Fauna Orangutan KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.7. Flora

Kawasan Gunung Leuser diperkirakan memiliki 3.000 sd 4.000 jenis tumbuhan, terutama di hutan-hutan dataran rendah di bawah 300 m dpl, diantaranya terdiri dari jenis kayu komersial, pohon buah-buahan, rotan 74 jenis, palm, jenis tanaman obat, dan bumbu-bumbuan. Kayu komersial dari famili Dipterocarpaceae terdapat 95 jenis, antara lain meranti Shorea,Sp, keruing Dipterocarpus indicus, dan pohon kapur Dryoballanops aromatica. Pohon buah-buahan antara lain jeruk hutan Citras macroptera, durian hutan Durio exeleyanus dan D. zibethinus, menteng Baccaurea montheyana dan B. racemosa, dukuh Lansium domesticum, mangga Mangifera foetida dan M. guadrifolia, rukem Flacourtia rukem, dan rambutan Nephelium lappaceum. Jenis lainnya, antara lain rotan 74 jenis dan merupakan plasma nutfah penting bagi kawasan ini, daun sang Johannesteijsmania altifrons yang merupakan jenis yang hanya terdapat di daerah Langkat, tanaman obat-obatan seperti kemenyan Styrax benzoin dan kayu manis Cinnamomun burmanii, beberapa jenis bunga raflesia Rafflessia cropylosa, R. atjehensis, R. hassetii, dan Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter, serta berbagai tumbuhan pencekik misalnya araberingin Ficus benzamina..

4.8. Fauna

Fauna di Taman Nasional Gunung Leuser terdapat 34 ordo, 144 famili dan 717 jenis dan 89 jenis di antaranya termasuk jenis satwa langka dan tidak terdapat di taman nasional lain. Beberapa satwa yang hidup di taman nasional ini, yaitu 1 mamalia, antara lain orangutan Pongo pygmaeus, serudung Hylobates lar, kedih Presbytis Universitas Sumatera Utara thomasi, siamang Hylobates sindactylus, musang congkok Prionodon linsang, kukang Nycticebus coucang, kucing emas Felis temmincki, pulusuan Arctonyx collaris, bajing terbang Lariscus insignis, harimau sumatera Panthera tigris sumatrae, ajak Cuon alpinus, harimau dahan Neofelis nebulosa, beruang madu Helarctos malayanus, gajah sumatera Elephas maximus, rusa Cervus unicolor, kijang Muntiacus muntjak, badak sumatera Dicerorhinus sumatrensis, kambing hutan Capricornis sumatraensis, tapir Tapirus indicus; 2 burung, antara lain kuntul kerbau Bubulcus ibis, kuntul Egretta sp., itik liar Cairina sp., rajawali kerdil Microhierax spp., rangkong Buceros bicornis, julang ekor abu-abu Annorhinus gaeleritus, julang emas Rhiticeros undulatus, kangkareng Anthracoceros convextus, dan beo nias Gracula religiosa; dan 3 reptil, antara lain buaya muara Crocodilus porosus, penyu belimbing Dermochelys sp., kura-kura gading Orlitia borneensis, dan senyulong Tomistoma sp.. Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 4 spesies fauna kunci, yaitu:

a. Orangutan

Sebaran orang utan di Sumatera bagian utara, menurut YLI dan SCOCP 2005 terdapat di 7 wilayah, yaitu West-Leuser West-Middle Aceh Block dengan populasi 2.611; Trumon-Singkil 1.500; East Leuser East-Middle Aceh Block 1.389; Nort-West Aceh North-East Aceh 834; West Batang Toru 400; Tripa Swamp 280; East Sarulla 150; dan Sidiangkat 134. Sebaran populasi orangutan tersebut tersaji dalam peta sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil Survey YEL-Unesco, 2009 Gambar 4. Peta Sebaran Populasi Orangutan Sumatera di Kabupaten Langkat b. Badak Sumatera Dicerorhinus Sumatrensis Badak sumatera beradaptasi dengan baik untuk hidupnya di kawasan hutan pegunungan yang padat. Catatan sejarah menyatakan bahwa keberadaan Badak sumatera ini terdapat di hampir seluruh wilayah-wilayah terpencil di Sumatera, dan TN.Gunung Leuser merupakan tempat dengan dokumentasi yang baik Van Strien in Jatna et al., 1996. Dijelaskan bahwa di masa lalu, Badak sumatera dapat dijumpai di hampir seluruh penjuru taman nasional, di lembah-lembah maupun di pegunungan, Universitas Sumatera Utara sepanjang pantai barat, dan daratan rendah di Langkat dan Deli. Perburuan badak merupakan profesi tua di Aceh, dan di beberapa desa dikenal sebagai desa pemburu badak yang terkenal. Ketika survei pertama kali dilakukan di Gunung Leuser pada tahun 1930an, badak sudah menjadi langka di wilayah utara Gunung Leuser di dekat Blangkejeren, yang dikenal sebagai pusat pemburu badak. Kecenderungan akan penurunan populasi badak ini terus berlanjut, dan ketika proyek penelitian badak dari seorang ahli zoology Swiss-Marcus Borner lalu dilanjutkan oleh Nico van Strein pada awal 1970an, badak telah menghilang dari seluruh batas taman nasional. Hanya terdapat satu wilayah di pusat taman nasional yang dapat dicapai melalui udara atau mengikuti jalur jelajah gajah memotong kawasan bergunung-gunung di Lembah Mamas. Nico van Strein melakukan penelitian badak di wilayah ini pada tahun 1975. Dalam jangka waktu studi 358 hari di Lembah Mamas, 4.000 km jalan patroli telah dilalui dan lebih dari 600 casts telah dibuat pada 360 jalur jelajah badak. Disimpulkan telah ditemukan tidak kurang dari 39 individu badak, 12 individu diantaranya adalah anak badak yang lahir pada masa studi. Di lembah Mamas juga diprediksi bahwa kepadatan individu diperkirakan 1 badak800 hektar, dan ini adalah jumlah yang maksimum yang dapat didukung oleh kondisi di Gunung Leuser, dan sangat mungkin merupakan ukuran untuk badak pegunungan di seluruh Sumatera. Sedangkan daerah jelajah badak jantan dapat mencapai areal hutan seluas 2.500-3.000 hektar, sedangkan badak betina pada luasan 1.000-1.500 hektar, yang umumnya berpusat pada tempat mengasin saltlick area. Universitas Sumatera Utara

c. Harimau