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan
yang memadai,
dengan memperhatikan kebutuhan
klien, selama
proses persalinan berlangsung.
Hasil
•
Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat
waktu, bila diperlukan.
•
Meningkatnya cakupan persalian dan komplikasi lainnya yang
ditolong tenaga kesehatan terlatih.
•
Berkurangnya kematiankesakitan ibubayi akibat partus lama
56
56 b.
Prasyarat 1.
Mengijinan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran.
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulasketuban pecah.
3. Bidan telah terlatih dan trampil untuk:
• Memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
• Penggunaan partograf dan pembacaannya
4. Adanya alat untuk pertolongan persalinan termasuk beberapa sarung
tangan DTTsteril. 5.
Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seerti air bersih, sabun dan anduk yang bersih, dua handukkain hangat
yang bersih satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian, pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat
mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih. 6.
Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan. 7.
Menggunakan KMS ibu hamilbuku KIA, partograf dan kartu ibu. 8.
Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetri yang efektif. c.
Proses Bidan harus:
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses
persalinan dan kelahiran. 2.
Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulaiketuban pecah.
3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yan mengalir, kemudia keringkan
hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien. Kuku harus dipotong pendek
dan bersih. Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan sarung tangan
DTTsteril untuk semua pemeriksaan vagina. 4.
Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap.
57
57 5.
Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap dengan memberikan perhatian terhadap tekanan darah, denyut jantung janinDJJ,frekuensi dan
lama kontraksi dan apakah ketuban pecah. 6.
Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan kebutuhan. Jika his teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah
tapi tanda-tanda vital ibujanin normal, maka tidak perlu segera dilakukan periksa dalam.
7. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setap empat jam dan HARUS
selalu secara aseptik. 8.
Jangan melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak dari jumlah normal bercak darahshow yang ada pada
persalinan. Perdarahan dalam proses persalinan mungkin disebabkan komplikasi seperti plasenta previa, segera rujuk ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat Ikuti langkah yang tercantum di standar 16. 9.
Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan
komplikasi atau masalah, segera berikan perawatan yang memadai dan rju ke puskesmasrumah sakit yang tepat.
10. Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada
kartu ibu dan catatan kemajua persalinan. Ibu harusdievaluasi sedikkitnya setiap empat jam, lebih sering jika diindikasikan. Catatan harus selalu
memasukkan DJJ, periksa dalam, pecahnya ketuban, perdarahancairan vagina, kontraksi uterus, tanda-tanda vital ibu suhu, nadi, dan tekanan
darah, urine, minuman, obat-obat yang diberika, dan informasi yang berkaitan lainnya serta semua perawatan yang diberikan.
11. Catat semua temuan pada partograf dan kartu bu pada saat ibu sampai
dengan fase aktif pembukaan 4 cm atau lebih. 12.
Lengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Partograf adalah alat untuk mencatat dan menilai kemajuan persalinan,
kondisi ibu dengan janin. Penggunaan partograf diperlukan untuk
58
58 pengambilan keputusan klinis dan deteksi dini komplikasi dalam proses
persalinan, seperti misalnya partus lama. Penggunaan partograf secara tepat akan memungkinkan bidan untuk membuat keputusan tentang
perawatan ibu paa waktu yang tepat dan memungkinkan rujukan dini jika diperlukan.
13. Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit
selama proses persalinan, jika ada tanda-tanda gawat janin DJJ kurang dari 100 kalimenit atau lebih dari 180 kalimenit, harus dilakukan setiap
15 menit. DJJ harus didengarkan selama dan segera setelah kontraksi uterus. Jika ada tanda-tanda gawat janin bdan harus mempersiapkan
rujukan ke fasilitas yang memadai. 14.
Melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksa dalam setiap 4 jam lebih sering jika ada indikasi medis. Pada setiap periksa dalam, evaluasi
dan catat penyusupan kepala janin dan caian vaginaair ketuban. 15.
Catat pada partograf ontraksi uterus setiap 30 menit pada fase aktif. Palpasi jumlah dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
16. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi
abdomen setiap 4 jam dan teruskan setiap periksa dalam. 17.
Pantau dan catat pada partograf: •
Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi •
Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi •
Nadi setiap setengah jam 18.
Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada partograf jumlah pengeluaran urine setiap kali ibu buang air kecil,
catat protein atau aseton yang ada dalam urine. 19.
Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi
penurunan kepala sementara ketuban sudah pecah. Riset membuktikan banyak keuntungannya jika ibu tetap aktif bergerak semampunya dan
merasa senyaman mungkin. Jangan perbolehkan ibu dalam proses
59
59 persalinan berbaring terlentang, ibu harus selalu berbaring miring, dudu
berdiri atau berjongkok. Berbaring terlentang mungkin menyebabkan gawat janin.
20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum guna
menghindari dehidrasi dan gawat janin. Riset menunjukkan bahwa ada keuntungannya untuk memperbolehkan ibu minum dan makan makanan
kecil selama proses persalinan tanpa komplikasi dan ada kerugiannya melarang minum atau makanan kecil yang mudah dicerna.
21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan
peka terhadap kebutuhan ibu hamil, suamikeluargaorang terdekat yang mendampingi. Anjurkan pada orang yang mendampingi ibu untu
mengambil peran aktif dalam memberikan kenyamanan dan dukungan kepada ibu selama persalinan.
22. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan
keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala. 23.
Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi lihat standar 10.
24. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman lihat standar 10.
G. Rangkuman Materi
Standar pelayanan kesehatankebidanan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu sendiri dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah
mutu layanan kesehatan. Standar ini terdiri dari pernyataan tentang mutu yang diharapkan, yang menyangkut masukan, proses, dan keluaran outcome sistem
layanan kesehatankebidanan. Standar pelayanan kebidanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat
kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses
dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Suatu standar akan
60
60 efektif bila dapat diobservasi dan diukur, realistik, mudah dilakukan dan
dibutuhkan. Dalam pelayanan kebidanan terdapat standar persyaratan minimal dan standar
penampilan minimal kebidanan. Standar persyaratan minimal kebidanan meliputi standar masukan, standar lingkungan dan standar proses. Standar penampilan
minimal minimum performance standard adalah yang menunjuk pada penampilan layanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini karena menunjuk pada
unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran standard of output atau populer pula dengan sebutan standar penampilan standard of performance.
H. LatihanTugas
1. Diskusikan tentang standar pelayanan kebidanan
2. Uraikan tentang standar pelayanan minimal dalam pelayanan kebidanan
I. Rambu-Rambu Jawaban Soal
1. Standar pelayanan kebidanan adalah hasil yang harus dicapai, dapat diamati,
diukur sesuai dengan harapan dan harus tampak dalam perilaku yang dapat diukur dalam melaksanakan pelayanan kebidanan.
2. Standar persyaratan minimal kebidanan dibedakan atas tiga macam yakni :
a. Standar masukan
Standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan yang perlu disediakan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan termasuk
kebidanan yang bermutu, yakni jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana; jenis, jumlah dan spesifikasi sarana serta jumlah dana modal. Jika standar
masukan tersebut menunjuk pada tenaga pelaksana disebut dengan nama standar ketenagaan standard of personnel. Sedangkan jika standar masukan
tersebut menunjuk pada sarana dikenal dengan nama standar sarana standard of facilities.
61
61 b.
Standar lingkungan Standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan
yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni garis-garis besar kebijakan, pola organisasi serta sistem
manajemen yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan kebidanan. Standar lingkungan ini sering disebut dengan standar organisasi dan
manajemen standard of organization and management. c.
Standar proses Pada standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang
harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni tindakan medis dan tindakan non medis pelayanan kesehatan.
Standar proses ini dikenal dengan nama standar tindakan standard of conduct. Karena baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses maka haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar proses tersebut
.
J. Daftar Pustaka