Sikap pada fase kesiapsiagaan preparedness, berbentuk adanya perilaku yang berlebihan pada masyarakat karena minimnya informasi mengenai cara
mencegah dan memodifikasi bahaya akibat bencana jika terjadi. Berita yang berisi hebatnya akibat bencana tanpa materi pendidikan seringkali membuat masyarakat
menjadi gelisah dan memunculkan tindakan yang tidak realistis terhadap suatu isu. Menumbuhkan suatu sikap dan pengetahuan dalam menghadapi bencana ini semakin
menjadi bagian penting khususnya di negara yang seringkali dilanda bencana seperti Indonesia Priyanto, 2006.
2.5.3. Pendidikan
Menurut Undang-Undang l No. 23 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan yang tinggi kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap
bagaimana mengatur kehidupan anggota keluarganya dimana kepala kelurga sebagai kunci key person pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Semakin tinggi
pendidikan kepala keluarga maka semakin besar juga tingkat kepeduliannya dan mengantisipasi ancaman yang datang terhadap keluarganya.
Usaha meningkatkan kesadaran adanya kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana, di dunia pendidikan harus dilaksakanakan baik pada taraf penentu kebijakan
Universitas Sumatera Utara
maupun pelaksana pendidikan di pusat dan daerah. Dengan harapan pada seluruh tingkatan memiliki pemahaman yang sama akan perlunya pendidikan kesiapsiagaan
bencana tersebut.
2.5.4. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isterIdan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya UU RI
No.10 Tahun 1992
Menurut Mattessich dan Hill Zeitlin 1995 dalam Puspitawati 2012, keluarga merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau
hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi
dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas keluarga
Fungsi perlindungan keluarga menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992 adalah memenuhi kebutuhan akan rasa aman diantara anggota keluarga bebas dari
rasa tidak aman yang tumbuh dari dalam maupun dari luar keluarga, membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan
tantangan yang datang dari dalam maupun luar, serta membina, menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana merupakan salah satu wujud perlindungan keluarga terhadap ancaman dan tantangan yang datang dari luar bagi anggota
keluarga.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Landasan Teori