commit to user
41 objek lukisan lain yang ditampilkan dengan sederhana. Obyek tersebut pelukis
rasa memiliki kekuatan tersendiri sebagai sebuah expressive form karena setiap manusia memiliki hal tersebut didalam dirinya, sehingga tiap orang akan memiliki
semacam ikatan dan tegangan emosional tersendiri dalam berinteraksi dengan obyek yang penulis pilih.
B. Konsep Penciptaan
Karya-karya pelukis tidak berpretensi untuk mempersoalkan tentang benar- salah, baik-buruk, maupun sebagai bentuk acuan normatif lainnya. Penciptaan
karya saya berangkat dari satu titik yang sama yaitu kesadaran tentang ketiadaan nothingness, nihil, hampa tanpa pretensi apa-apa, namun kehampaan disini saya
sadari sepenuhnya dan kemudian saya kelola sebagai titik awal dalam berkarya. Pelukis selalu berfikir bahwa segala sesuatu tidak pernah hadir secara mutlak
sebagai satu fenomena tanpa oposisi atasnya, begitu pula dengan kehampaan itu sendiri yang menyimpan potensi kebalikannya yakni isi. Manusia sebagai individu
cenderung kehilangan orientasi ketika kesendirian dan kehampaan menerpanya. Kahampaan dan kesunyian dapat menghadirkan rasa “sakit” tersendiri sehingga
manusia memerlukan jalan keluar untuk mengatasinya, rasa sakit tidak selalu secara fisik namun lebih ke arah psikis. Sosialisasi adalah salah satu jalan yang
dapat dilalui manusia, terlebih manusia juga memiliki kodrat sebagai makhluk sosial, namun pada prakteknya dalam sosialisasi manusia juga akan banyak
mengalami benturan-benturan terkait dengan individualitasnya. Terlebih ketika kehidupan sosial banyak dimuati kepentingan-kepentingan individu yang
cenderung lebih mengedepankan ego yang pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan yang kian kompleks dalam diri manusia, tanpa memperoleh kanal
penyaluran yang tepat keadaan tersebut akan mampu memunculkan tekanan, dan tegangan dalam diri seseorang. Tekanan tersebut terkadang begitu besarnya
sehingga manusia dapat kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dalam kondisi inilah penulis justru melihat potensi rasa “sakit” manusia yang sesungguhnya.
Dari sinilah pelukis memulai memanifestasikan apa yang tertangkap kedalam karya seni lukis, bentuk dan visualisasi yang digambarkan mewakili
akibat dan sekaligus rasa sakit yang dimaksud diatas. Penulis mengelola rasa sakit
commit to user
42 sebagai provokasi dan sekaligus sebagai kekuatan ekspresi dalam karya seni lukis
tersebut, provokasi lebih bertujuan keluar diri sedangkan ekspresi lebih cenderung mengarah kepada kepuasan pribadi, penuangan perasaan dan emosi subyektif
kedalam karya seni lukis. Objek lukisan yang cenderung provokatif lebih mudah memberikan provokasi ke arah yang dimaksudkan sekaligus dapat dirasakan
bahwa dari segi ekspresi juga terpenuhi. Mengenai hasil akhirnya penulis tidak begitu mementingkan terutama apakah visualisasi tersebut indah ataupun tidak
karena ekspresi mutlak berada di tangan seniman dan dalam kesadaran tertentu hal itu sepenuhnya sebagai pegangan agar tidak merasa terikat dalam berkarya. Seni
dapat diberi batasan sebagai kesatuan organis unsur-unsur yang bernilai ungkap, unsur-unsur itu meliputi representasi, konotasi, dan materi tanggap inderawi dan
dalam hal ini tidak ada satu nilai pun yang tidak dapat direpresentasikan, dikonotasikan atau diberi bentuk tanggap inderawi, oleh karena itu seni tidak
terbatas pada hal yang indah-indah saja. Karya seni selama ini memang berusaha mengungkapkan dan membangkitkan perasaan, keadaan, atau suasana tertentu
sehingga tetap merangsang daya imajinasi apresian dan apresian memberikan kunci terhadap hidup matinya karya seni baik dalam bentuk mencintai maupun
membencinya.
C. Bahan, Alat, dan Tehnik