Ekspresionisme KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN

commit to user 22 konvensional bentuk-bentuk estetik tersebut dapat saja menampilkan hal-hal yang tidak lazim dan bahkan bagi sebagian orang tidak masuk akal untuk dikatagorikan sebagai karya seni. Namun hal tersebut merupakan hasil perkembangan wacana yang ada yang selalu memungkinkan munculnya gagasan-gagasan dan ide-ide yang berkembang seiring zaman. Dari sinilah sebuah karya seni mampu menempatkan diri sebagai salah satu kemungkinan artefak untuk membaca kecenderungan zaman tertentu.

C. Ekspresionisme

Seni cenderung memuat ungkapan dan kondisi subyektif seseorang, oleh karena itulah seni seringkali dikaitkan dengan ekspresi pribadi. Herbert Read mengatakan bahwa secara teoritis urutan terjadinya seni adalah: pengamatan terhadap kualitas material, penyusunan terhadap hasil pengamatan, dan penataan susunan tadi untuk mengekspresikan emosi atau perasaan yang dirasakan sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut dalam seni lukis terdapat sebuah istilah untuk menunjuk penciptaan karya yang mendasarkan pada ekspresi pribadi, yaitu ekspresionisme dalam Soedarso 1990. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekspresionisme berarti aliran seni yang melukiskan perasaan dan penginderaan batin yang timbul dari pengalaman diluar yang diterima tidak saja oleh panca indera, melainkan juga oleh jiwa seseorang 2001: 291. Soedarso menjelaskan pendapat Worringer tentang ekspresionisme sebagai berikut: “…karya ekspresionistik umumnya terdapat tendensi ke arah individualistik. Pada pribadi-pribadi tidak ditumbuhkan nilai- nilai sosialnya, melainkan dikembangkan kesadarannya akan isolasi dan keterpisahannya, dalam arti bahwa sekalipun secara fisik berkumpul dengan orang lain, namun secara psikologis setiap orang adalah terpisah…” 1990: 78. Sedangkan Herbert Read menjelaskan bahwa ekspresionisme adalah suatu jenis seni yang berusaha untuk menggambarkan perasaan subyektif seorang seniman, bukan kenyataan alam yang obyektif. Lebih lanjut Read menyatakan :…”seni yang ekspresionistik adalah seni yang memberikan pelepasan lahiriah bagi desakan, ataupun bagi kepentingan-kepentingan yang ada dalam Listiono 1974 : 28. Desakan tersebut digerakkan oleh emosi , perasaan atau sensasi, dan dengan commit to user 23 demikian hasil seni menjadi jalur-jalur pengaman yang dapat menyalurkan kekecewaan psikis yang tidak tertahankan dan mengembalikan keseimbangan. Pelepasan kekuatan psikis seperti itu cenderung untuk menuju ke arah sikap yang dibesar - besarkan kepada distorsi perwujudan alamiah yang akan berakhir dengan bentuk-bentuk yang aneh - aneh…”. Dalam hal ini ekspresi dijadikan pijakan utama dalam berkarya seni lukis.

D. Simbolisme dan Seni