Karakteristik Karya KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN

commit to user 25 rupa tidak memakai sistem tanda tunggal untuk menyampaikan suatu sistem yang abstrak secara konsisten seperti wacana ilmiah. Simbol muncul dalam konteks yang sangat beragam dan digunakan untuk berbagai tujuan. Dalam pemahaman karya seni rupa dan dalam penggunaannya oleh seniman, simbol berkembang tanpa bisa secara mutlak dikendalikan dan digeneralisir sebagai sebuah sistem tunggal pemaknaan, oleh karena itulah interpretasi dan penilaian terhadap sebuah karya seni cenderung bersifat subyektif.

E. Karakteristik Karya

Lama diperdebatkan, apakah ekspresi seni harus mempesonakan, cantik, memberikan rasa senang, dan membangkitkan pengalaman estetik. Kant menjawab: Tidak Jim Supangkat, dalam Poem of Blood Tth: 7, dari sepenggal kalimat diatas dapat ditarik sebuah permasalahan yang akan pelukis coba akomodasi ke dalam konsep dan karya seni lukis. Persoalan hubungan keindahan dan ekspresi seni sebenarnya sederhana saja. “Akar” ekspresi seni adalah pengalaman merasakan keindahan. Pada proses pengungkapan, pengalaman tentang keindahan ini mengalami berbagai stimulasi yang muncul dari pengalaman-pengalaman dalam menjalani kehidupan. Terjadi kemudian perumitan yang bisa dilihat sebagai “buah” pengalaman dalam merasakan keindahan. Inilah ekspresi seni. Jim Supangkat lebih jauh mengatakan bahwa mustahil seniman yang tidak mempunyai pengalaman merasakan keindahan tidak pernah menghasilkan karya yang menampilkan kecantikan memiliki kemampuan menampilkan ekspresi yang bermakna. Pada “struktur rasa” inilah ekspresi dibangun. Dari sinilah pelukis kemudian mulai mengembangkan kemungkinan untuk berkreasi berkarya melalui tema dan obyek yang mungkin terkadang kurang bisa dikatakan sebagai karya yang indah secara konvensional karena didalamnya memang memuat visualisasi yang cenderung provokatif. Ekspresi berusaha pelukis bangun melalui unsur-unsur yang pelukis susun sedemikian rupa melalui objek-objek dalam karya pelukis yang secara provokatif menampilkan goresan-goresan, sapuan, lelehan dan lain sebagainya yang secara umum memunculkan kengerian dan kesakitan, namun justru pada tingkat inilah commit to user 26 pelukis berupaya mengetengahkan keindahan yang terselubung lewat visualisasi yang pelukis tampilkan, pelukis mencoba menampilkannya lebih sebagai upaya menyadarkan tentang tragika yang membalut kehidupan, jadi dapat dikatakan bahwa pelukis memulainya berdasarkan ekspresi personal tentang pemahaman terhadap sesuatu berdasarkan konsep yang telah pelukis susun. Untuk menampilkan tragika tersebut pelukis lebih memilih mengedepankannya secara langsung tanpa memerlukan pemahaman yang bertele-tele dengan dibalut berbagai macam “penghalusan” namun pelukis berusaha untuk membangun struktur rasa lewat provokasi visual secara langsung. obyek tampak menonjol kontras dengan obyek lain dalam lukisan yang seringkali ditiadakan atau digambarkan dengan warna yang tidak mencolok, minimalis namun dengan daya tarik yang kuat. Visualisasi berupa goresan-goresan, sapuan, lelehan dan penerapan konflik internal yang distorsi atau dimunculkan dengan cara tertentu, disamping pemilihan objek-objak yang lain, digunakan sebagai bahasa ungkap konflik internal dalam diri pelukis atau lebih jauh disebut sebagai expressive form dalam penciptaan karya seni lukis. Dari proses gagasan, visualisasi, kemudian untuk diapresiasi, pelukis berharap akan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan seni rupa pada umumnya dan sebagai proses berkesenian pribadi pada khususnya.

F. Unsur-Unsur Seni Rupa