2.2 Respon Cemas Anak terhadap Pemasangan Intravena
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden anak yang mendapat terapi pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan didapat 18 orang
56,3 berada pada tingkat respon cemas ringan, 12 orang 37,5 pada tingkat respon cemas sedang, dan 2 orang 6,3 berada pada tingkat respon cemas berat.
Hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian Mediani dkk 2005 yang menyatakan bahwa pasien anak usia sekolah yang mendapat terapi pemasangan infus
mengalami kecemasan. Hal ini terlihat dengan adanya perubahan respon fisiologis seperti peningkatan denyut nadi dan respon perilaku seperti menangis yang
menjadi indikator respon cemas pada anak. Kecemasan yang dialami anak pada saat pemasangan intravena erat
kaitannya dengan nyeri. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktifitas perilaku anak selama prosedur tindakan pemasangan intravena menunjukkan
bahwa anak usia sekolah mengalami nyeri. Pengalaman nyeri bukan hanya sensori belaka, tetapi juga berkaitan erat dengan motivasi dan afektif seseorang. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian Jay, Elliot dan Varni 1986 dan Cleve dkk 1997 bahwasanya stress anak terhadap prosedur tindakan tertentu ditentukan oleh
tingkatan usia mereka. Mediani dkk 2005 meneliti respon nyeri infant dan anak yang mengalami hospitalisasi saat pemasangan infus di RSUD Sumedang juga
mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan respon perilaku anak terhadap pemasangan infus. Khusus untuk anak usia sekolah respon yang mengindikasikan
kecemasan terlihat dari perubahan perilaku menangis, verbal anak, dan batang tubuh sesudah pemasangan infus yang signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Dilaporkan dalam hasil penelitian ini bahwa tingkat respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena berada pada tingkat ringan. Hal ini
dimungkinkan oleh jumlah responden anak yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah responden perempuan. Dimana tingkat
kecemasan laki-laki jauh lebih rendah dari perempuan. Asumsi ini didukung oleh hasil penelitian Trismiati 2004 yang menyatakan bahwa wanita secara umum
lebih pencemas daripada pria Maccoby dan Jacklin, 1974. Demikian pula dengan hasil penelitian dalam Leary, 1982 yang menyatakan bahwa wanita
memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran ketakutan dalam situasi sosial dibanding pria, serta penelitian Myers 1983, Power dalam Myers, 1983,
penelitian James dan Cattel dalam Myers 1983 yang menunjukkan bahwa secara umum wanita lebih tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan pria.
Komunikasi dari dokter dan perawat yang menginformasikan tentang prosedur pemasangan intravena tentu mampu memberikan efek positif terhadap
penurunan respon cemas pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Fyfe 1999 yang menjelaskan bahwa tindakan perawat dapat membantu mengurangi atau
menurunkan kecemasan pasien dengan menentramkan perasaan pasien. Faktor yang mampu mempengaruhi kecemasan anak saat pemasangan
intravena juga ditemukan pada penelitian ini. Diketahui bahwa ada responden anak yang berada pada tingkat kecemasan berat saat pemasangan intravena. Potter
Perry 2001 menyatakan bahwa tingginya kecemasan seseorang individu dimungkinkan oleh kondisi sakit, hospitalisasi, ketidaktahuan tentang
pemeriksaan dan prosedur tindakan pembedahan, ketakutan terhadap anastesi,
Universitas Sumatera Utara
takut terhadap nyeri, deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dan kematian.
2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena