Tahap Visualisasi PROSES VISUALISASI PENCIPTAAN

commit to user 44 c. Tempat pelarut Pelukis biasa menggunakan berbagai bahan dalam berkarya, sehingga dipakai beberapa tempat pelarut secara terpisah serta satu tempat tersendiri untuk membersihkan kuas yang telah dipakai. d. Kain lap Kain lap biasa digunakan untuk mengeringkan kuas yang telah dipakai atau setelah dibersihkan. Pelukis tidak menggunakan kain yang khusus yang penting memiliki daya serap yang baik terhadap cairan.

3. Teknik

Teknik mutlak diperlukan dalam penciptaan sebuah karya, penguasaan bahan dan alat merupakan salah satu faktor penting yang harus dikuasai dalam berkarya agar dapat dicapai visualisasi yang sesuai dengan yang diinginkan. Dalam penciptaan sebuah karya seni pelukis cenderung mencampuradukkan berbagai teknik untuk mendapatkan efek dan visualisasi yang diinginkan. Perbedaan tingkat kecepatan kering, tingkat kemampuan bahan menutup bidang, serta daya larut masing-masing bahan saya kelola sedemikian rupa untuk memunculkan efek-efek tertentu yang sukar dicapai dengan teknik lainnya. Walaupun begitu teknik-teknik yang umum dipakai seperti blok, impasto, dan aquarel tidak sepenuhnya ditinggalkan namun justru sebisa mungkin dipergunakan untuk mendukung proses berkarya secara keseluruhan. Pelukis biasa menerapkan brush stroke yang padat dan spontan namun tetap memperhatikan bentuk dan komposisi serta detail yang apa adanya agar terkesan lebih ekspresif.

D. Tahap Visualisasi

Dalam berkarya biasanya pelukis mulai dari sebuah ide tentang bentuk walaupun tidak selalu begitu, maksudnya pelukis mempunyai konsep dasar pemikiran saja tanpa tahu seperti apa nanti yang akan divisualisasikan di atas kanvas. Karena jenis lukisan yang lebih cenderung tidak mutlak imitatif maksudnya memindahkan sebuah obyek secara sama persis ke atas bidang kanvas maka pelukis merasa lebih bebas untuk memasukkan ekspresi ke dalam lukisan commit to user 45 yang dibuat melalui goresan dan eksperimentasi di atas bidang kanvas. Ekspresi disini menjadi penting karena konsep berkarya yang lebih cenderung personal, dimana pelukis mengolah pengalaman, pemahaman, dan hasil pengamatan pelukis terhadap sesuatu baru kemudian diluapkan ke atas bidang sesuai dengan apa yang diinginkan sesuai dengan konsep berkarya. Pelukis jarang membuat sketsa mengenai apa yang dituangkan ke atas bidang kanvas namun lebih sering merekamnya sebagai penggalan-penggalan kecil kata yang biasa tulis di buku, SMS, atau pelukis diskusikan dengan teman meskipun hanya sekedar sebagai bahan pembicaraan yang ringan. Mengenai pencapaian bentuk pelukis biasa memulainya dengan pengaplikasian bahan secara langsung di atas kanvas, mengamati efek yang timbul,mengarahkan dan mengelola efek-efek tersebut, kemudian dalam prosesnya mulai berimajinasi mengenai bentuk-bentuk tertentu sesuai konsep awal yakni reduksi dari organ-organ penyusun tubuh baik manusia maupun binatang. Dari sinilah kemudian pelukis mulai membentuk detil yang diinginkan sampai pelukis rasa cukup tanpa kehilangan kendali atas karya secara keseluruhan termasuk didalamnya komposisi dan lain sebagainya. commit to user 46

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENCIPTAAN

A. DESKRIPSI KARYA

1. Potret Diri

Karya berjudul Potret Diri berbicara tentang seseorang yang ingin melihat dirinya sendiri lewat kaca, kamera dengan memotret, ataupun menggunakan alat yang lainnya agar dapat melihat sosok dari dirinya sendiri. Dalam karya ini pelukis menceritakan tentang karakter pribadi pelukis sebelum adanya pengaruh dari luar. Dari sinilah pelukis merespon untuk dapat mendokumentasikan diri melalui cara yang berbeda yaitu dengan melukis. Gambar 6 Karya berjudul : “Potret diri” Acrylic on Canvas , 30 x 70 cm x 8, 2010 35