2.2 Tingkat Kecemasan
Kecemasan dapat dibedakan menjadi kecemasan ringan, sedang, berat, dan panik. Gejala-gejala yang ditimbulkan berbeda pada setiap tingkat kecemasan
tersebut. Karena kecemasan mempengaruhi setiap dimensi kehidupan seseorang maka tanda-tanda kecemasan seseorang dapat dilihat dari segi fisik terutama
sistem muskuloskletal, kardiovaskular dan gastrointestinal, intelektual dan sosial emosional. Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut sesuai
dengan tingkat kecemasan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan Tingkat
Kecemasan Tanda fisik
Intelektual Sosial dan
Emosional
Kecemasan ringan +1
Rangsangan sistem
simpatik pada tingkat rendah, ketegangan otot
skeletal mulai ringan sampai moderat, tubuh
relaksasi pergerakan lambat dan mempunyai
arti. Kontak mata dipertahankan, suara
tenang dan intonasi baik. Lapangan perseptual
terbuka, mampu merubah
fokus perhatian, sadar akan
lingkungan luar, berpikir positif pada
dirinya, perhatian rendah terhadap
sesuatu yang tak terduga atau hal
negatif. Tingkah laku spontan.
Perasaan positif dan nyaman, percaya diri
dan puas. Aktivitas menyendiri.
Kecemasan sedang +2
Sistem saraf simpatik aktif: tekanan darah meningkat,
denyut jantung meningkat, pernafasan meningkat,
pupil dilatasi. Peningkatan ketegangan otot bersamaan
dengan penekanan penginderaan, dan gerakan
tidak menentu. Suara menunjukkan kesan
perhatian dan ketertarikan masalah yang terjadi.
Kecepatan bicara meningkat, nada suara
meningkat, dan kewaspadaan meningkat.
Persepsi sempit, fokus perhatian khusus pada
stimulus eksternal atau internal.
Berusaha menyadari proses informasi.
Pikiran terpusat pada diri sendiri, perhatian
tentang kemampuan diri sendiri, berusaha
untuk mendapatkan sumber-sumber
penting untuk pemecahan masalah.
Hasil positif pemecahan masalah
belum tentu dicapai. Meningkatkan
kemampuan dalam belajar menganalisa
masalah, pengaturan kognitif dan gerakan,
merasa ada tantangan dalam menyelesaikan
dilemamasalah. Rasa percaya diselingi rasa
takut. Harga diri rendah dan
kemungkinan tidak mampu. Perilaku lari
flight dari masalah dimanifestasikan
dengan menarik diri, mengingkari dan
depresi.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan
Kecemasan berat +3
Respon berjuang atau lari dari masalah. Sistem saraf
simpatis dihambat secara umum. Rangsangan pada
medulla adrenal ditandai dengan peningkatan
katekolamin, denyut jantung cepat, palpitasi,
glukosa darah meningkat, aliran darah ke sistem
pencernaan menurun, aliran darah ke otot rangka
meningkat, penegangan otot berlebihan, kaku,
hiperventilasi, reaksi fisik meningkat, agitasi, gerakan
tidak menentu, meremas tangan, resah, gemetar,
terpaku tidak bergerak. Nafsu makan hilang, mual.
Efek verbal: gagap, cepat, nada suara meningkat,
berbicara putus-putus, ragu-ragu. Ekspresi wajah:
kontak mata sedikit, gerakan mata ratamenatap,
menggertakkan gigi, rahang kaku.
Kapasitas persepsi sangat sempit,
perhatian yang berlebihan pada satu
stimulus, penyelesaian masalah
tidak efektifsulit tidak
peduli pada ancaman, mengingkari masalah,
disorientasi waktu dan tempat. Kemungkinan
berpikir secara negatif, aktualisasi
diri rendah. Ancaman pada diri
meningkat, mengalami disosiasi.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan
Panik +4 Tingkah laku fisiologi
berlanjut. Tidak dapat melakukan gerakan
sederhana, gerogi, agitasimotorik memukul-
mukul. Verbal atau fisikal berhenti, menghindar dan
berusaha melawan dari situasi. Penurunan
neurotransmitter simpatik, hipotensi, merasa pusing,
pingsan, menguap, tampak pucat, letih. Ekspresi wajah
terkejut, mata cembung, terpaku, meringis, mulut
ternganga, menutup muka, suara kuat.
Tidak tahan terhadap stimulus luar.
Sentuhangerakan tidak teratur, tidak
berhubungan. Proses logika dihambat.
Tidak mampu memecahkan masalah,
tidak tahan terhadap proses stimulus baru
verbal, pendengaran, penglihatan. Asyik
pada pikiran negatif sehingga mudah
terkejut, akibat negatif kecemasan timbul.
Emosional tersalurkan, mudah
percaya, lebih primitif. Perilaku
koping menangis, berteriak, melekuk di
tempat tidur merajuk, merasa
tidak berdaya, butuh pertolongan, merasa
nyeri yang mendalam, putus asa, hilang
harapan, seperti mengalami
kengerianngeri, tidak berdaya.
Dilampiaskan dengan kemarahan.
Sumber: Mental health – psychiatric Nursing Rawlins Williams, 1993
2.3 Respon cemas anak yang dirawat di rumah sakit