Metode Analisis Data METODE PENELITIAN

21 Tabel 4. Jenis, sumber, cara pengumpulan dan analisis data No Tujuan Data Yang Dikumpulkan Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Analisis Data 1 Mengidentifikasi sektor-sektor unggulan tiap kabupatenkota di di Provinsi Kepri PDRB KabKota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006 - 2010 • BPS • Sekunder 1. LQ 2. Shift Share Analisis 3. Deskriptif 2 Menganalisis tingkat perkembangan wilayah di tiap kabupatenkota di di Provinsi Kepulauan Riau 1. PDRB Tahun 2006-2010 2. PODES tahun 2011 • BPS • Sekunder 1. Entropi 2. Skalogram 3 Menganalisis kondisi dan besaran disparitas pembangunan antar wilayah dan faktor yang mempengaruhinya 1. PDRB setiap kabupatenkota tahun 2006-2010 2. Jumlah penduduk 2006-2010 3. PODES 2011 • BPS • Sekunder 1. Indeks Williamson 2. Indeks Theil 3. Regresi Berganda 4 Mengetahui persepsi pemerintah daerah tentang prioritas pembangunan Wawancara, Kuesioner • Responden • Primer AHP 5 Mengkaji strategi pembangunan dan pengembangan wilayah di Provinsi Kepulauan Riau 1. Hasil Analisis Sebelumnya 2. RPJPD Provinsi Kepulauan Riau 3. RTRW Provinsi Kepulauan Riau • Sekunder • Primer Analisis Deskriptif

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1 Analisis Sektor Unggulan Wilayah

Identifikasi sektor unggulan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dilakukan dengan pendekatan sektor basis. Sektor basis di definisikan sebagai sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik. Dalam penelitian ini identifikasi sektor basis didekati dengan menggunakan metode indeks Location Quotient LQ. Location Quotient merupakan metode analisis yang umum digunakan di bidang ekonomi geografi untuk menunjukkan lokasi pemusatanbasis aktifitas. LQ 22 juga digunakan untuk mengetahui kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta tingkat kecukupan barangjasa dari produksi lokal suatu wilayah. Secara lebih operasioanl, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktifitas total terhadap wilayah yang diamati. Beberapa asumsi dasar sebagai syarat sahnya aplikasi prinsip LQ adalah : 1 kondisi geografis relatif seragam, 2 pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan 3 setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Persamaan LQ ini adalah : LQij = dimana : LQ ij terhadap persentase aktifitas total terhadap wilayah yang diamati : rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-i X ij X : nilai PDRB di kabupatenkota ke-i dan sektor ke-j i. X : total PDRB tiap sektor di kabupatenkota ke-i .j X.. : total PDRB Provinsi Kepulauan Riau : total PDRB sektor ke-j di Provinsi Kepulauan Riau Hasil analisis LQ didinterpretasikan sebagai berikut : - Jika nilai LQ ij - Jika nilai LQ 1, maka hal ini menunjukkan sektor basis artinya komoditas j di daerah penelitian memiliki keunggulan komparatif, ij - Jika nilai LQ = 1, maka menunjukkan sektor non basis, artinya komoditas j di daerah penelitian tidak memiliki keunggulan, sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut. ij 1, menunjukkan sektor non basis artinya komoditas j di daerah penelitian tidak dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri sehingga diperlukan pasokan dari luar daerah. Asumsi yang digunakan dalam menghitung sektor unggulan di suatu wilayah adalah terdapat sedikit variasi dalam pola pengeluaran secara geografi. Analisis keunggulan komparatif di Provinsi Kepulauan Riau akan menggunakan X ij X i. X. j X .. 23 data PDRB masing-masing KabupatenKota tiap sektor tahun 2010 guna melihat sektor basisnya. Disamping identifikasi sektor basis, pendekatan kedua yang digunakan sebagai pertimbangan sektor unggulan adalah keunggulan kompetitif sektor dengan menggunakan Shift-share analysis SSA. Metode SSA digunakan untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi dengan cakupan wilayah lebih luas dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil analisis shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi competitiveness aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Hasil analisis shift-share menjelaskan kinerja performance suatu aktifitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah total. Analisis shift-share mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktifitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga bagian yaitu : sebab yang berasal dari dinamika lokal sub wilayah, sebab dari dinamika aktifitassektor total wilayah dan sebab dari dinamika wilayah secara umum. Hasil analisis shift-share memberikan gambaran kinerja aktifitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari tiga komponen hasil analisis, yaitu : 1. Komponen Laju Pertumbuhan Total Komponen Share. Komponen ini menyatakan pertumbuhan wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah. 2. Komponen Pergeseran Proporsional Komponen Proportional Shift. Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektoraktifitas total dalam wilayah. 3. Komponen Pergeseran Diferensial Komponen Differential Shift. Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi competitiveness suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektoraktifitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika keunggulan 24 ketakunggulan suatu sektoraktifitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas tersebut di sub wilayah lain. Persamaan analisis shift share ini adalah sebagai berikut : SSA = -- 1 + - + -- dimana : a = komponen share b = komponen proportional shift c = komponen differential shift, dan X.. = Nilai total aktifitas dalam total wilayah X.i = Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah Xij = Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu t1 = titik tahun akhir t0 = titik tahun awal Data yang akan digunakan dalam analisis ini adalah nilai PDRB tahun 2006 dan 2010 berdasarkan lapangan usaha per Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau

3.3.2 Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah

3.3.2.1 Analisis Perkembangan Diversifikasi Sektor Entropy Analysis

Analisis Indeks Entropi digunakan untuk melihat hirarki wilayah dengan mengukur tingkat perkembangan suatu wilayah dan melihat sektor-sektor perekonomian yang dominan dan berkembang pada wilayah tersebut. Data yang digunakan untuk menghitung Indeks Entropi adalah nilai PDRB setiap kabupatenkota terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Riau tahun 2006 - 2010. Prinsip Indeks Entropi ini adalah semakin beragam aktifitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah. Artinya wilayah tersebut semakin berkembang. Persamaan umum entropi ini adalah sebagai berikut : S = n n Σ Σ i=1 j =1 P ij lnP ij X .. t1 X.. t0 X i t1 X i t0 X i t1 X i t0 X ij t1 X ijt0 X .. t1 X.. t0 25 dimana : S = tingkat perkembangan Pij = X ij ΣX ij S 0 untuk mengidentifikasi tingkat perkembangan terdapat ketentuan bahwa jika indeks S semakin tinggi maka tingkat perkembangan semakin tinggi; dengan S atau proporsi sektor ke-i di kabupatenkota ke-j maks Sedangkan Indeks Entropi diperoleh dengan membagi nilai entropi S dengan nilai entropi maksimumnya IE = S dengan nilai IE berkisar antara 0 nol sampai dengan 1 satu yang mengindikasikan tingkat keragaman suatu komponen aktivitas semakin berkembang merata dan begitu pula sebaliknya. = ln banyaknya aktivitas x banyaknya wilayah Analisis model entropi, menurut Saefulhakim 2006 merupakan salah satu konsep analisa yang dapat menghitung diversifikasi komponen aktivitas yang berguna untuk : 1 Memahami perkembangan suatu wilayah; 2 Memahami perkembangan atau kepunahan keanekaragaman hayati; 3 Memahami perkembangan aktifitas industri; 4 Memahami perkembangan aktifitas suatu sistem produksi pertanian dan lain-lain. Untuk mengetahui klasifikasi indeks entropi tiap kabupatenkota dilakukan berdasarkan nilai hasil standar deviasi indeks entropi dan nilai rataannya. Nilai yang diperoleh digunakan untuk menentukan jumlah kelas, yakni rendah, sedang atau tinggi.

3.3.2.2 Analisis Skalogram

Secara umum, untuk melihat tingkat perkembangan hirarki di suatu wilayah terhadap wilayah lain yang dibatasi oleh administrasi kabupatenkota, terutama dalam hal sarana infrastruktur dengan menggunakan analisis skalogram. Penelitian ini menggunakan data Potensi Desa tahun 2011 dengan parameter yang diukur meliputi bidang sarana perekonomian, sarana komunikasi dan informasi, sarana kesehatan, sarana pendidikan terhadap jumlah penduduk tiap kabupatenkota di Provinsi Kepulauan Riau. Secara terinci prosedur kerja penyusunan hierarki relatif suatu wilayah menggunakan Skalogram berbobot adalah sebagai berikut: 26 a. Dilakukan pemilihan terhadap data Potensi Desa di tujuh kabupatenkota sehingga yang tinggal hanya data yang bersifat kuantitatif, yang kemudian diseleksi berdasarkan parameter yang relevan untuk digunakan. b. Dilakukan agregasipenjumlahan terhadap desa-desa yang terdapat dalam satu kecamatan yang sama, sehingga yang didapat adalah hierarki relatif kabupaten; c. Memisahkan antara data jarak dengan data jumlah fasilitas, hal ini karena antara data jarak dengan jumlah fasilitas bersifat berbanding terbalik. d. Rasionalisasi data dilakukan terhadap data jarak dan fasilitas. Data jarak diinverskan dengan rumus: y= 1x ij , dimana y adalah variabel baru dan x ij adalah data jarak j di wilayah i. Untuk nilai y yang tidak terdefinisikan x ij = 0, maka nilai y dicari dengan persamaan: y = x ij e. Pembobotan dilakukan terhadap data kapasitas dengan cara data kapasitas j dibagi dengan bobot fasilitas j, dimana bobot fasilitas j = jumlah total kapasitas j dibagi dengan jumlah wilayah yang memiliki fasilitas j. max + simpangan baku jarak j. Selanjutnya data fasilitas diubah menjadi data kapasitas dengan cara jumlah fasilitas j di wilayah i dibagi dengan jumlah penduduk di wilayah i. f. Standardisasi data dilakukan terhadap variabel-variabel baru dari data jarak dan fasilitas berbobot dengan menggunakan rumus: = x ij – Min x j S dimana: j yij = variabel baru untuk wilayah ke-i dan jenis fasilitas atau jarak ke-j. xij = jumlah sarana untuk wilayah ke-i dan jenis sarana atau jarak ke-j. Minxj = nilai minimum untuk jenis sarana atau jarak ke-j. Sj = simpangan baku untuk jenis sarana atau jarak ke-j. g. Indeks Perkembangan Kecamatan IPK ditentukan dengan cara menghitung jumlah hasil standarisasi sarana dan aksesibilitas pada suatu wilayah. Kemudian nilai IPK diurutkan nilainya dari yang terbesar sampai terkecil untuk ditentukan kelas hirarkinya. h. Pada penelitian ini, IPK dikelompokkan ke dalam tiga kelas hierarki, yaitu hierarki I tinggi, hierarki II sedang, dan hierarki III rendah. Penentuan 27 kelas hierarki didasarkan pada nilai standar deviasi St Dev IPK dan nilai rataannya, seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penentuan nilai selang kelas hierarki. No Kelas Nilai Selang Tingkat Hirarki 1 Hirarki I X [rataan + St Dev.IPW] Tinggi 2 Hirarki II rataan X St Dev.IPW Sedang 3 Hirarki III X rataan Rendah Menurut Budidarsono 2001, metode ini mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : 1 Memperlihatkan dasar diantara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas pelayanan; 2 Secara cepat dapat mengorganisasikan data dan mengenal wilayah; 3 Membandingkan pemukiman-pemukiman dan wilayah-wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas pelayaanan; 4 Memperlihatkan hierarki pemukiman atau wilayah; 5 Secara potensial dapat digunakan untuk merancang fasilitas baru dan memantaunya.

3.3.3 Analisis Disparitas Antar Wilayah

Disparitas pembangunan antar wilayah selain disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam pembangunan daerah juga terjadi karena interaksi antar wilayah yang saling merugikan. Umumnya daerah yang lebih maju menyedot sumberdaya dari daerah yang terbelakang atau wilayah hinterlandnya baik sumberdaya alam atau sumberdaya manusia efek backwash. Sehingga daerah maju semakin berkembang, sedangkan daerah yang terbelakang semakin tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari data bongkar muat barang antar pelabuhan yang terdapat di wilayah tersebut, yang memuat data origin and destination OD atau data dari mana barang tersebut berasal dan tujuan kirimnya dari arus barang yang terjadi. Karena data OD di Provinsi Kepulauan Riau sangat terbatas, maka pada penelitian ini hanya menggunakan data PDRB untuk melihat besaran disparitas yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau. Identifikasi disparitas pembangunan antar wilayah di Provinsi Kepulauan Riau dilakukan dengan dua metode yaitu metode Indeks Williamson untuk melihat disparitas antar wilayah secara keseluruhan dan Indeks Theil untuk 28 mendekomposisi disparitas wilayah ke dalam disparitas antar wilayah kota dan kabupaten dan antar wilayah kabupaten.

3.3.3.1 Analisis Indeks Williamson

Untuk melihat tingkat disparitas wilayah digunakan Indeks Williamson yang merupakan salah satu indeks yang paling sering digunakan untuk melihat disparitas antar wilayah. Williamson pada tahun 1975 mengembangkan indeks kesenjangan wilayah yang diformulasikan sebagai berikut Rustiadi et al., 2009 : I w = Σ Y i – Y 2 P Y i dimana : I w Y = Indeks Kesenjangan Williamson Iw i Y = Rata-rata PDRB per kapita kabupaten = PDRB per kapita wilayah kabupaten ke-i p i = fin, dimana fi jumlah penduduk kabupaten ke i dan n adalah total penduduk kawasanProvinsi Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan nilai yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika Y i Kriteria nilai Iw adalah 0 sampai dengan 1. Apabila nilai : = Y maka akan dihasilkan indeks = 0, yang berarti tidak ada kesenjangan ekonomi antar daerah. Indeks lebih besar dari 0 menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar kecamatan di suatu KabupatenKota. I w I = 0 : Kesenjangan sangat rendah merata sempurna; w I = 0,5 – 1 : Kesenjangan sangat tinggi tidak merata sempurna w I = 0,3 - 0,5 : Kesenjangan sedang; w ≤ 0,3 : Kesenjangan rendah. 29

3.3.3.2 Analisis Indeks Theil

Selain indeks Williamson, untuk mendekomposisi total disparitas menjadi kontribusi disparitas oleh kabupatenkota atau untuk melihat kontribusi disparitas oleh sektor perekonomian disparitas parsial, Fujita dan Hu 2001 menggunakan Indeks Theil yang dijelaskan dengan persamaan : I = y i log dimana : I = Total Disparitas Indeks Theill y i kabupatenkota PDRB sektor ke-i provinsi = PDRB kabupatenkota ke- i PDRB Provinsi atau PDRB sektor ke-i x i kerja sektor ke-i jumlah tenaga kerja sektor ke-i provinsi = Penduduk kabupatenkota ke- i Penduduk provinsi atau jumlah tenaga y i log = disparitas parsial Untuk mendekomposisi total disparitas wilayah menjadi disparitas antar wilayah kota dan kabupaten dan disparitas antar wilayah kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, dengan menggunakan persamaan : I = I + Y g I g I = Y g log Yg = y i Ig = log n Σ i=0 y i x i n Σ g=1 n Σ g=1 Y g I g n Σ i ∈Sg n Σ i ∈Sg y i Y g x i X g y i Y g 30 dimana : I = disparitas antar wilayah kota dan kabupaten = disparitas antar wilayah kabupaten Manfaat dari pemakaian Indeks Theil adalah : 1 memungkinkan kita untuk membuat perbandingan selama kurun waktu tertentu; 2 Indeks ketimpangan entropi Theil juga dapat menyediakan pengukuran ketimpangan secara rinci dalam sub unit geografis selama periode tertentu ; 3 mengkaji gambaran yang lebih rinci mengenai ketimpangan spasial, misalnya ketimpangan antar daerah dalam suatu provinsi dan antar sub unit daerah dalam suatu kawasan. Semakin besar nilai indeks Theil menunjukkan ketimpangan yang semakin besar, demikian pula sebaliknya.

3.3.3.3 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Disparitas Antar Wilayah

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi disparitas pembangunan antar wilayah di Provinsi Kepulauan Riau digunakan indikator yang dikelompokkan berdasar aspek ekonomi PDRB, dan sosial fasilitas sosial sebagai pendekatan terhadap terjadinya disparitas. Nilai disparitas total 2010 dengan Indeks Williamson masing-masing kabupatenkota digunakan sebagai variabel tujuan terhadap PDRB sektoral per kapita, fasilitas perekonomian, dan fasilitas sosial sebagai variabel bebas Tabel 6. Penggunaan nilai dekomposisi tersebut karena dianggap sebagai pembentuk disparitas di provinsi Kepulauan Riau. Fungsi yang terbentuk menyerupai persamaan regresi dengan komposisi disparitas tiap kabupatenkota di Provinsi Kepulauan Riau diduga dipengaruhi oleh PDRB sektoral per kapita, fasilitas perekonomian, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas hiburan, dan fasilitas ibadah . Y g I g n Σ g=1 31 Tabel 6. Variabel yang digunakan sebagai faktor penduga penyebab disparitas antar wilayah di Provinsi Kepulauan Riau No Variabel Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kondisi Perekonomian Keragaman Infrastruktur PDRB Sektor Pertanian PDRB Sektor Pertambangan PDRB Sektor Industri Pengolahan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel, Restauran PDRB Sektor Listrik dan Gas PDRB Sektor Bangunan PDRB Sektor Angkutan dan Komunikasi PDRB Sektor Keuangan PDRB Sektor Jasa Fasilitas Perekonomian Fasilitas Kesehatan Fasilitas Pendidikan Fasilitas Hiburan Fasilitas Ibadah Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Unit Unit Unit Unit Unit Variabel-variabel yang memiliki nilai koefisien regresi terbesar, dianggap memiliki peranan penting dalam menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah di Provinsi Kepulauan Riau. Adapun persamaan umumnya adalah sebagai berikut : Y = fX 1 ,X 2 ,X 3 ,...,X k dimana : Y = Variabel tujuan dependent X i Sedangkan model regresi berganda dapat diturunkan menjadi : = Variabel bebas independent Y = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + ... + β i X i dimana : + ε Y = Tingkat kesenjangan wilayah diukur dari Indeks Williamson Xi = Variabel bebas penduga terkait disparitas Tabel 6 β 1 ε = Residual = Koefisien fungsi regresi 32

3.3.4. Analisis Isu Utama Kebijakan Wilayah

Untuk mengetahui isu sentral sebagai prioritas kebijakan pembangunan, maka dilakukan analisis dengan menggunakan Analythical Hierarchy Process AHP untuk mendapatkan skoring yang diperlukan. Tujuan utama yang ingin dicapai dari metode AHP ini adalah untuk menjaring persepsi tentang prioritas utama yang perlu dilakukan dalam kebijakan pengembangan wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan responden yang ditentukan terdiri dari aparatur pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang berasal dari instansi Badan Perencanaan Daerah, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas PU, Dinas Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pendapatan Daerah serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Riau dan pengusaha. Hierarki disusun berdasarkan kriteria dan alternatif yang dijadikan pertimbangan dalam pemilihan prioritas pembangunan sebagai tujuan Gambar 2. Gambar 2. Diagram hirarki pemilihan prioritas pembangunan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau 33 Kriteria yang dibentuk untuk prioritas pembangunan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau terhadap responden juga berdasarkan pendekatan dari indikator kinerja pembangunan wilayah, yaitu infrastruktur wilayah jalan, fasilitas, pendapatan wilayah PDRB dan kesejahteraan masyarakat penyerapan tenaga kerja dan pendapatan sebagai indikator sosial, sedangkan alternatif tujuan yang dipakai dalam model AHP merupakan sektor-sektor unggulan yang terdapat di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Sektor Kelautan dan Perikanan, Sektor Industri, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran Pariwisata, Sektor Pertambangan, dan Sektor Angkutan Komunikasi dipilih karena merupakan sasaran pokok dalam arahan dan kebijakan pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau RPJPD 2005 – 2025.

3.3.5 Analisis Deskriptif Arahan Pembangunan Wilayah Provinsi Kepulauan Riau

Analisis deskriptif dilakukan untuk menyusun rekomendasi prioritas dan arahan pembangunan wilayah di Provinsi Kepulauan Riau. Kondisi eksisting pembangunan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dihasilkan dari analisis Sektor Unggulan, analisis Tingkat Perkembangan Wilayah dan analisis Tingkat Disparitas Pembangunan Antar Wilayah. Persepsi para stakeholder pembangunan tentang prioritas pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau dihasilkan dari analisis AHP Analytical Hierarchy Process. Dari hasil seluruh analisis tersebut selanjutnya dilakukan sintesis dengan kebijakan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Provinsi Kepulauan Riau 2005 – 2025 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RTRWP Kepulauan Riau 2008-2028 sehingga diperoleh rekomendasi prioritas dan arahan pembangunan wilayah di Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini direncanakan melalui alur proses dan analisis seperti yang telah di jelaskan sebelumnya dan disajikan dalam Gambar 3. 34 Gambar 3. Diagram alur proses penelitian PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Analisis Permasalahan Peta Administrasi KONDISI EKSISTING 1. Infrastruktur Wilayah 2. PDRB dan Jumlah Penduduk 3. Kebijakan Pembangunan Daerah PROSES PEMBANGUNAN 1. Pemekaran Wilayah 2. Disparitas Antar Wiayah Potensi Desa PODES 2011 PDRB Kabupaten Kota Se-Kepri Wawancara Kuesioner Stakeholder Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau Analisis Skalogram Analisis LQ SSA Analisis Entropi Indeks Williamson Indeks Theil Analisis AHP Tingkat Pertumbuhan Wilayah Sektor Unggulan Basis Besaran Disparitas Antar Wilayah Prioritas Pembangunan Wilayah Sintesis Hasil Analisis dengan RTRW dan RPJPD Provinsi Kepulauan Riau Rekomendasi Arahan Kebijakan Pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau Tahap Pengumpulan Data Tahap Analisis Data Tahap Interpretasi Hasil

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN