31
31
2.2 Program Penjaminan Mutu Pelayanan Kebidanan
Jaminan mutu pelayanan kesehatan secara umum dapat diartikan sebagai keseluruhan upaya yang bertujuan untuk memberikan suatu layanan kesehtan yang
terbaik mutunya, yaitu layanan kesehatan yang sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati. Pengertian operasional jaminan mutu layanan kesehatan
adalah upaya yang sistematis dan berkesinambungan dalam meantau dan mengukur mutu serta melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan
kesehatan senantiasa sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati L.D.Brown, 1992.
Secara umum mutu layanan kesehatan dapat diukur melalui cara pengukuran mutu perspektif, konkruen, retrospektif, internal dan eksternal.
2.2.1 Program Menjaga Mutu Perspektif
Pengukuran mutu prospektif adalah pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh
sebab itu, pengukurannya akan dituukkan teradap struktur atau masukan layanan kesehatan denan asumsi bahwa layanan keehatan harus memiliki
sumberdaya tertentu agar dapat menghasilkan layanan kesehatan yang bermutu, seperti: standarisasi, lisensi, sertifikasi dan akreditasi.
a. Standarisasi
Penerapan standarisasi, seperti standarisasi peralatan, tenaga, gedung, sistem, organissi, anggaran, dan lain-lain. Setiap fasilitas layanan kesehatan
yang memiliki standar yang sama mutunya. Standarisasi dapat membangun klasifikasi layanan kesehatan. Contoh standarisasi layanan rumah sakit ke
dalam berbagai kelas tertentu, misalnya rumah sakit umum kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas D, rumah sakit jiwa kelas A dan kelas B.
b. Lisensi
Perizinan atau lisens merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat Izin Praktek Bidan SIPB yang diberikan
merupakan suatu pengakuan bahwa seseorang telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek sesuai dengan profesinya. Demikian juga dengan profesi
32
32 kesehatan lain, harus mempunyai izin kerja sesuai dengan profesinya.
Rumah sakit, rumah bersalinbidan praktek mandiri aupun fasilitas layanan kesehatan lain akan mendapat izin operasional setelah memenuhi
persyaratan tertentu dan izin itu harus diperbaharui dalam kurun waktu tertentu. Mekanisme perizinan belum menjamin sepenuhnya kompetensi
profesi layanan kesehatan yang ada atau mutu layanan kesehatan fasilitas layanan kesehatan tersebut.
c. Sertifikasi
Sertifiasi adalah langkah selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai bidan adalah contoh sertifikasi. Di Indonesia perizinan itu dilakukan oleh
departemen kesehatan dan atau dinas kesehatan, sedangan sertifikasi oleh majelis tenaga kesehatan Indonesia MTKI.
d. Akreditasi
Akreditasi adalah pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti rumah sakit telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan
tertentu. Indonesia telah melakukan akreditasi rumah sakit umum melalui departemen kesehatan.
Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian sumber daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan. Inilah salah satu
kekurangan pengukuran mutu dengan cara prospektif.
2.2.2 Program Menjaga Mutu Konkuren
Pengukuran mutu konkuren adalah pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan, yang dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau
diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang-kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada rekam medik, wawancara
dengan pasiekeluargapetugas kesehatan, dan mengadakan pertemuan dengan pasienkeluargapetugas kesehatan.
33
33 a.
Pengamatan langsung Pengamatan langsung dapat menghindarkan berbagai kesulitan yang
berhubungan dengan rekonstruksi kejadian hasil pemeriksaan pencatatan retrospektif dn dari jawaban terhadap wawancara atau kuesioner. Pengamatan
langsung mungkin merupakan satu-satunya cara untuk melihat rincian penyelenggaraan layanan kesehatan. Dalam pelaksanaan pengamatan langsung
terdapat syarat bagi pengamat yaitu: •
Harus mengerti terhadap apa yang akan diamati •
Harus low profile, tidak sok pintar •
Mempunyai latarbelakang yang berhubungan dengan apa yang sedang diamati
• Harus dapat bersifat objektif.
Instrumen dalam melaksanakan pengamatan langsung dapat berupa daftar tilik atau cheeklist. Daftar tilik merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk memudahkan pengaatan selama proses layanan kesehatan dilakukan.
b. Penentuan sampel
Semua tehnik pengukuran memerlukan sampel pengamatan. Penentuan berapa besar sampel dapat dibaca dala uku statistik khususnya kesehatan, tetapi
hal-hal berikut perlu diperhatikan: •
Pertama, sampel yang dipilih harus bebas bias sehingga sampel sama atau hampir sama dengan populasinya.
• Kedua, sampel harus mengasilkan ukuran dalam jumlah yang dapat
dikerjakan secara realistis atau mudah oleh kelompok.
2.2.3 Program Menjaga Mutu Retrospektif
Program menjaga mutu restrospektif adalah penjaminan mutu yang diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama
lebih ditujukan pada standar keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan kesehatan, maka obyek yang dipantau dan dinilai bersifat tidak
34
34 langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan atau berupa pandangan
pemakai jasa kesehatan. Contoh program menjaga mutu retrospektif adalah : Record review, tissue review, survey klien dan lain-lain.
a. Review Jaringan Rekam Medik
Pemeriksaan dan penilaian catatan medik atau catatan lain merupakan kegiatan yang disebut sebagai audit. Pemeriksaan rekam medik pasien atau catatan
lainnya sangat berguna sebagai kegiatan awal kelompok jaminan mutu layanan kesehatan akan dengan mudah melakukan pemerikaan dan penilaian terhadap
hasil pemeriksaan tersebut. b.
Review Jaringan Review merupakan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan
sumber daya, laporan kejadiankecelakaan seperti yang direfleksikan pada catatan-catatan. Penilaian dilakukan baik terhadap dokumennya sendiri apakah
informasi memadai maupun terhadap kewajaran dan kecukupan daripelayanan yang diberikan.
c. Survey Klien
Survey dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara langsung maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur.
2.2.4 Menjelaskan Program Menjaga Mutu Internal
Program Menjaga Mutu Internal Internal quality assurance adalah organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan program menjaga mutu
berada dalam institusi yang menyelenggarakan layanan kesehatan. Untuk itu dalam institusi layanan kesehatan tersebut dibentuklah suatu organisasi yang
khusus menangani dan diberi tanggungjawab menyelenggarakan program menjaga mutu. Organisasi yang dibentuk banyak macamnya. Jika ditinjau dari
peranan para pelaksananya secara umum dapat dibedakan atas dua macam : 1.
Para pelaksana Program Penjaga Mutu yang terdiri para ahli yang tidak terlibat dalam pendidikan kesehatan expert group yang secara khusus diberikan
wewenang dan tanggungjawab menyelenggarakan program menjaga mutu.
35
35 2.
Para pelaksana Program Penjaga Mutu adalah mereka yang menyelenggarakan pendidikan kesehatan team based jadi semacam gugus kendali mutu
sebagaimana yang dibentuk di dunia industri. Dari kedua bentuk organisasi ini yang dinilai paling baik adalah yang kedua
karena sesungguhnya yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu seyogyanya bukan orang lain, tetapi mereka yang menjalankan
pendidikan kesehatan itu sendiri Saifuddin dkk, 2001. Berdasarkan kenyataan tersebut maka Program Menjaga Mutu Internal
adalah suatu kewajiban bagi kelompok organisasi itu sendiri dalam menjaga kualitasmutu pendidikan. Berhasil atau gagalnya suatu program menjaga mutu
sangat tergantung organisasi pendidikan kesehatan beserta para pelaksananya. Hal ini disebabkan merekalah yang tahu standar yang telah ditetapkan maupun visi
dan misi dari organisasi yang telah mereka harapkan.
2.2.5 Menjelaskan Program Menjaga Mutu Eksternal
Program menjaga mutu eksternal External quality Assurance adalah suatu organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu
dibentuk berada diluar organisasi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Biasanya dibentuk dalam suatu wilayah kerja tertentu danatau untuk kepentingan
tertentu, dibentuklah suatu organisasi di luar institusi yang menyelenggarakan layanan kesehatan, yang diserahkan tanggungjawab menyelenggarakan Program
Menjaga Mutu. Misalnya suatu Badan Penyelenggara Akreditasi layanan kesehatan, yang untuk kepentingan programnya membentuk suatu unit Program
Menjaga Mutu, guna memantau, menilai serta mengajukan saran-saran perbaikan mutu pendidikan kesehatan yang tergabung ke dalam program yang
dikembangkannya Saifuddin dkk, 2001. Program menjaga mutu eksternal ini merupakan sesuatu yang mungkin bisa
menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan kepentingan pihak ketiga dimasukkan ke dalam saran-saran yang diberikan. Saran-saran yang diberikan bisa saja tidak
sesuai dengan visi dan misi dari institusi layanan kesehatan yang menjadi mitra
36
36 kerja Badan Penyelenggara diluar institusi tersebut. Apabila dibandingkan dengan
Program Menjaga Mutu Internal maka Program Menjaga Mutu Eksternal kualitasnya lebih rendah.
C. Rangkuman Materi