Model Standar Pelayanan Kebidanan

53 53

3.5 Model Standar Pelayanan Kebidanan

Untuk mempermudah pemahaman tentang standar pelayanan kebidanan, berikut akan diuraikan sebagian dari standar pelayanan kebidanan, yaitu standar pelayanan antenatal dan pelayanan intranatal. Standar pelayanan kebidanan terdiri dari tujuan, prasyarat dan proses. 1. Standar Pelayanan Antenatal Standar 3 : Identifikasi ibu hamil a. Tujuan : Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Gambar 3.3 Standar pelayanan antenatal Sumber: Depkes, 2002 b. Prasyarat 1. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu hamil dan memastikan ahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kehamilannya secara dini dan teratur. 2. Bidan harus memahami: • Tujuan pelayanan antenatal dan alasan ibu tidak memeriksakan kehamilannya secara dini; • Tanda dan gejala kehamilan; dan • Ketrampilan berkomunikasi secara efektif. Pernyataan Standar Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. Hasil • Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan • Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil • Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamian 16 minggu . 54 54 3. Bahan penyuluhan kesehatan yang tersedia dan sudah siap digunakan oleh bidan. 4. Mencatat hasil pemeriksaan pada KMS ibu hamibuku KIA dan kartu ibu. 5. Transportasi untuk melakukan kunjungan ke masyarakat tersedia bagi bidan. c. Proses Bidan harus: 1 Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan keamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat. 2 Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasinya agar memeriksakan kehamilannya sejak dini segera setelah terlambat haid atau diduga hamil. 3 Melalui komunikasi dua arah dengan beberapa kelompok kecil masyarakat, dibahas menfaat pemeriksaan kehamilan. Ajak mereka memanfaatkan pelayanan KIA terdekat atau sarana kesehatan lainnya utuk memeriksakan kehamilan. 4 Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat, ibu, suami, keluarga dan dukun bayi jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberikan. Hal tersebut akan mengurangi keraguan mereka tentang apa yang terjadi pada saat pemeriksaan antenatal, dan memperjelas manfaat pelayanan antenatal dan mempromosikan kehadiran ibu untuk pemeriksaan antenatal. 5 Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu dan bayi yang sehat pada akhir kehamilan. Agar tujuan tersebut tercapa, pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan begitu diduga terjadi kehamilan, dan dilaksanakan secara berkala selama kehamilan. Ibu harus melakukan pemeriksaan antenatal paling sedikit 4 kal. Satu kali kunjungan pada trimester pertama, satu kali kunjungan pada trimester kedua dan dua kali kunjungan pada trimester ketiga. 55 55 6 Berikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda kehamilan, dan fungsi tubuhnya. Tekankan perlunya ibu mengerti bagaimana tubuhnya berfungsi. Wanita harus memperhatikan siklus haidnya, mengetahui dan memeriksakan diri bila terjadi keterlambatan atau haid kurang dari biasanya. 7 Bimbing kader untuk mendata dan mencatat semua ibu hamil di daerhnya. Lakukan kunjungan rumah kepada mereka yang tidak memerksakan kehamilannya. Pelajari alasannya, mengapa ibu haml tersebut tidak memeriksakan diri, dan jelaskan manfaat pemeriksaan kehamilan. 8 Perhatikan ibu bersalin yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya. Lakukan kunjungan rumah, pelajari alasannya. Berikan penyuluhan dan konseling yang sesuai untuk kehamilan berikutnya, keluarga berencana dan penjarangan kelahiran. 9 Jelaskan dan tingkatkan penggunaan KMS ibu hamilbuku KIA dan kartu ibu. 2. Standar Pelayanan Intranatal Standar 9: Asuhan Persalinan Kala I a. Tujuan : Untuk meberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi. Gambar 3.4 Standar pelayanan intranatal Sumber: Depkes, 2007 Pernyataan Standar Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah selesai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung. Hasil • Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila diperlukan. • Meningkatnya cakupan persalian dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih. • Berkurangnya kematiankesakitan ibubayi akibat partus lama 56 56 b. Prasyarat 1. Mengijinan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran. 2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulasketuban pecah. 3. Bidan telah terlatih dan trampil untuk: • Memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman • Penggunaan partograf dan pembacaannya 4. Adanya alat untuk pertolongan persalinan termasuk beberapa sarung tangan DTTsteril. 5. Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seerti air bersih, sabun dan anduk yang bersih, dua handukkain hangat yang bersih satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian, pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih. 6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan. 7. Menggunakan KMS ibu hamilbuku KIA, partograf dan kartu ibu. 8. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetri yang efektif. c. Proses Bidan harus: 1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran. 2. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulaiketuban pecah. 3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yan mengalir, kemudia keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien. Kuku harus dipotong pendek dan bersih. Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan sarung tangan DTTsteril untuk semua pemeriksaan vagina. 4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap. 57 57 5. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap dengan memberikan perhatian terhadap tekanan darah, denyut jantung janinDJJ,frekuensi dan lama kontraksi dan apakah ketuban pecah. 6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan kebutuhan. Jika his teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah tapi tanda-tanda vital ibujanin normal, maka tidak perlu segera dilakukan periksa dalam. 7. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setap empat jam dan HARUS selalu secara aseptik. 8. Jangan melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak dari jumlah normal bercak darahshow yang ada pada persalinan. Perdarahan dalam proses persalinan mungkin disebabkan komplikasi seperti plasenta previa, segera rujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat Ikuti langkah yang tercantum di standar 16. 9. Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau masalah, segera berikan perawatan yang memadai dan rju ke puskesmasrumah sakit yang tepat. 10. Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada kartu ibu dan catatan kemajua persalinan. Ibu harusdievaluasi sedikkitnya setiap empat jam, lebih sering jika diindikasikan. Catatan harus selalu memasukkan DJJ, periksa dalam, pecahnya ketuban, perdarahancairan vagina, kontraksi uterus, tanda-tanda vital ibu suhu, nadi, dan tekanan darah, urine, minuman, obat-obat yang diberika, dan informasi yang berkaitan lainnya serta semua perawatan yang diberikan. 11. Catat semua temuan pada partograf dan kartu bu pada saat ibu sampai dengan fase aktif pembukaan 4 cm atau lebih. 12. Lengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Partograf adalah alat untuk mencatat dan menilai kemajuan persalinan, kondisi ibu dengan janin. Penggunaan partograf diperlukan untuk 58 58 pengambilan keputusan klinis dan deteksi dini komplikasi dalam proses persalinan, seperti misalnya partus lama. Penggunaan partograf secara tepat akan memungkinkan bidan untuk membuat keputusan tentang perawatan ibu paa waktu yang tepat dan memungkinkan rujukan dini jika diperlukan. 13. Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit selama proses persalinan, jika ada tanda-tanda gawat janin DJJ kurang dari 100 kalimenit atau lebih dari 180 kalimenit, harus dilakukan setiap 15 menit. DJJ harus didengarkan selama dan segera setelah kontraksi uterus. Jika ada tanda-tanda gawat janin bdan harus mempersiapkan rujukan ke fasilitas yang memadai. 14. Melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksa dalam setiap 4 jam lebih sering jika ada indikasi medis. Pada setiap periksa dalam, evaluasi dan catat penyusupan kepala janin dan caian vaginaair ketuban. 15. Catat pada partograf ontraksi uterus setiap 30 menit pada fase aktif. Palpasi jumlah dan lamanya kontraksi selama 10 menit. 16. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam dan teruskan setiap periksa dalam. 17. Pantau dan catat pada partograf: • Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi • Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi • Nadi setiap setengah jam 18. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada partograf jumlah pengeluaran urine setiap kali ibu buang air kecil, catat protein atau aseton yang ada dalam urine. 19. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban sudah pecah. Riset membuktikan banyak keuntungannya jika ibu tetap aktif bergerak semampunya dan merasa senyaman mungkin. Jangan perbolehkan ibu dalam proses 59 59 persalinan berbaring terlentang, ibu harus selalu berbaring miring, dudu berdiri atau berjongkok. Berbaring terlentang mungkin menyebabkan gawat janin. 20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum guna menghindari dehidrasi dan gawat janin. Riset menunjukkan bahwa ada keuntungannya untuk memperbolehkan ibu minum dan makan makanan kecil selama proses persalinan tanpa komplikasi dan ada kerugiannya melarang minum atau makanan kecil yang mudah dicerna. 21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu hamil, suamikeluargaorang terdekat yang mendampingi. Anjurkan pada orang yang mendampingi ibu untu mengambil peran aktif dalam memberikan kenyamanan dan dukungan kepada ibu selama persalinan. 22. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala. 23. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi lihat standar 10. 24. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman lihat standar 10.

G. Rangkuman Materi