Respon cemas anak yang dirawat di rumah sakit Respon cemas anak terhadap pemasangan intravena

Lanjutan Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan Panik +4 Tingkah laku fisiologi berlanjut. Tidak dapat melakukan gerakan sederhana, gerogi, agitasimotorik memukul- mukul. Verbal atau fisikal berhenti, menghindar dan berusaha melawan dari situasi. Penurunan neurotransmitter simpatik, hipotensi, merasa pusing, pingsan, menguap, tampak pucat, letih. Ekspresi wajah terkejut, mata cembung, terpaku, meringis, mulut ternganga, menutup muka, suara kuat. Tidak tahan terhadap stimulus luar. Sentuhangerakan tidak teratur, tidak berhubungan. Proses logika dihambat. Tidak mampu memecahkan masalah, tidak tahan terhadap proses stimulus baru verbal, pendengaran, penglihatan. Asyik pada pikiran negatif sehingga mudah terkejut, akibat negatif kecemasan timbul. Emosional tersalurkan, mudah percaya, lebih primitif. Perilaku koping menangis, berteriak, melekuk di tempat tidur merajuk, merasa tidak berdaya, butuh pertolongan, merasa nyeri yang mendalam, putus asa, hilang harapan, seperti mengalami kengerianngeri, tidak berdaya. Dilampiaskan dengan kemarahan. Sumber: Mental health – psychiatric Nursing Rawlins Williams, 1993

2.3 Respon cemas anak yang dirawat di rumah sakit

Cemas karena perpisahan sebagian besar terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai anak di periode anak usia sekolah. Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam tiga tahap yaitu : 1 Tahap protes, tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit, dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif seperti menendang, menggigit, mencubit, membuat orang tua tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. Universitas Sumatera Utara 2 Tahap putus asa, anak tampak tegang, tangisannya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi. 3 Tahap adaptasi, secara samar-samar anak sudah menerima perpisahan mulai tertarik dengan apa yang ada disekitarnya dan dapat membina hubungan dangkal dengan orang lain. Fase ini terjadi biasanya setelah berpisah dari orang tua. Kehilangan kendali dapat terlihat jelas dalam perilaku anak dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit anak akan kehilangan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya, hal ini akan menimbulkan regresi sehingga anak bereaksi terhadap ketergantungan dan negativis. Anak akan menjadi cepat marah dan agresif jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu yang lama maka anak akan kehilangan otonominya pada akhirnya menarik diri dari hubungan interpersonal. Anak juga akan bereaksi dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, mengigit bibir, menendang, memukul, atau berlari keluar jika terdapat luka pada tubuh dan rasa nyeri. Nursalam, 2005.

2.4 Respon cemas anak terhadap pemasangan intravena

Reaksi individu terhadap cemas sangat bervariasi, namun dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis Kozier, dkk, 1989, dalam Keliat, 1999. Di tingkat psikologis reaksi yang ditunjukkan anak saat dilakukan tindakan Universitas Sumatera Utara 1invasif seperti pemasangan intravena sangat bermacam-macam, ada yang bertindak agresif yaitu sebagai pertahanan diri, bertindak dengan mengekspresikan secara verbal yaitu dengan mengeluarkan kata-kata penolakan, membentak dan sebagainya, serta dapat bersikap dependen yaitu menutup diri, tidak kooperatif Alifatin, 2001. Di tingkat fisiologis, tubuh secara otomatis mempersiapkan diri untuk menangani keadaan cemas. Fungsi otak menurun, kelelahan, denyut jantung cepat, tekanan darah dan kecepatan pernafasan meningkat dan otot-otot semakin tegang bisa timbul Agoes dkk, 2003.

2.5 Faktor yang mempengaruhi respon cemas anak terhadap