Pewarna Buatan Sintetis Analisa Penggunaan Zat Pewarna Sintetis Pada Saus Cabe Yang Dipasarkan Di Pasar Sentral Dan Pasar Simpang Limun Kota Medan Tahun 2009.

Tabel 2.3. Contoh bahan pewarna alami Kelompok Warna Sumber Karamel Anthosianin Flavonoid Leucoantho sianin Tannin Batalin Quinon Xanthon Karotenoid Klorofil Heme Coklat Jingga Merah Biru Tampak kuning Tidak berwarna Tidak berwarna Kuning, merah Kuning – hitam Kuning Tanpa kuning – merah Hijau, coklat Merah, coklat Gula dipanaskan Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman hewan Tanaman Hewan Sumber : Tranggono dkk, 1989

2. Pewarna Buatan Sintetis

Zat pewarna sintetis merupakan zat pewarna buatan manusia. Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Disamping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Pewarna sintetis merupakan sumber utama pewarna komersial untuk hampir seluruh industri makanan utama. Karena sifat pewarna sintetis mendasari sifat kelarutannya dalam air, maka sangatlah mutlak diperlukan untuk mewarnai makanan yang mengandung air. Jika kelarutannya dalam air kurang sempurna, tentu saja warna yang diinginkan tidak akan tercapai dengan baik dan menarik. Secara lebih khusus lagi, pewarna sintetik masih dibagi menjadi dua macam yaitu Dyes dan Lakes. Universitas Sumatera Utara Perbedaan keduanya berdasarkan bilangan-bilangan rumus kimianya, yaitu kelompok azo, triarilmetana, quinolin dan lain–lain. Dyes adalah zat warna yang larut dalam air sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Biasanya diperjual-belikan dalam bentuk granula butiran, cairan, campuran warna dan pasta. Dyes umumnya digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, dan kue-kue produk susu, pembungkus sosis dan lain-lain. Zat warna ini stabil untuk berbagai macam penggunaan dalam bahan pangan. Dalam bentuk kering tidak memperlihatkan adanya kerusakan. Sedangkan Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari penyerapan dye pada bahan dasar. Produk-produk makanan yang kadar airnya terlalu rendah untuk dapat melarutkan dye biasanya menggunakan lakes, misalnya untuk pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat. Dibandingkan dengan dyes, maka lakes pada umumnya bersifat lebih stabil terhadap cahaya, kimia dan panas sehinga harga lakes umumnya lebih mahal daripada harga dyes. Zat pewarna yang diizinkan penggunaanya dalam makanan dikenal sebagai permitted color atau certified color. Untuk penggunaan zat warna tersebut harus menjalani tes dan prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut Yuliarti, 2007. Universitas Sumatera Utara Menurut Joint FAOWHO Expert Committee on Food Additives JECFA, zat pewarna sintetis dapat digolongkan dalam beberapa kelas berdasarkan rumus kimianya, yaitu azo, triarilmetana, quinolin, xanten, dan indigoid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.4. Kelas – Kelas Zat Pewarna Sintetis Menurut JECFA No Nama Warna 1. 2. 3. 4. 5. Azo : 1. Tatrazine 2. Sunset Yellow FCF 3. Allura Red AC 4. Ponceau 4R 5. Red 2G 6. Azorubine 7. Fast Red E 8. Amaranth 9. Brilliant Balck BN 10. Brown FK 11. Brown HT Triarilmetana : 1. Brilliant Blue FCF 2. Patent Blue V 3. Green S 4. Fast Green FCF Quinolin : 1. Quinoline Yellow Xanten : 1. Erythrosine Indigoid : 1. Indigotine Kuning Oranye Merah kekuningan Merah Merah Merah Merah Merah kebiruan Ungu Kuning cokelat Cokelat Biru Biru Biru kehijauan Hijau Kuning kehijauan Merah Biru kemerahan Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722MenkesPerIX88 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia Pewarna Nomor Indeks warna C.I.No. Batas maksimum penggunaan Amaran Biru berlian Erritrosin Hijau FCF Hijau S. Indigotin Ponceau 4R Kuning Kuinelin Kuning FCF Ribiflavina Tatrazine Amaranth: CI Food Red 9 Brilliant Blue FCF : CI Food red 2 Erthrosin : CI Food red 14 Fast green FCF : CI Food green 3 Green S : CI. Food Green 4 Indigotin : CI. Food Blue I Ponceau 4R: CI Food Red 7 Quineline yellow CI. Food yellow 13 Sunset yellow FCF CI. Food yellow 3 Riboflavina Tatrazine 16185 42090 45430 42053 44090 73015 16255 74005 15980 - 19140 Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722MenkesPerIX88 Tabel 2.6. Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia Bahan Pewarna Nomor Index Warna C.I.No. Citrus red No. 2 Ponceau 3 R Ponceau SX Rhodamine B Guinea Green B Magenta Chrysoidine Butter Yellow Sudan I Methanil Yellow Auramine Oil Oranges SS Oil Oranges XO Oil Yellow AB Oil Yellow OB Red G Food Red No. 1 Food Red No. 5 Acid Green No. 3 Basic Violet No. 14 Basic Orange no. 2 Solveent Yellow No. 2 Food yellow No.2 food Yellow No. 14 Ext. D C yellow No.1 Basic Yellow No. 2 Solveent Oranges No. 7 Solveent Oranges No. 5 Solveent Oranges No. 6 12156 16155 14700 45170 42085 42510 11270 11020 12055 13065 41000 12100 12140 11380 11390 Sumber : Peraturan Menkes RI, No. 722MenkesPerIX88 Universitas Sumatera Utara

2.6. Dampak penggunaan zat pewarna terhadap kesehatan

Penggunaan zat pewarna dalam makanan akan berdampak positif dan negatif. Dampak positif yang bisa dirasakan oleh produsen dan konsumen diantaranya adalah mengendalikan warna asli suatu produk makanan yang rusak atau pudar akibat proses pengolahan, memperbaiki warna yang kurang menarik, memberi warna yang seragam pada produk yang diolah pada waktu yang berlainan serta untuk menarik perhatian konsumen. Selain memberikan dampak positif, penggunaan zat pewarna juga dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan konsumen. Seperti penelitian yang dilakukan oleh peneliti Rusia, M.M. Andrianova, menemukan bahwa pewarna merah No 2 FD C Merah No.2 menyebabkan timbulnya kanker pada tikus. Zat warna kuning No. 5 juga dianggap dapat menggangu kesehatan, dengan menjadi penyebab resiko alergi terutama orang-orang yang peka terhadap aspirin. Di Amerika Serikat juga pernah dilaporkan kasus keracunan akibat penggunaan zat pewarna FD C Orange No.1 dan FD C Red No. 32 pada kembang gula dan popcorn dengan dosis yang terlalu tinggi. Akibat yang timbul adalah diare pada anak-anak dan efek keracunan kronik pada ternak. Sedangkan menurut lembaga pembinaan dan perlindungan konsumen LP2K, penggunaan zat pewarna pada makanan secara tidak bertanggung jawab akan mengakibatkan kemunduran kerja otak, sehingga anak–anak menjadi malas, sering pusing dan menurunnya konsentrasi belajar Sastrawijaya, 2000. Pada saat ini penggunaan pewarna sintetis sudah meluas di masyarakat tetapi ketidaktahuan masyarakat akan peraturan atau dosis penggunaan zat warna, tak Universitas Sumatera Utara jarang menimbulkan penyalahgunaan, sering dijumpai jenis pewarna non pangan, seperti Metanil Yellow, Auramin dan Rhodamin B ternyata banyak digunakn oleh masyarakat. Padahal hasil penelitian pada hewan percobaan dipastikan bahwa ketiga pewarna diatas dapat menimbulkan efek toksik karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif tersebut terjadi bila: 1 pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang, 2 bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jangka waktu yang lama, 3 kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik, 4 berbagai masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintetis secara berlebihan, 5 penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan. Adapun senyawa-senyawa daripada zat pewarna dibawa ke dalam darah melalui berbagai bentuk antara lain : 1 sebagai molekul yang tersebar bebas dan melarut di dalam plasma, 2 sebagai molekul-molekul yang tersebar terikat dengan protein dalam serum, 3 sebaagi molekul bebas dan terikat dengan eritrosit dan unsur-unsur pembentuk darah. Absorbsi zat pewarna di dalam tubuh diawali dari dalam saluran pencernaan dan sebagian dapat mengalami metabolisme oleh mikro organisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung kehati melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Di hati senyawa dimetabolisme dan atau dikonjugasi, Universitas Sumatera Utara kemudian di transportasikan ke ginjal untuk diekskresikan atau dikeluarkan bersama urine Noviana, 2005.

2.7. Peraturan Pemakaian Zat Pewarna

Mengingat penggunaan zat pewarna sudah begitu meluas dimasyarakat dan seringnya terjadi ketidaktahuan masyarakat akan dosis penggunaan zat pewarna yang dapat menyebabkan efek toksik, maka pemakaian atau penggunaan zat pewarna telah diatur di Indonesia. Peraturan tentang zat pewarna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang penggunaannya di Indonesia adalah peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 235MenkesPerV1985. Sedangkan peraturan Menteri Kesehatan No. 722MenkesPerIX1988 adalah tentang bahan tambahan makanan dan batas maksimum dari zat warna yang diizinkan.

2.8. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

1. Uji Kualitatif 2. Uji Kuantitatif

Dokumen yang terkait

Analisa Kualitatif Dan Kuantitatif Zat Pewarna Merah Pada Saus Tomat Dan Saus Cabe Yang Dipasarkan Di Pasar Lambaro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2005

3 44 68

Identifikasi Zat Pewarna Sintetis Pada Saus Cabe Naga Dengan Metode Kromatografi Kertas

66 435 42

Analisa Penggunaan Zat Pewarna Buatan Pada Sirup Yang Dijual Di Pasar Tradisional Aksara Kota Medan Tahun 2010

0 56 72

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

20 109 117

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 1

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 9

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 1 23

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 1 4

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 25