Tinjauan Tentang Seni Lukis

commit to user 19

3. Cara Berurusan dengan Konflik Internal

a. Identifikasi konfliknya, jika perlu jadikan proyek dan beri nama. Ingatlah bahwa nama = makna. Tanpa nama, sulit memberi makna. Dan tanpa makna, yang ada adalah kebingungan dan ketidakjelasan. b. Berbicaralah kepada seseorang. Ini diperlukan untuk meringkaskan konflik menjadi deskripsi yang lebih pendek dan akurat. c. Ambillah sebuah sudut pandang terhadap konflik. Gunakan sebuah kacamata, misalnya pengembangan diri, kemajuan karir, pribadi, masa depan profesi, karyawan, pebisnis, dan sebagainya. Seberapa pentingkah terselesaikannya konflik ini? Apakah memburuknya konflik ini terjadi karena kita lelah, karena kita marah, atau karena hal lain? Apa peran diri kita di dalam konflik ini? Pemicu, penyebab, memperparah, meringankan, memperjelas, memperberat? Ini diperlukan untuk memutuskan apakah kita perlu melakukan yang nomor 2 di atas. d. Lakukan apa yang bisa kita lakukan secara konstruktif terkait dengan konflik. Uraikan deskripsi konflik poin 2 di atas menjadi poin-poin isu. Pilih setidaknya satu isu yang bisa kita garap untuk keluar dari konflik. Lalu tentukan setidaknya tiga tindakan terkait dengan isu itu. Untuk setiap tindakan, tentukan minimal tiga pro dan kontranya. Pilih tindakan yang paling meringankan konflik. e. Lakukan. Tunggu perkembangan setidaknya satu hari, guna menentukan tindakan lain.

B. Tinjauan Tentang Seni Lukis

Estetika sebagai hasil perkembangan pemikiran manusia telah lama berupaya memetakan apa yang selama ini disebut dengan keindahan dari berbagai sudut kemungkinan pembacaan atasnya. Perkembangan kebudayaan manusia berbanding lurus dengan makin banyak dan beragamnya definisi tentang keindahan terlebih ketika manusia mulai menemukan dan menyadari hadirnya seni. Selanjutnya keduanya mulai bersinergi membentuk serangkaian diskursus yang teramat kompleks. Hope M. Smith mengatakan “In essence,aesthetics is the commit to user 20 philosophy of the beautiful,the science of beauty and “taste ” Pada pokoknya ,estetika adalah filsafat tentang hal yang indah, ilmu tentang keindahan dan “citarasa” dalam The Liang Gie 1996: 87. Sedangkan lebih jauh berkaitan dengan seni rupa atau visual arts, EB. Feldman menjelaskan bahwa estetika dapat diberi arti sebagai ilmu pengetahuan pengamatan The Science of Perception. dalam Sahman 1993: 45 Seni rupa sebagai salah satu cabang seni yang mutlak melibatkan unsur visual tentulah termasuk didalamnya,lebih khusus lagi menunjuk pada seni lukis dimana unsur visual merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari proses pengamatan tersebut baik dalam rangkaian proses penciptaannya maupun kelak dalam kaitannya dengan apresiasinya. Oleh EB. Feldman estetika bahkan tidak hanya digunakan dalam arti filsafat seni tapi, tetapi sebagai ilmu pengetahuan tentang pengamatan yang berurusan dengan pertanyaan yang ada kaitannya dengan cara dan proses pengamatan yang kemudian membentuk pengalaman seni. Maksud dengan pengamatan adalah hal ikhwal melihat dan memahami bentuk- bentuk visual. Seni lukis sebagai bagian dari visual arts memerlukan estetika sebagai sumber telaahnya, dalam artian pemahaman terhadap seni lukis idealnya harus berdasarkan pada pengamatan terhadap unsur-unsur pembentuk karya seni tersebut. Lukisan sebagai sebuah karya seni atau sebagai salah satu media seni menggunakan segi visual atau fisik sebagai unsur utamanaya, daya ungkap, kualitas dalam hal ini ciri-ciri yang memenuhi syarat seni lukis terletak tentu saja pada apa yang dapat dilihat terlebih dahulu baru kemudian melalui proses apresiasi akan muncul interpretasi serta pemahaman yang lebih jauh terhadap karya tersebut. Seni lukis adalah salah satu cabang seni rupa dua dimensi yang populer dan mempunyai banyak gaya, aliran, dan teknik pembuatan maupun bahan serta alat yang digunakan. Dalam proses penciptaan, karya seni rupa dua dimensi ini tidak terlalu terikat pada aturan teknis yang rumit bila dibandingkan dengan cabang seni rupa lainnya semisal seni patung dan seni cetak grafis dimana memerlukan langkah-langkah yang lebih banyak dan kompleks walaupun pada perkembangannya seni lukis mengalami banyak pengembangan dalam teknis pengerjaannya. BS. Myers mengatakan bahwa melukis adalah membubuhkan cat commit to user 21 yang kental maupun cair di atas permukaan yang datar, sehingga karya lukis sering dilihat sebagai karya dua dimensi. dalam Sahman 1993: 55 Berbagai kesan dan konfigurasi yang diperoleh darinya diharapkan dapat mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif, mengenai bidang sebenarnya tidak harus berupa bidang datar mengingat terdapat kemungkinan untuk melukis pada bidang yang tidak datar, melengkung atau bergelombang misalnya. Sementara The Liang Gie mendefinisikan seni lukis sebagai hasil karya dua dimensional yang memiliki unsur warna, garis, ruang, cahaya, bayangan, tekstur, makna, tema dan lambang 1996: 97. Selain itu, Mikke Susanto mengatakan bahwa seni lukis adalah bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologi yang menggunakan warna dan garis guna mengungkapkan perasaan, mengekspresikan emosi dari kondisi subyektif seseorang 2002: 71. Berkaitan dengan hakikat penciptaan seni visual lukisan, Yasraf Amir Pilliang berpendapat bahwa lukisan adalah jalan berliku yang penuh dengan tanda tanya, yang jawabannya ditangguhkan, diulur-ulur, penuh jebakan, jawaban palsu yang pada akhirnya menggiring kita ke arah satu jawaban, satu kebenaran atau malah meninggalkan kita dalam keadaan tanpa jawaban dan tanpa kebenaran 2003: 244 . Dari beberapa pendapat tersebut diatas, seni lukis mengandung pengertian sebuah kebulatan atau keutuhan secara organis yang melibatkan unsur-unsurnya kedalam bidang dua dimensional yang merupakan penjabaran dari sebuah ide, ekspresi, dan emosi subyektif yang didalamnya memiliki banyak kemungkinan untuk ditelaah dan dicari maknanya. Seni lukis biasanya mengunakan kanvas sebagai medianya, namun selanjutnya seni lukis mengalami perkembangan yang pesat termasuk dalam penggunan materi alternatif sebagai medianya, terlebih pada karya-karya lukis dewasa ini dimana eksperimentasi teknis dan konsep banyak dilakukan sehingga menghasilkan karya-karya seni lukis yang lebih beragam baik dalam pemilihan bahan, obyek, dan tema lukisannya. Hal ini banyak dilakukan karena masing-masing seniman berupaya menampilkan keunikan dalam karya-karyanya, terlebih lagi ketika konsep kekinian banyak dijiwai hal ikhwal personalitas. Keunikan individu untuk tidak menjadi sama adalah nilai lebih, Modus dan cara penyajian yang mainstream seringkali “digugat” dan begitu pula ketika merambah ke urusan obyek-obyek “baru” dan bahkan terkadang tidak “indah” paling tidak ketika dikaji secara commit to user 22 konvensional bentuk-bentuk estetik tersebut dapat saja menampilkan hal-hal yang tidak lazim dan bahkan bagi sebagian orang tidak masuk akal untuk dikatagorikan sebagai karya seni. Namun hal tersebut merupakan hasil perkembangan wacana yang ada yang selalu memungkinkan munculnya gagasan-gagasan dan ide-ide yang berkembang seiring zaman. Dari sinilah sebuah karya seni mampu menempatkan diri sebagai salah satu kemungkinan artefak untuk membaca kecenderungan zaman tertentu.

C. Ekspresionisme