Bahan Pelaksanaan Pekerjaan Ruang Lingkup pekerjaan Bahan Pelaksanaan Pekerjaan

SYARAT KHUSUS SKh- 11 1. Pelaksanaan pekerjaan pondasi plat baru boleh dilaksanakan setelah kedalaman dan lebar galian untuk pondasi sesuai dengan gambar rencana dan telah mendapat persetujuan Direksi 2. Pelaksanaan pekerjaan pondasi plat baru boleh mulai dilaksanakan setelah kedalaman dan lebar galian untuk pondasi sesuai dengan gambar rencana dan telah mendapat persetujuan Direksi. 3. Pelaksanaan pekerjaan ini dimulai dengan pengurugan pasir setebal 5 cm kemudian diatasnya di cor betonlantai kerja dengan campuran 1 PC : 3 PS : 5 KR, selanjutnya dilakukan pengecoran dengan campuran K-225 untuk pondasi setelah besi tulangan dan bekistingnya terpasang dan mendapat persetujuan Direksi Lapisan Urugan Pasir urugan pasir harus dikerjakan lapis demi lapis dengan diairi secukupnya sampai mencapai ketebalan minimal 5 cm padat atau sesuai yang tertera dalam gambar rencana. Pasal 6 PEKERJAAN BETON NON - STRUKTURAL

6.1. Ruang Lingkup pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang berkualitas. 2. Pekerjaan beton non-struktural hanya mencakup pekerjaan konstruksi yang bukan bagian dari struktur utama dari bangunan, diantaranya : - Cor lantai kerja pada pekerjaan bawah pondasi batu kali, plat setempat, ground reservoir dan bawah lantai. - Pekerjaan kolom praktis balok lantai, ring balok praktis. Pencoran beton dengan mutu K-175.

6.2. Bahan

- Campuran beton 1:3:5 - Adukan beton mutu K-175 - Besi beton dengan dimensi sesuai gambar

6.3. Pelaksanaan Pekerjaan

SYARAT KHUSUS SKh- 12 1. Lantai kerja dicor dengan adukan campuran 1 PC : 3 PS : 5 KR , tebalnya sesuai gambar detail 2. Sebelum pengecoran beton tan bertulang beton tumbuk dilaksanakan, permukaan dibawah lapisan beton tumbuk harus dipadatkan, diratakan dan dibersihkan dari segala kotoran. 3. pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga membentuk lapisan beton padat, rata, sama tebalnya dengan ketetuan gambar rencana. 4. Pekerjaan beton pada kolom praktis 1515, sloof praktis 1515 dan ring Balok praktis 1515 harus dilakukan sesuai syarat pelaksanaan pekerjaan beton bertulang. Pasal 7 PEKERJAAN BETON STRUKTURAL

7.1. Ruang Lingkup pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi standar keamanan yang telah ditetapkan. 2. Pekerjaan beton struktural hanya mencakup pekerjaan konstruksi yang merupakan bagian dari struktur utama dari bangunan, diantaranya : - Pembersihan lokasi yang akan dicor - Penulangan besi beton - Pemasangan bekisting dan stootwerk - Pencoran beton dengan mutu yang telah ditentukan - Pengujian mutu beton yang dipakai - Pemasangan clamp beton precast

7.2. Bahan

- Campuran beton mutu K-225 - Besi beton mutu U-24 dan U-39 sesuai gambar

7.3. Pelaksanaan Pekerjaan

Beton 1. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan keadukan, kecuali bila diminta adanya perubahan dalam komposisi SYARAT KHUSUS SKh- 13 maupun konsistensi. Semua agregat, semen, air, beratnya harus ditakar dengan seksama. Sebagai pedoman, pemborong harus tetap berpegang pada mutu beton K-225 yang dihasilkan dari Ready Mix atau sesuai dengan petunjuk Direksi. 2. pengujian. Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab IV.7 termasuk pengujian-pengujian susut slump dan pengujian- pengujian tekanan. Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat slump, maka bagiankelompok adukan tersebut tidak boleh dipakai. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan prosedur- prosedur dalam PBI 1971. 3. Selimut beton. Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya tidak termasuk plesteran, adalah sebagai berikut: a. Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan tanah sama dengan 3 cm. b. Kolom dan ring balok sama dengan 2.5 cm Pembesian 1. Sebelum beton di cor, tulang besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat lepas atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak dapat berubah atau bergeser pada waktu adukan ditumbuk-tumbuk atau dipadatkan. 2. dimensi tulangan besi beton harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam gambar. Besi dengan diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm dipergunakan mutu besi U-24 dan besi dengan diameter lebih besar dari atau sama dengan 13 dipergunakan mutu U-39. Jika besi beton tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas maka pemborong harus menggantinya sesuai dengan persyaratan. Bekisting 1. Bekisting harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran yang merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair atau sudah padat. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah penumbukan-penumbukan untuk memedatkan SYARAT KHUSUS SKh- 14 pengecoran tanpa merusak konstuksi. Semua ukuran bekisting harus tepat sesuai dengan gambar. 2. Steger cetakan dari kayu dolken atau kaso dan tidak diperkenankan memakai bambu. Apabila memungkinkan akan lebih baik dengan menggunakan steiger modul dari besialumunium scafolding Pengecoran 1. Pemberitahuan Tentang pelaksanaan pengecoran. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari pekerjaan, Kontraktor harus memberitahu DireksiPengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh DireksiPengawas Lapangan, maka kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan membongkar beton yang dicor, dengan biaya sendiri 2. Pengangkutan Beton. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutannya ke tempat posisi terakhir sependekmungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya. 3. Pengecoran. Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan DireksiPengawas Lapangan. a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakanbekisting, baja tulangan beton, penyokong dan pengikatan serta permukaan- permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus bersih dari air yang menggenang. b. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dilanjutkan pengecoran beton baru, permukaan beton tersebut harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada sambungan pengecoran ini bisa dipakai perekat beton yang telah disetujui oleh DireksiPengawas Lapangan. c. Perawatan. Untuk melindungi beton yang baru dicordari cahaya matahari, angin dan hujan, sampai beton itu mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan yang terlalu cepat, dilakukan SYARAT KHUSUS SKh- 15 penyiraman terus menerus minimal selama 14 hari atau sesuai dengan persetujuan Direksi Pengawas Lapangan. 4. Pembongkaran cetakan. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai 1 kekuatan khusus yang cukup untuk memikul 2 kali bebat sendiri. Beton yang masih muda umumnya tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuang, permukaan beton harus diperiksa dengan hati-hati dan permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui DireksiPengawas lapangan. 5. Perubahan Konstruksi beton. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Direksi mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat sebagai berikut: a. Konstruksi beton yang keropos b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk atau profil yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan yang ditunjukan dalam gambar 6. Pengambilan contoh sampling. Setiap hari pengecoran harus diambil contoh uji sampling paling sedikit 3 buah kubus percobaan yang waktu pengambilannya sepenuhnya ditentukan oleh DireksiPengawas Lapangan. 7. Pengetesan Kubus percobaan tersebut hanya boleh dilakukan di Lembaga-Lembaga Penelitian Bahan Bangunan resmi yang disetujui oleh Direksi Pengawas Lapangan. PASAL 8 PEKERJAAN PASANGAN BATA 8.1 Persyaratan Umum. 8.1.1. Penyediaan bahan untuk pasangan bata. 8.1.2. Penyedian tempat yang akan didirikan dinding bata. 8.1.3. Melaksanakan pekerjaan pasangan bata untuk pembuatan dinding atau lainnya, satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan potongan. 8.2 Persyaratan. SYARAT KHUSUS SKh- 16 8.2.1. Dinding pasangan bata merah 12 bata dibuat dengan adukan 1 pc : 4 psr. 8.2.2. Dinding pasangan bata merah sampai ketinggian 30 cm diatas lantai, dan didaerah basah dinding kamar mandi, WC setinggi 100 cm diatas lantai, dipergunakan adukan trasraam 1 pc : 2 psr. 8.2.3. Dinding harus dipasang tegak lurus dan rata, setiap pasangan tidak boleh lebih tinggi dari 1.00 m, dan baru bisa dilanjutkan setelah betul- betul mengeras. 8.2.4. Adukan antara pasangan bata yang menonjol harus segera dikerok sedalam 1 cm sehingga terdapat alur yang rapih, sebelum pekerjaan plesteran dimulai. 8.2.5. Bata patah kurang dari setengah panjang tidak boleh dipergunakan. 8.2.6. Bata terlebih dahulu harus direndam hingga jenuh air sebelum dipasang. 8.2.7. Pada dinding 12 bata, ditempat-tempat tertentu sesuai dengan gambar kerja dan perhitungan beton, diberi kolom pengkaku ukuran 10x10 dengan adukan beton 1 pc : 2 psr. : 3 krl. Bila dalam gambar kerja tidak dinyatakan kolom pengkaku yang meliputi jarak seluas 12 m2, Pemborong wajib memasangnya dan minta persetujuan Direksi Pekerjaan. 8.2.8. Dinding tembok harus dibasahi terus menerus selama paling sedikit 7 tujuh hari setelah didirikan dan pada pemasangan dinding yang kena udara terbuka. Selama waktu-waktu hujan lebat harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas tembok dengan sesuatu dengan penutup yang ringan untuk perlindungan. 8.3 Material. SYARAT KHUSUS SKh- 17 8.3.1 Bata Merah. Bata merah terbuat dari tanah liat kualitas baik dan terpilih dengan pembakaran yang sempurna serta memenuhi syarat-syarat dalam NI 101964 Normalisasi Bata Merah Indonesia. Ukuran Nominal bata adalah 5 x 11 x 22 cm, bersudut runcing dan rata tanpa cacat atau mengandung kotoran. Bata yang cacat atau yang pecah kurang dari 50 ukuran asal tidak diperkenankan untuk dipakai. Sesuai dengan pasal 81 dari AV 1941, minimum daya tekan ultimite harus 80 kgcm2. 8.3.2. Semen Semen untuk pekerjaan adukan sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan beton. 8.3.3. Pasir. Pasir pasang untuk pekerjaan adukan digunakan pasir beton. 8.3.4. Air. Air yang digunakan untuk adukan sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan beton. 8.4 Persyaratan Pelaksanaan. 8.4.1. Kontraktor wajib melaksanakan pengukuran uitzet secara teliti dan sesuai dengan gambar, dimana dinding-dinding bangunan akan dipasang. Pemasangan benang tidak boleh lebih dari 30 cm diatas pasangan dibawahnya. 8.4.2. Pada semua pasangan bata setengah batu satu sama lain harus terdapat pecahan separoh panjang, kecuali sesuai dengan peraturan disudut. Lapisan yang satu dengan lapisan dibawahnya harus berbeda setengah panjang bata. SYARAT KHUSUS SKh- 18 Pada pasangan satu batu dan pasangan lebih tebal harus disusun secara ikatan Vlaams dan sesuai dengan peraturan-peraturan seharusnya. Pada tiap - tiap pertemuan tegak lurus terdapat ikatan pasangan yang sempurna, kecuali tiap-tiap pertemuan dimana ada tiang-tiang beton yang merupakan bingkai. Semua pertemuan tegak lurus benar-benar harus bersudut 90 derajat. 8.4.3. Sebelum dimulai pemasangan batu bata harus direndam dahulu di dalam air selama setengah jam dan permukaan yang akan dipasang harus juga basah. Tebal siar batu bata tidak boleh kurang dari 1 cm 10 mm dan siarnya harus benar-benar rapat adukannya. 8.4.4. Dalam satu pasangan tidak boleh tinggi dari 1 meter, dan pengakhirannya pasangan satu hari tersebut harus dibuat bertangga menurun dan tidak bergigi untuk mengindari retak dikemudian hari. 8.4.5. Semua pasangan batu, harus dijaga jangan sampai terkena sinar matahari langsung dan kontraktor berkewajiban menyediakan karung- karung basah yang digunakan untuk menutup pasangan tersebut. 8.4.6. Sebagai persiapan untuk plesteran, maka siarnya harus dikorek sedalam 1 cm sehingga adukannya akan cukup mengikat plesteran yang akan dipasang. 8.4.7. Bila mana didalam pasangan ternyata terdapat batu bata yang cacat atau tidak sempurna, maka ini harus diganti dengan baik, atas biaya Kontraktor. 8.4.8. Ditempat yang terdapat pintu, jendela, lubang ventilasi lain-lain dengan kusen kayu, pasangan bata hendaknya ditinggalkan sampai rangka kusen selesai dan dipasang ditempat yang tepat. Semua rangka kayu kusen harus dipasang terlebih dahulu untuk melanjutkan pekerjaan pasangan. Semua siar rangka kayu kusen SYARAT KHUSUS SKh- 19 harus diisi dengan adukan sekurang-kurangnya tebal 1 cm adukan sesuai dengan tujuannya atau dengan tambahan plasticiser. 8.4.9. Lubang untuk alat-alat listrik, pipa-pipa dan lain-lain. a. Tempat yang harus dibuat lubang akan dipersiapkan dulu dengan menyumbat memakai potongan pipa paralon untuk diameter besar atau bambu untuk diameter kecil. b. Dimana diperlukan pasangan pipa dan atau alat-alat yang ditanam dalam dinding, maka harus dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata sebelum diplester. c. Pahatan tersebut setelah dipasang pipaalat harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh bidang tembok. 8.4.10. Sambungan dinding bata dengan beton, baik pada arah vertikal maupun arah horizontal harus dengan angkur besi beton dia. 6 mm sepanjang 40 cm dipasang setiap 30 cm dan masuk ke dalam bata sedalam 25 cm. Bila angkur belum disiapkan dalam beton yang sudah jadi, digunakan besi strip 25 x 3 mm sepanjang 36 cm dipasang dengan ramset pada beton setiap 50 cm dengan besi yang masuk ke bata sepanjang 30 cm. PASAL 9 PEKERJAAN PLESTERAN 9.1 Persyaratan Umum. Lingkup pekerjaan ini adalah meliputi penyediaan bahan plesteran, penyiapan dinding tempat yang akan diplester, satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan notasi penyelesaian dinding. 9.2 Persyaratan. Persiapan dinding yang akan diplester : 9.2.1. Semua siar dipermukaan dinding batu bata hendaknya dikorek sedalam lebih kurang 10 mm, sebelum diplester. SYARAT KHUSUS SKh- 20 9.2.2. Permukaan dinding beton yang akan diplester harus dikerik dibuat kasar agar bahan plesterannya dapat merekat. 9.3 Material. Bahan - bahan yang harus disediakan antara lain : 9.3.1. Semen. Sesuai dengan persyaratan yang diuraikan dalam pekerjaan beton. 9.3.2. Pasir. Sesuai dengan persyaratan yang diuraikan dalam pekerjaan beton. 9.3.3. Air. Sesuai dengan persyaratan yang diuraikan dalam pekerjaan beton. 9.4 Pelaksanaan. Pelaksanaan pekerjaan ini antara lain harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 9.4.1. Sudut-sudut plesteran. Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam pekerjaan plesteran harus dilaksanakan secara sempurna, tegak dan siku. Sudut luar hendaknya dibuat agak bulat. 9.4.2 Perbaikan Bidang Plesteran. Bilamana terdapat bidang plesteran yang bergelombang harus diusahakan memperbaikinya secara keseluruhan. Bagian-bagian yang harus diperbaiki hendaknya dibobok secara teratur dibuat bobokan yang bentuk segi empat dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya. 9.4.3. Adukan Plesteran Biasa 1 semen : 4 pasir. Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau dengan tangan sesuai persyaratan Direksi Pekerjaan dan Kontraktor akan mendapatkan kesempatan untuk menggunakan bahan kimia tambahan yang diperlukan. Hanya semen yang masih baik diperbolehkan dipakai. SYARAT KHUSUS SKh- 21 9.4.4. Adukan Kedap Air 1 semen : 3 pasir. a. Plesteran yang dimaksud adalah terdiri dari semen portland satu bagian volume dan pasir tiga bagian volume. b. Pelaksanaan dikerjakan seperti plesteran biasa, terdiri dari 2 dua kali melapis sampai setebal 2 cm. 9.4.5. Untuk dapat mencapai tebal yang rata pada suatu plesteran, sebaiknya diadakan pemeriksaan silang. Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan menggunakan garisan panjang yang digerakkan secara vertikal silang. Biasanya plesteran akan mencapai antara 12 mm dan 18 mm tergantung dari batu bata yang dipergunakan, yang juga menentukan ratanya permukaan dinding yang belum diplester. Tebal 12 mm dan 18 mm, hendaknya dicapai dalam 2 dua kali pekerjaan. Lapisan pertama setebal 10 - 12 mm merupakan lapisan dengan permukaan kasar juga dicek secara silang. Kemudian lapisan kedua plesteran untuk mencapai bidang yang lebih rata dengan mengerjakan yang lebih teliti dan kemudian baru dilakukan pengacian. Akhirnya akan ditemukan lapisan plesteran yang tebalnya lebih kurang 18 mm. Bidang beton yang terlihat bilamana harus dilapis dengan plesteran, maka tebalnya akan mencapai lebih kurang 12 mm. 9.4.6. Bata dalam tanah harus diplester basah satu lapis dengan mortar 1 semen : 3 pasir sampai ketebalan 1,5 cm. Hal ini dimaksudkan agar bata tidak rusak oleh umur. 1. PASAL 10 PEKERJAAN DINDING

10.1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN