BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Daerah Asrama Haji merupakan suatu daerah yang berada di Jalan Jenderal A.H.Nasution Kelurahan Pangkalan Mansyur. Di daerah ini terdapat banyak
pedagang gorengan pinggir jalan yang setiap hari berjualan di daerah tersebut dan sebagian besar dari pedagang-pedagang tersebut menggunakan kertas koran bekas
sebagai kemasan gorengannya, baik itu sebagai alas maupun pembungkus gorengan. Karena letaknya yang berada di pinggir jalan raya, maka selain masyarakat yang
tinggal dan bekerja di sekitar Asrama Haji, para pengguna jalan raya yang melintas di daerah tersebut terkadang juga membeli gorengan yang dijual oleh para pedagang.
4.2 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pedagang gorengan pinggir jalan yang berjualan di daerah sekitar Asrama Haji yang berjumlah 22 pedagang. Variabel
gambaran umum responden yang dilihat adalah umur dan pendidikan. 4.2.1 Umur Responden
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelompok umur responden terbanyak adalah kelompok umur 25 dengan jumlah 15 orang 68,2 dan yang
paling sedikit adalah kelompok umur 25 dengan jumlah 3 orang 13,6.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012
Umur tahun Jumlah
25 15
68,2 25
4 18,2
25 3
13,6 Total
22 100,0
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Pendidikan Responden
Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA sebanyak sepuluh orang 45,5 dan paling sedikit
adalah Diploma 1 sebanyak satu orang 4,5.
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi pendidikan Responden di Daerah Asrama Haji Tahun 2012
4.3 Gambaran Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Sebelum pre-test dan
Sesudah post-test Diberikan Penyuluhan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, dapat diketahui tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan. Berikut gambar 4.2 yang menunjukkan
tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan.
Gambar 4.2 Grafik Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum
dan Sesudah Penyuluhan
4,50 27,30
45,50 22,70
D1 SMA
SLTP SD
5 10
15 20
pre-test post-test
9 16
10 6
3
jum la
h r e
spo nde
n
baik sedang
kurang
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 4.2 di atas menunjukkan adanya perubahan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan
tingkat pengetahuan ini disebabkan karena intervensi yang diberikan kepada responden sehingga dapat membantu responden meningkatkan pengetahuannya
tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan. Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden
terbanyak sebelum diberikan penyuluhan adalah kategori sedang sebanyak sepuluh orang 45,5, diikuti kategori baik sebanyak sembilan orang 40,9, dan yang
paling sedikit adalah kategori kurang sebanyak tiga orang 13,6. Dapat dikatakan bahwa pada umumnya tingkat pengetahuan responden tentang bahaya penggunaan
kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sebelum penyuluhan adalah cukup baik namun masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan kurang. Sementara itu,
setelah dilakukan post-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden terbanyak sesudah diberikan penyuluhan adalah baik sebanyak 16 orang 72,7,
kategori sedang sebanyak enam orang 27,3, dan sudah tidak ada lagi responden yang memiliki pengetahuan kurang. Dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan
responden setelah diberikan penyuluhan mengalami peningkatan menjadi lebih baik. Peningkatan pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan sangat jelas terlihat pada
gambar di atas. Untuk lebih jelas mengetahui pengetahuan pedagang gorengan sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan
No Pertanyaan
Pre-test Post-test
n n
1 Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan
kemasan ? a. Kemasan adalah wadah atau
pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya
kerusakan dan pencemaran pada bahan yang dikemas atau dibungkusnya.
b. Kemasan adalah pembungkus makanan. c. Tidak tahu
8 14
36,4 63,6
15 7
68,2 31,8
Total 22
100 22
100
2 Menurut anda, apakah kegunaan dari
kemasan? a. Mewadahi dan melindungi produk dari
bahan pencemar serta sebagai identitas produk.
b. Membungkus produk. c. Tidak tahu.
9 13
40,9 59,1
16 6
72,7 27,3
Total 22
100 22
100
3 Menurut anda, apakah jenis-jenis bahan
kemasan ? a. Plastik, kertas, kaleng, kaca
b. Plastik, kertas c. Tidak tahu
16 6
72,7 27,3
17 5
77,3 22,7
Total 22
100 22
100
4 Menurut anda, apakah mengemas gorengan
dengan kertas koran bekas aman ? a. Tidak aman dan membahayakan
kesehatan. b. Tidak aman.
c. Tidak tahu.
10 10
2 45,5
45,5 9
14 8
63,6 36,4
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, pada umumnya pengetahuan pedagang gorengan tentang pengertian dan fungsi
Total 22
100 22
100
5 Menurut anda, apakah ada perpindahan zat-
zat kimia berbahaya dari kertas koran bekas ke dalam gorengan?
a. Ada, apalagi bila gorengan dalam suhu panas.
b. Ada, namun tidak berbahaya. c. Tidak tahu.
5 7
10 22,7
31,8 45,5
11 11
50 50
Total 22
100 22
100
6 Menurut anda, apakah tinta dari cetakan
tulisan pada kertas koran bekas bisa pindah ke makanan gorengan?
a. Bisa. b. Ragu-ragu.
c. Tidak bisa 6
4 12
27,3 18,2
54,5 10
5 7
45,5 22,7
31,8
Total 22
100 22
100
7 Menurut anda, kemasan apakah yang paling
aman untuk gorengan ? a. Daun pisang.
b. Kertas putih polos. c. Kertas koran bekas
16 6
72,7 27,3
20 2
90.9 9,1
Total 22
100 22
100
8 Menurut anda, amankah kertas koran bekas
yang berlapiskan daun pisang untuk membungkus makanan?
a. Aman, apalagi bila makanan dalam kondisi panas
b. Kurang aman. c. Tidak aman.
15 7
68,2 31,8
20 2
90,9 9,1
Total 22
100 22
100
Universitas Sumatera Utara
kemasan masih rendah. Selain itu, pengetahuan pedagang mengenai zat kimia yang terkandung didalam kertas koran dan cara perpindahan juga masih kurang. Namun,
setelah dilakukan penyuluhan, pengetahuan pedagang mengalami peningkatan. Adapun pengetahuan pedagang yang mengalami peningkatan adalah tentang
pengertian kemasan, fungsi kemasan, zat kimia yang terkandung didalam kertas koran bekas dan cara perpindahannya ke gorengan. Sedangkan pengetahuan
pedagang tentang jenis-jenis kemasan dan kemasan yang aman digunakan untuk gorengan juga meningkat, tetapi tidak terlalu signifikan. Hal ini berarti penyuluhan
sangat berguna dalam peningkatan pengetahuan pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan.
4.4 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai kemasan Gorengan di
Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.3 di bawah ini terlihat bahwa berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan paired sampel t-test diperoleh rata-rata pengetahuan responden
sebelum diberikan penyuluhan adalah sebesar 9,95 dan sesudah penyuluhan sebesar 12,86. Dengan t hitung adalah 6,322 serta nilai probabilitas p 0,001. Oleh karena
p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan sehingga dapat diartikan bahwa ada
pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sesudah diberikan penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Perbedaan Rata-Rata Nilai Skor pre-test dan post-test Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai
Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012
Variabel Rerata Nilai
t P
Pengetahuan Sebelum
9,95 6,322
0,001 Sesudah
12,86
4.5 Gambaran Sikap Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Sebelum pre-test dan Sesudah
post-test Diberikan Penyuluhan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, dapat diketahui tingkat sikap responden sebelum dan sesudah penyuluhan. Berikut gambar 4.4 yang menunjukkan
tingkat sikap responden sebelum dan sesudah penyuluhan.
Gambar 4.4 Grafik Tingkat Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Pada gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak
sebelum diberikan penyuluhan adalah kategori sedang sebanyak 14 orang 63,6, diikuti dengan kategori kurang sebanyak enam orang 27,3, dan yang paling
sedikit adalah kategori baik sebanyak dua orang 9,1. Kemudian setelah diberikan penyuluhan didapatkan hasil bahwa sikap responden terbanyak sesudah diberikan
2 4
6 8
10 12
14
pre-test post-test
2 8
14 14
6
jum la
h r e
spo nde
n
baik sedang
kurang
Universitas Sumatera Utara
penyuluhan adalah sedang sebanyak 14 orang 63,6 dan kategori baik sebanyak delapan orang 36,4, dan kategori kurang sudah tidak ada.
Peningkatan sikap sesudah dilakukan penyuluhan sangat jelas terlihat pada gambar di atas. Untuk lebih jelas mengetahui sikap pedagang gorengan sebelum dan sesudah
penyuluhan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan
No Pertanyaan
kategori Pre-test
Post-test
n n
1 Kemasan makanan bukan
hanya sebagai pembungkus makanan, tetapi juga harus
dapat melindungi makanan dari kerusakan dan pencemaran.
- Setuju - Kurang setuju
- Tidak stuju 14
8 63,6
36,4 20
2 90,9
9,1
Total 22
100 22
100
No
Pertanyaan Kategori
Pre-test Post-test
n n
2 Kertas koran bekas tidak boleh
digunakan sebagai kemasan gorengan.
- Setuju - Kurang setuju
- Tidak stuju 6
10 6
27,3 45,4
27,3 12
8 2
54,5 36,4
9,1
Total 22
100 22
100 3
Penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan
adalah tidak baik. - Setuju
- Kurang setuju - Tidak stuju
7 9
6 31,8
40,9 27,3
13 5
4 59,1
22,7 18,2
Total 22
100 22
100 4
Kertas koran bekas mengandung zat kimia yang
berbahaya bagi kesehatan. - Setuju
- Kurang setuju - Tidak stuju
5 11
6 22,7
50 27,3
11 8
3 50
36,4 13,6
Total 22
100 22
100 5
Makanan yang berminyak dan bersuhu panas dapat
memindahkan zat beracun pada kertas koran bekas ke
makanan. - Setuju
- Kurang setuju - Tidak stuju
4 8
10 18,2
36,4 45,4
12 4
6 54,5
18,2 27,3
Total 22
100 22
100
Universitas Sumatera Utara
6 Daun pisang adalah salah satu
bahan yang aman digunakan untuk mengemas gorengan.
- Setuju - Kurang setuju
- Tidak stuju 22
100 22
100
Total 22
100 22
100 7
Jika kertas koran bekas tidak aman digunakan sebagai
kemasan gorengan, saya akan mengganti kertas koran bekas
dengan kemasan yang lebih aman.
- Setuju - Kurang setuju
- Tidak stuju 11
7 4
50 31,8
18,2 13
5 4
59,1 22,7
18,2
Total 22
100 22
100 8
Penyuluhan mengenai bahaya penggunaan kertas koran bekas
sebagai kemasan gorengan perlu di lakukan.
- Setuju - Kurang setuju
- Tidak stuju 18
4 81,8
18,2 20
2 90,9
9,1
Total 22
100 22
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, pada umumnya sikap pedagang gorengan tentang dilarangnya menggunakan kertas
koran bekas sebagai kemasan gorengan dan bahayanya penggunaan kertas koran sebagai kemasan gorengan masih rendah, sedangkan sikap pedagang gorengan
tentang fungsi kemasan, pentingnya penyuluhan tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai kemasan gorengan, dan kesediaan pedagang gorengan untuk tidak
menggunakan kertas koran lagi sebagai kemasan gorengan sudah cukup baik. Setelah dilakukan penyuluhan, sikap pedagang mengalami peningkatan.
Adapun sikap pedagang yang mengalami peningkatan adalah tentang dilarangnya menggunakan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan dan bahayanya
penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan. Sedangkan sikap pedagang tentang fungsi kemasan dan kesediaan pedagang untuk tidak menggunakan
kertas koran bekas lagi sebagai kemasan gorengan juga meningkat, tetapi tidak terlalu signifikan. Hal ini berarti penyuluhan sangat berguna dalam peningkatan sikap
pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan.
Universitas Sumatera Utara
4.6 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah
Asrama Haji Medan Tahun 2012
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan paired sample t-test pada tabel 4.5 di atas, diperoleh rat-rata sikap responden sebelum diberikan penyuluhan
sebesar 7,77 dan sesudah penyuluhan sebesar 10,86. Selain itu, t hitung adalah 6,933 dengan nilai probabilitas p 0,001. Oleh karena p0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap pedagang
gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sesudah diberikan penyuluhan.
Tabel 4.5 Perbedaan Rata-Rata Nilai Skor pre-test dan post-test Sikap Responden Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan
Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012
Variabel Rerata Nilai
t p
Sikap Sebelum
7,77 6,933
0,001 Sesudah
10,86
4.7 Gambaran Tindakan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Sebelum pre-test dan
Sesudah post-test Diberikan Penyuluhan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui tingkat tindakan responden sebelum dan sesudah penyuluhan. Berikut gambar 4.6 yang menunjukkan
tingkat tindakan responden sebelum dan sesudah penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Grafik Tingkat Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Gambar 4.6 menunjukkan adanya perubahan tingkat tindakan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan tingkat tindakan ini
disebabkan karena perlakuan yang diberikan kepada responden sehingga dapat membantu responden meningkatkan tindakannya tentang penggunaan kertas koran
bekas sebagai kemasan gorengan. Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat tindakan responden terbanyak sebelum diberikan penyuluhan adalah kategori
kurang sebanyak 13 orang 59,1, diikuti kategori sedang sebanyak tujuh orang 31,8, dan yang paling sedikit adalah kategori baik sebanyak dua orang 9,1.
Dari hasil ini dapat diartikan bahwa tingkat tindakan responden tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sebelum penyuluhan
masih sangat rendah. Sementara itu, setelah dilakukan post-test didapatkan hasil bahwa tingkat
tindakan responden terbanyak sesudah diberikan penyuluhan adalah sedang sebanyak 12 orang 54,5, diikuti kategori baik sebanyak enam orang 27,3, dan yang
2 4
6 8
10 12
14
pre-test post-test
2 6
7 12
13
4
jum la
h r e
spo nde
n
baik sedang
kurang
Universitas Sumatera Utara
paling sedikit adalah kategori kurang sebanyak empat orang 18,2 sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat tindakan responden setelah diberikan penyuluhan umumnya
sudah mengalami peningkatan menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang, diketahui bahwa para
pedagang tersebut biasa menggunakan kertas koran bekas sebagai alas gorengan ketika di sajikan di dalam lemari kaca dan juga sebagai alas gorengan yang baru
diangkat dari penggorengan dengan tujuan untuk meniriskan minyak. Selain itu, mereka juga menggunakan kertas koran bekas sebagai alas gorengan yang dibungkus
dengan menggunakan plastik kresek agar tidak kontak langsung dengan plastik kresek. Tujuan pedagang menggunakan kertas koran bekas ini adalah untuk menyerap
minyak yang terkandung di dalam gorengan. Untuk itu, disarankan kepada pedagang gorengan untuk mengganti kertas koran bekas dengan kemasan lain yang lebih aman
untuk mengemas gorengannya, tetapi tidak mengurangi manfaat yang dirasakan pedagang, seperti menggunakan kertas flip chart atau kertas koran yang belum ada
tulisannya, bisa juga dengan menggunakan kertas koran bekas tetapi alasi terlebih dahulu sisi atas dengan daun pisang sehingga minyak gorengan tersebut mengalir ke
koran dan terserap. Peningkatan tindakan sesudah dilakukan penyuluhan sangat jelas terlihat pada
gambar di atas. Untuk lebih jelas mengetahui tindakan pedagang gorengan sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan
No Pertanyaan
kategori Pre-test
Post-test n
n 1
Apakah anda menggunakan kertas koran bekas sebagai kemasan
gorengan, baik sebagai alas maupun pembungkus gorengan?
- Tidak - Kadang-
kadang - Sering
2 12
8 9,1
54,5 36,4
9 10
3 40,9
45,4
13,6
2 Apakah anda menggunakan daun
pisang sebagai kemasan gorengan, baik sebagai alas maupun
pembungkus gorengan? - Tidak
- Kadang-
kadang - Sering
6 10
6 27,3
45,4
27,3 2
11 9
9,1 50
40,9
3
Apakah anda melapisi kertas koran bekas dengan daun pisang saat
menyajikan gorengan maupun saat membungkus gorengan?
- Tidak - Kadang-
kadang - Sering
4 11
7 18,2
50 31,8
1 10
11 4,5
45,5 50
4 Di dalam satu hari, apakah anda
tidak pernah mengganti kertas koran bekas tersebut?
- Tidak - Kadang-
kadang - Sering
20 2
90,9 9,1
20 2
90,9 9,1
5 Selain kertas koran bekas, apakah
anda pernah menggunakan kemasan lain untuk mengemas gorengan?
- Tidak - Kadang-
kadang - Sering
10 12
45,4 54,6
7
15 31,8
68,2
6
Apakah anda pernah memperhatikan bagaimana keadaan
kertas koran bekas setelah digunakan sebagai kemasan
gorengan? - Tidak
- Kadang-
kadang - Sering
8 6
8 36,4
27,3
36,4 3
10 9
13,6 45,5
40,9
7 Apakah anda pernah menyarankan
pada orang lain teman, keluarga untuk tidak menggunakan kertas
koran bekas sebagai alas gorengan? - Tidak
- Kadang-
kadang - Sering
19 3
86,4 13,6
11 11
50 50
8
Apakah anda pernah mencari informasi tentang bahaya
penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan bagi
kesehatan? - Tidak
- Kadang-
kadang - Sering
17 5
77,3 22,7
10 8
4 45,5
36,4
18,1
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, pada umumnya tindakan pedagang gorengan untuk tidak menggunakan kertas koran
bekas sebagai kemasan gorengan masih sangat rendah. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada saat pre-test hanya 2 orang 9,1 saja yang tidak pernah menggunakan
kertas koran bekas sebagai kemasan gorengannya. Tindakan pedagang gorengan yang menggunakan daun pisang sebagai kemasan gorengannya juga sangat kurang, yaitu
hanya 6 orang 27,3 saja. Setelah dilakukan penyuluhan, tindakan pedagang mengalami peningkatan.
Adapun tindakan pedagang yang mengalami peningkatan adalah tindakan untuk tidak menggunakan kertas koran bekas lagi sebagai kemasan gorengannya, yaitu bertambah
menjadi 9 orang 40,9 sehingga dapat disimpulkan terjadi kenaikan sebesar 31,8. Selain itu, terjadi juga peningkatan pada tindakan pedagang untuk menggunakan daun
pisang sebagai kemasan gorengannya, yaitu bertambah menjadi 9 orang 40,9 sehingga dapat disimpulkan terjadi kenaikan sebesar 13,6.
Selain menggunakan kuesioner untuk mengukur perubahan tindakan pedagang, peneliti juga melakukan observasi secara langsung tindakan pedagang
tersebut tentang penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan. Adapun hasil observasi yang telah dilakukan akan disajikan pada tabel 4.7 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Hasil Observasi Tentang Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan
Menggunakan kertas koran bekas
Tidak menggunakan kertas koran bekas
N
n n
Pre-test 14
54,6 8
36,4 22
100
Post-test
10 45,4
12 3,6
22 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada saat pre-test dilakukan ada 14 pedagang yang menggunakan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan,
sedangkan pada saat post-test dilakukan ada 10 pedagang yang menggunakan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengannya. Hal ini berarti terjadi penurunan jumlah
pedagang yang menggunakan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan dan penurunan tersebut sebanyak 4 pedagang atau sebesar 18,1.
Dari hasil wawancara kepada pedagang gorengan, didapatkan hasil bahwa sebagian pedagang yang pada saat penelitian dilakukan menggunakan kertas koran
bekas, kertas pembungkus nasi, dan daun pisang sebagai kemasan gorengan mengaku tidak setiap hari menggunakan bahan-bahan tersebut sebagai kemasan gorengannya,
namun terkadang menggantinya, misalnya mengganti kertas koran bekas dengan daun pisang ataupun sebaliknya. Menurut pengakuan pedagang tersebut, hal ini disebabkan
karena ketersediaan kertas koran dan daun pisang yang tidak selalu ada. Tetapi ada juga beberapa pedagang yang pada saat penelitian dilakukan
menggunakan daun pisang dan kertas pembungkus nasi, mengaku setiap hari menggunakan bahan-bahan tersebut bahkan sudah selama tiga tahun terakhir ini.
Universitas Sumatera Utara
Alasannya adalah karena dengan menggunakan daun pisang aroma gorengan tersebut menjadi lebih wangi dan terlihat lebih bersih jika dibandingkan dengan menggunakan
kertas koran bekas. Pedagang tersebut mengaku mendapatkan daun pisang dari pasar tradisional dan tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh daun pisang.
Dapat dikatakan bahwa pedagang tersebut memiliki tingkat tindakan yang sangat baik, namun tidak dilandasi dengan pengetahuan yang baik juga sehingga
pengetahuannya tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan perlu ditingkatkan. Tindakan yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan
bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai sangat dibutuhkan oleh pedagang agar mereka mau
mengganti kertas koran bekas dengan kemasan lain seperti daun pisang sebagai kemasan gorengannya Anonim, 2008.
Selain itu, dari wawancara yang telah dilakukan dengan pedagang gorengan diperoleh juga informasi bahwa beberapa dari pedagang tersebut memiliki alat-alat
rumah tangga yang dapat digunakan sebagai kemasan gorengan, terutama alas gorengan, seperti nampan yang terbuat dari anyaman bambu dan juga nampan yang
terbuat dari aluminium. Hal ini sangat menguntungkan pedagang gorengan karena tidak perlu lagi membeli daun pisang, kertas pembungkus nasi, atau yang lainnya
untuk mengemas gorengan mereka dengan bahan yang aman. Dua minggu setelah dilakukan post-test, peneliti kembali mengobservasi tindakan pedagang gorengan
dalam penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan. Dari hasil observasi, terlihat bahwa pedagang yang berdasarkan hasil post-test mengalami
peningkatan pada tindakan dan tidak menggunakan kertas koran bekas lagi, tetap
Universitas Sumatera Utara
tidak menggunakan kertas koran bekas untuk mengemas gorengannya. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan pedagang tersebut sudah permanen.
4.8 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tindakan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di
Daerah Asrama Haji Medan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan paired sample t-test pada tabel 4.4 di atas, diperoleh rata-rata tindakan responden sebelum diberikan
penyuluhan sebesar 6,09 dan sesudah penyuluhan sebesar 9,64. Selain itu, t hitung adalah 6,073 dengan nilai probabilitas p 0,001. Oleh karena p0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan tindakan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap
tindakan pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sesudah diberikan penyuluhan.
Tabel 4.4 Perbedaan Rata-Rata Nilai Skor pre-test dan post-test Tindakan Responden Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas
Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012
Variabel Rerata Nilai
t p
Tindakan Sebelum
6,09 6,073
0,001 Sesudah
9,64
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan
Gorengan
Sebelum dilakukan penyuluhan, pengetahuan pedagang tentang bahaya penggunaan
kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan masih tergolong sedang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang gorengan, diketahui bahwa Pedagang yang
memiliki tingkat pengetahuan baik dan sedang mendapatkan informasi tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan dari media cetak,
seperti koran, tetapi pedagang yang memiliki tingkat pengetahuan kurang mengaku belum pernah melihat atau mendengar informasi tentang bahaya penggunaan kertas
koran bekas sebagai kemasan gorengan di media massa, seperti koran dan televisi sehingg mereka mengatakan bahwa penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan
gorengan itu aman. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan menyosialisasikan informasi tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan kepada
masyarakat masih sangat kurang sehingga mereka tidak memiliki informasi yang cukup tentang bahaya kertas koran sebagai kemasan gorengan.
Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode pendekatan perorangan dan leaflet terjadi peningkatan pengetahuan pada pedagang gorengan tersebut. Salah satu strategi
untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan
sehingga menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya seseorang akan berperilaku
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan.
Karakteristik pedagang yang mencakup umur dan pendidikan dapat mempengaruhi proses perubahan perilaku. Umur pedagang rata-rata masih dalam kategori usia
produktif sehingga memungkinkan mereka masih mampu untuk menangkap informasi yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan paired
sample t-test seperti tabel 4.2 menunjukkan bahwa perubahan rata-rata skor pengetahuan pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai
kemasan gorengan pre-test sebesar 9,95 dan post-test sebesar 12,86, nilai t hitung 6,322 dengan nilai probabilitas 0,001 p0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan pada rata-rata pengetahuan pada pedagang sebelum dan sesudah penyuluhan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan
dengan metode pendekatan perorangan dan leaflet terhadap pengetahuan pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sesudah
diberikan penyuluhan. Pemberian informasi dalam bentuk penyuluhan dengan metode pendekatan
perorangan dan leaflet ternyata mampu meningkatkan pengetahuan pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Candra 2009 yang membuktikan adanya pengaruh penyuluhan dengan metode pendekatan perorangan
dan media leaflet terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif. Hal ini sependapat dengan Green L.W 1980 yang menyebutkan bahwa pendekatan
edukasional dapat merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana
Universitas Sumatera Utara
intervensi yang diberikan merupakan proses pendidikan kesehatan yang bertujuan merubah perilaku yang dipengaruhi banyak faktor. Salah satu faktornya adalah
metode yang diberikan pada waktu penyuluhan seperti metode pendekatan perorangan dan pembagian leaflet. Kelebihan metode pendekatan perorangan adalah
responden akan lebih terbuka dalam menceritakan masalah yang dialaminya karena penyuluh akan berhubungan secara langsung dengan responden. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk 2006 tentang efektifitas leaflet diabetes melitus modifikasi terhadap pengendalian kadar gula darah menyimpulkan
bahwa penggunaan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan penderita DM tipe-2 yang sebelumnya memiliki pengetahuan rendah.
5.2 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Pedagang Gorengan Tentang Bahaya