68
68 keharusan  mencuci  tangan  secara  rutin  mungkin  meningkat  drastis,  apabila  staf
menyadari  dan  menerima  bahwa  praktek  cuci  tangan  penting  untuk  meningkatkan mutu  kinerja  dan  akan  dimonitor  atau  dievaluasi.  Indikator  diarahkan  sebanyak
mungkin  pada  tindakan.  Pada  banyak  organisasi,  informasi  yang  diperoleh  dari indikator  akan  memerlukan  tindak  lanjut  melalui  investigasi:  seperti  kunjungan
supervisi  untuk  mengumpulkan  lebih  banyak  data  kualitatatif,  survey  khusus sebelum mengarah pada suatu pengambilan keputusan.
Mengukur  kinerja  bidan  dengan  menggunakan  indikator  kinerja  klinis merupakan  suatu  langkah  yang  mempunyai  keuntungan  ganda.  Pertama,  cara  ini
akan  memberikan  kesempatan  bagi  bidan  untuk  melakukan  self  assessment“ sehingga  dapat  mengetahui  tingkat  kemampuannya,  dan  berusaha  untuk
memperbaikinya. Peningkatan kemampuan dan produktifitas individu-individu akan memberikan  kontribusi  peningkatan  mutu  pelayanan  pada  organisasinya  yang
bermuara.  pada  kepuasan  pasen  dan  staf.  Sistem  penilaian  kinerja  dengan  indikator kunci akan memberikan kesempatan kepada pimpinan untuk melakukan komunikasi
interpersonal  yang  efektif,  sehingga  secara  bersama.-sama  dapat  dilakukan  evaluasi dan  perbaikan  yang  mengarah  pada  perbaikan  kinerja  dan  bermuara  pada
peningkatan mutu pelayanan.
4.2 Standar Out Come
Standar  outcome  merupakan  hasil  akhir  atau  akibat  layanan  kesehatan. Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasil atau gagal.
Keluaran  outcome  adalah  apa  yang  diarapkan  akan  terjadi  sebagai  hasil  dari layanan  kesehatan  yang  diselenggarakan  dan  terhadap  apa  keberhasilan  tersebut
akan diukur. Donabedian  1980  memberikan  penjelasan  bahwa  outcome  secara  tidak
langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya bermutu atau tidak, diukur dengan dengan standar
hasil yang diharapkan dari pelayanan medis yang telah dikerjakan.
69
69 Indikator  outcome  mupakan  indikator  hasil  daripada  keadaan  sebelumnya,
yaitu  input  dan  proses  seperti  BOR,  LOS,  TOI,  dan  Indikator  klinis  lain  seperti  : Angka  Kesembuhan  Penyakit,  Angka  Kematian  48  jam,  Angka  Infeksi
Nosokomial, Komplikasi Perawatan , dan sebagainya. Kriteria outcome yang umum digunakan antara lain:
a. Kepuasan pasien
b. Pengetahuan pasien
c. Fungsi pasien
d. Indikator kesembuhan, kematian, komplikasi, dan lain-lain.
Sebagai  contoh  standar  layanan  ISPA  di  Puskesmas,  sebagai  keluaran outcome  antara  lain  klasifikasi  dan  pengobatan  yang  tepat,  balita  dirujuk  tepat
waktu, kepuasan ibupengantar; pengetahuan ibupengantar, tingkat kematian kasus, dan  rekam  medik  yang  diisi  lengkap  dan  akurat.  Jika  dibandingkan  antara  kriteria
kepuasan pasien dan pengetahuan pasien,  yang lebih mudah diukur adalah kriteria pengetahuan pasien. Untuk setiap standar layanan kesehatan dapat dibuat beberapa
kriteria  atau  indikator.  Kelompok  jaminan  mutu  layanan  kesehatan  harus  memilih indikator  yang  terbaik  dan  mudah  digunakan  untuk  menunjukkan  pencapaian
standar layanan kesehatan dan mudah digunakan.
4.3 Kinerja Bidan
1. Definisi Kinerja
Kinerja  SDM  merupakan  istilah  yang  berasal  dari  job  performance  atau Actual  Performance  prestasi  kerja  atau  prestasi  sesungguhnya  yang  dicapai
seseorang.    Definisi  kinerja  karyawan  yang  dikemukakan  Bambang  Kusriyanto adalah :”perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan
waktu  lazimnya  per  jam”.  Ahli  yang  lain  mendefinisikan  bahwa  kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi,  kepuasan  konsumen  dan  memberikan  kontribuisi  pekerjaanya.  Kinerja juga  dapat  diartikan  tentang  apa  yang  dikerjakan  dan  bagaimana  cara
mengerjakannya. Dapat  disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja atau
70
70 hasil  kerja  output  baik  kualitas  maupun  kuantitas  yang  dicapai  SDM  persatuan
periode  waktu  dalam  melaksanakan  tugas  kerjanya  sesuai  dengan  tanggung  jawab yang diberikan kepadanya.
Penilaian  prestasi  kerja  Performance  appraisal  adalah  seorang  karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”.   Penilaian
pegawai  merupakan  evaluasi  yang  sistematis  dari  pekerjaan  pegawai  dan  potensi yang dapat dikembangkan.  Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai,
kualitas atau status dari beberapa objek orang ataupun sesuatu barang. Berdasarkan  beberapa  pendapat  ahli  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa
evaluasi  kinerja  adalah  penilaian  yang  dilakukan  secara  sistematis  untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.  Di samping itu, juga
untuk menentukan pelatihan kerja secara tepat,  memberikan tanggung jawab  yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di
masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi  Kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan ability  dab  faktor  motivasi    motivation.    Penjelasan  lebih  lanjut  adalah  sebagai
berikut: a.
Faktor kemampuan Ability Secara  psikologis,  kemampuan  ability  terdiri  dari  kemampuan    potensi  IQ
dan  kemampuan  reality  knowledge  +  skill.    Artinya,  pimpinan  dan  karyawan yang  memiliki  IQ  di  atas  rata-rata  IQ  110  –  120    apalagi  IQ  superior,  very
superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah
mencapai kerja maksimal b.
Faktor motivasi motivation Motivasi artinya suatu sikap attitude pimpinan  dan karyawan terhadap situasi
kerja  situation  di  lingkungan  organisasinya.    Mereka  yang  bersikap  positif
71
71 pro  terhadap  situasi  kerjanya  akan  menunjukkan  motivasi  kerja  tinggi  dan
sebaliknya jika mereka  bersikap negatif  kontra terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja yang rendah.  Situasi kerja yang dimaksud mencakup
antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
Perilaku dan kinerja dibedakan menjadi tiga variabel yaitu meliputi: 1
Variabel  individu  :  pengetahuan,  beban  kerja,  kepuasan,  latar  belakang, karakteristik atau demografii yang terdiri dari: usia, jenis kelamin, masa kerja
dan pendidikan 2
Variabel  organisasi  :  sumber  daya,  kepemimpinan,  supervisi,  imbalan  atau insentif, kebijakan, struktur organisasi, desain pekerjaan kerjasama tim
3 Variabel psikologis: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi
Kinerja performance dipengaruhi juga oleh tiga faktor, yaitu: 1 Faktor individual yang terdiri dari: kemampuan dan keahlian, latar belakang,
demografi; 2  Faktor  psikologis  yang  terdiri  dari:  persepsi,  attitude,  personality,
pembelajaran, motivasi ; 3  Faktor  organisasi  yang  terdiri  dari:  sumber  daya,    kepemimpinan,
penghargaan, struktur, job design Kinerja  individu  adalah  hasil  kerja  karyawan  baik  dari  segi  kualitas
maupun  kuantitas  berdasarkan  standar  kerja  yang  telah  ditentukan.    Kinerja individu  ini  akan  tercapai  apabila  didukung  oleh  atribut  individu,  upaya  kerja
work effort dan dukungan organisasi. Dengan kata lain, kinerja individu adalah hasil:
1 Atribut  individu,  yang  menentukan  kapasitas  untuk  mengerjakan  sesuatu.
Atribut  individu  meliputi  faktor  individu  kemampuan  dan  keahlian,  latar belakang  serta  demografi  dan  faktor  psikologis  meliputi  persepsi,  attitude,
personality, pembelajaran dan motivasi. 2
Upaya kerja work effort, membentuk keinginan untuk mencapai sesuatu.
72
72 3
Dukungan  organisasi,  yang  memberikan  kesempatan  untuk  berbuat  sesuatu. Dukungan  organisasi  meliputi  sumber  daya,  kepemimpinan,    lingkungan
kerja, struktur organisasi dan job design. Teori  hereditas  berpandangan  bahwa  hanya  faktor  individu  termasuk
juga  faktor  keturunannya  yang  sangat  menentukan  seorang  individu  mampu berprestasi  dalam  melakukan  suatu  kegiatan  atau  tidak;    sedangkan  teori
lingkungan  berpandangan  bahwa  hanya  faktor  lingkungan  yang  sangat menentukan  seorang  individu  mampu  berprestasi  atau  tidak.    Pendapat  lain
adalah  teori  William  stern  yang  dikenal  dengan  teori  konversi  William  Stern bahwa faktor-faktor penentu prestasi  kerja individu adalah:
1 Faktor individu
Secara  psikologis,  individu  yang  normal  adalah  individu  yang  memiliki integritas  yang  tinggi  antara  fungsi  psikis  rohani  dan  fisiknya  jasmaniah.
Adanya integritas yang tinggi antara fungsi dan fisik, maka individu tersebut memiliki  konsentrasi  diri  yang  baik.    Konsentrasi  yang  baik  ini  merupakan
modal utama
individu manusia
untuk mampu
mengelola dan
mendayagunakan  potensi  dirinya  secara  optimal  dalam  melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa,  tanpa  adanya konsentrasi  yang  baik  dari  individu  dalam  bekerja,  maka  mimpi  pimpinan
mengharapkan  mereka  dapat  bekerja  produktif  dalam  mencapai  tujuan organisasi.    Pada  umumnya,  individu  yang  mampu  bekerja  dengan  penuh
konsentrasi  apabila  ia  memiliki  tingkat  intelegensi  minimal  normal  dengan tingkat kecerdasan emosi baik tidak merasa  bersalah  yang berlebihan, tidak
mudah marah, tidak dengki, tidak cemas, memiliki pandangan dan pedoman hidup yang jelas berdasarkan kitab sucinya.
2 Faktor lingkungan organisasi
Faktor  lingkungan  kerja  organisasi  sangat  menunjang  bagi  individu  dalam mencapai prestasi kerja.  Faktor lingkungan organisasi  yang dimaksud  antara
uraian  jabatan  yang  jelas,  autoritas  yang  memadai,  target  kerja  yang
73
73 menantang,  pola  komunikasi  kerja  efektif,  hubungan  kerja  harmonis,  iklim
kerja  respek  dan  dinamis,  peluang  berkarier  dan  fasilitas  kerja  yang  relatif memadai.
C. Rangkuman Materi