35 49,3. Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik menunjukkan variabel pengetahuan
berpengaruh p0,05 terhadap kesiapsiagaan bencana.Mengacu kepada hasil uji secara statistik dapat dijelaskan bahwa semakin
tinggi pengetahuan bencana longsor yang dihadapi anggota keluarga maka pengetahuan semakin meningkat pada daerah rawan longsor. Pengetahuan anggota
keluarga yang rendah terutama pada aspek tindakan yang harus dilakukan untuk mengantisipasi bencana, keluarga tidak mengetahui keharusan untuk membuat
keputusan mengenai tempat evakuasi dalam keadaan darurat , sehingga pada saat terjadi longsor keluarga merasa kebingungan untuk menentukan tempat mengungsi.
Keluarga juga tidak mengetahui perlunya memiliki peralatan-peralatan dalam mengantisipasi longsor,banyak keluarga yang tidak menyimpan kotak P3K. Hal ini
terjadi karena selama ini informasi tentang pengetahuan ini memang masih terbatas,
5.3. Pengaruh Sikap terhadap Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko Bencana Tsunami
Menurut Wahid 2007, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan
kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan
kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya. Cardno dalam Notoatmodjo 2003, membatasi sikap sebagai hal yang
memerlukan predisposisi yang nyata dan variabel disposisi lain untuk memberi
81
Universitas Sumatera Utara
respons terhadap objek sosial dalam interaksi dengan situasi dan mengarahkan serta memimpin individu dalam bertingkah laku secara terbuka.
Newcomb dalam Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa sikap merupakan kesediaan dan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu, akan tetapi sebagai salah satu predisposisi tindakan untuk perilaku. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional. Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan
persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sikap diartikan sebagai kesiapsiagaan mental, yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman , dan mempunyai pengaruh
tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, objek, dan situasi yang berhubungan dengannya Gibson, 1998. Sikap selalu berkaitan dengan komponen
emosional, komponen kognitif persepsi, pendapat, keyakinan dan perilaku. Menurut Sukidjo 2012 sikap adalah keadaan mental dan saraf dan kesiapan yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap merupakan
penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek. Setelah orang mengetahui stimulus atau obyek proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau
obyek tersebut. Hasil peneitian tentang variabel sikap responden terhadap kesiapsiagaan rumah
tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami lebih banyak responden bersikap positif dan siap sebanyak 37 orang 73,7. Hasil analisis statistik dengan
82
Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Test diperoleh bahwa nilai probabilitas p-value adalah p 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kemaknaan 95 terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap dengan kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.
Sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi sikap kepala keluarga, maka akan semakin baik pula kesiapsiagaannya dalam menghadapi resiko bencana tsunami.
Hal ini sejalan dengan penelitiann Yossi 2008 mengenai Respon Penduduk Kawasan Pantai Terhadap Ancaman Tsunami Studi: Kelurahan Ulak Karang
Selatan, Kota Padang. Dari hasil penelitian, dititahui bahwa pengetahuan informan tentang tsunami pada umumnya didapatkan melalui media massa. Terdapat perbedaan
respon antara penduduk di bagian barat Kelurahan Ulak Karang Selatan dengan penduduk yang di bagian timur. Penduduk di bagian timur mempunyai respon lebih
besar dibandingkan dengan penduduk di bagian barat. Hal ini karena penduduk yang tinggal di bagian barat Kelurahan Ulak Karang Selatan adalah penduduk asli pantai
Padang, sehingga relatif terbiasa dengan pasang surut pantai dan ombak besar seperti abrasi pantai. Dalam penelitian ini juga dibahas bagaimana hubungan sosial
penduduk dan juga peran keluarga luas dengan adanya gempa dan ancaman tsunami ini Penduduk berusaha memperbaiki hubungan sosial mereka dengan orang lain.
Umumnya penduduk tidak terlalu terpengaruh dengan adanya isu tsunami di Kota Padang. Hanya sebagian kecil dari penduduk Kelurahan Ulak Karang Selatan yang
pindah rumah akibat isu tsunami, karena ada anggota keluarga mereka yang sakit. Lain halnya dengan tindakan penduduk terhadap anqlman tsunami. Penduduk
83
Universitas Sumatera Utara
dibagian barat tidak langsung mengungsi setelah terjadi gempa mereka terlebih dahulu melihat ke pantai. Mereka tetap di rumah jika air laut tidak surut. Sedangkan
penduduk yang tinggal di bagian timur langsung mengevakuasikan diri ke tempat yang lebih aman setelah gempa. Selain pengetahuan dan tindakan penduduk juga
dibahas tentang penilaian penduduk terhadap tindakan pemerintah dalam penanggulangan bencana. Pemko Padang telah melakukan upaya-upaya pencegahan,
mitigasi seperti edukasi masyarakat, pembuatan Perda Penggulangan Bencana simulasi tsunami dan lain sebagainya.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Yazid 2012 Hubungan Tingkat Kesiapsiagaan Keluarga Menghadapi Prediksi Gempa dan Tsunami dengan Tingkat
Kecemasan Kepala Keluarga di Kelurahan Belakang Tangsi Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2012
Hasil penelitian ini searah dengan penelitian Irfan 2013, meneliti tentang pengaruh penyuluhan tentang kesiapsiagaan bencana banjir terhadap pengetahuan dan
sikap kepala keluarga di desa Romang Tangaya Keurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden
. Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil sebanyak 57 keluarga tidak siap, dan 48,8 kepala keluarga mengalami kecemasan ringan.
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat kesiapsiagaan dengan tingkat kecemasan p= 0,002. Dari hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui sosialisasi dan
pelatihansimulasi secara berkelanjutan
84
Universitas Sumatera Utara
sebelum penyuluhan dalam sebagian besar dikategorikan kurang 54,1 sedangkan setelah penyuluhan kesehatan mayoritas sudah memiliki sikap yang baik 83,8
dengan tingkat kemaknaan nilai p0,05 yaitu p=0,000,artinya secara statistik terlihat ada pengaruh penyuluhan tentang kesiapsiaagaan banjir terhadap sikap kepala
keluarga dalam menghadapi banjir di desa Romang Tangaya. Selain itu, secara statistik setelah diberikan penyuluhan kepala keluarga lebih siap 83,8
dibandingkan sebelum diberikan penyuluhan yakni mayoritas kepala keluarga menyatakan tidak siap menghadapi banjir 54,1.
85
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN