RKS lingkungan kawasan rusun leuwigajah DPU 59 L

(1)

PEMERINTAH KOTA CIMAHI

DINAS PEKERJAAN UMUM

BIDANG PERMUKIMAN DAN

PERUMAHAN

Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Gd. C Lt. 2 Cimahi

DOKUMEN PERENCANAAN

KEGIATAN : FASILITASI PEMBANGUNAN PRASARANA DAN

SARANA DASAR PERMUKIMAN BERBASIS MASYARAKAT

PEKERJAAN : PENATAAN LINGKUNGAN KAWASAN RUSUN

LEUWIGAJAH

LOKASI : CIMAHI

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

(RKS)

TA 2012


(2)

SYARAT UMUM SUm- 1

SPESIFIKASI UMUM

Pasal 1

URAIAN PEKERJAAN

Untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama Gambar Kerja dan buku Syarat-Syarat Teknis ini.

1.1.

Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dilaksanakan adalah :

Kegiatan : Fasillitasi Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman Berbasis Masyarakat

Pekerjaan : Penataan Lingkungan Kawasan Rusunawa Leuwigajah

Pekerjaan meliputi pengadaan secara memadai akan tenaga ahli, alat-alat bantu dan bahan material sesuai dengan pekerjaan yaitu :

A. Pekerjaan Jalan dan Bangunan, dengan rincian : 1. Pekerjaan Persiapan

2. Pekerjaan Perbaikan Lingkungan RW 16 - Pekerjaan Perbaikan Jalan Lingkungan - Perbaikan Balai Pertemuan

- Pasangan Dinding Pengaman

3. Pekerjaan Perbaikan Lingkungan RW 09 (RT 10 & RT 12) - Pekerjaan Perbaikan Jalan Lingkungan dengan Cor Beton - Pekerjaan Perbaikan Jalan Setapak dengan Cor Beton - Pekerjaan Perbaikan Jalan Lingkungan dengan Hotmix - Perbaikan Mesjid

- Pembangunan Balai Serbaguna

B. Segala sesuatu yang nyata-nyata termasuk dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

1.2. Situasi / Lokasi

Situasi/Lokasi Pekerjaan :


(3)

SYARAT UMUM SUm- 2 1.3. Pelaksanaan Pekejaan

a. Dalam pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus melaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Pelaksanaan Pekerjaan yang antara lain terdiri dari :

-Rencana Gambar dan Syarat-syarat ( RKS )

-Gambar-gambar Bestek, Detail dan Gambar Konstruksi berikut keputusan Direksi Lapangan

b. Bila terjadi ketidak sesuaian antara Gambar rencana dan keadaan lapangan, maka Penyedia Jasa diharuskan berkonsultasi dengan Direksi Lapangan.

c. Penyedia Jasa harus menyerahkan contoh bahan untuk pekerjaan guna mendapat persetujuan Direksi.

d. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan mendatangkan / mengangkat semua bahan-bahan yang diperlukan, menyediakan alat – alat Bantu, mengadakan tenaga pengawasan dan penjagaan, membuat segala persiapan-persiapan yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.

e. Pekerjaan Harus diserahkan oleh Penyedia Jasa kepada Direksi dalam keadaan selesai 100 %

f. Lokasi Pekerjaan diserahkan kepada Penyedia Jasa oleh Direksi.

g. Untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan tersebut dengan tepat, baik dan lengkap maka kegiatan pekerjaan dan peralatan yang dibutuhkan harus disediakan, meski alat-alat atau bahan-bahan dan atau pekerjaan tidak disebutkan satu persatu atau dinyatakan dalam peraturan dan rencana kerja.

h. Penyedia Jasa harus memperbaiki, mengembalikan seperti keadaan semula semua bagian-bagian yang meskipun tidak termasuk dalam pekerjaan ini, jika rusak atau berubah karena pekerjaan ini.


(4)

SYARAT UMUM SUm- 3 i. Penyedia Jasa harus membuat Laporan Harian yang setiap hari

ditempatkan dilapangan. Penyedia Jasa mencatat segala kegiatan kerja setiap hari dalam Laporan Harian ini.

j. Segala petunjuk dan perintah Direksi di lapangan ditulis dalam buku Intruksi yang disediakan oleh Penyedia Jasa.

k. Laporan Harian setiap hari harus ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Direksi.

l. Bila diantara perintah dan atau catatan pengarahan Direksi dalam buku intruksi ada yang tidak disetujui Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa : Diwajibkan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari sesudah perintah, mengajukan keberatanya terhadap bagian-bagian / perintah-perintah, yang tidak disetujuinya secara tertulis kepada Direksi.

m. Buku Harian untuk : mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan, dan detail-detail yang penting dari pekerjaan serta kejadian penting/khusus.

n. Buku Direksi untuk : kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek, instruksi-instruksi langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yg sedang dilaksanakan.

o. Buku Tamu untuk : Kunjungan tamu-tamu yang lain.

p. Foto-foto berwarna ukuran kartu pos sesuai dengan tahapan pekerjaan, ditambah dengan yang dianggap perlu oleh Direksi.

1.4. Sarana Kerja.

Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan Kontraktor wajib :

a. Menyediakan tenaga ahli yang cukup memadai dalam jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini Kontraktor wajib memasukkan


(5)

SYARAT UMUM SUm- 4 identitas, nama, jabatan, keahlian masing-masing anggota kelompok kerja pelaksanaan pekerjaan ini.

b. Menyediakan peralatan berikut alat bantu lainnya, serta bahan-bahan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

c. Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi persyaratan kerja. Dalam hal ini Kontraktor wajib memasukkan inventarisasi peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

d. Menyediakan bahan/material dan komponen jadi bangunan dalam kualitas sesuai Buku Syarat-syarat Teknis ini dengan jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang harus dilaksanakan tepat pada waktunya.

e. Menyediakan tempat menyimpan bahan/material dan komponen jadi bangunan Tapak yang harus aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal lain yang dapat mengganggu pekerjaan yang sedang berlangsung.

f. Membuat dan mengkoordinasikan Rencana dan Schedule Pelaksanaan Pekerjaan kepada penyedia jasa, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat dikendalikan seaman dan se-efisien mungkin terhadap keterkaitannya dengan waktu pelaksanaan yang tersedia.

Pasal 2

GAMBAR – GAMBAR DOKUMEN

Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS ) ini dilampiri : 1. Gambar Kerja

Pasal 3

PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

3.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar kerja, Rencana Kerja dan Syarat -syarat (RKS), termasuk tambahan dan perubahannya yang tercantum di Pengawasan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.


(6)

SYARAT UMUM SUm- 5 3.2. Ukuran.

Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja meliputi: As - As

Luar - Luar Dalam - Dalam Luar - Dalam

3.3. Perbedaan Gambar.

a. Bila Gambar Kerja tidak sesuai denan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat /berlaku adalah Gambar.

b. Bila sesuatu Gambar tidak cocok dengan Gambar yang lain dalam satu disiplin Kerja, maka Gambar yang mempunyai Skala yang lebih besar yang berlaku/mengikat.

c. Bila perbedaan-perbedaan itu, ketidakjelasan, maupun kesimpangsiuran yang menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, maka Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Penyedia jasa

d. Ketentuan diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk

memperpanjang waktu pelaksanaan maupun mengajukan “Claim” biaya

pekerjaan tambah.

3.4. Gambar Detail Pelaksanaan ( Shop Drawing )

a. Gambar Detail Pelaksanaan atau Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib dibuat Kontraktor berdasarkan Gambar Kerja Dokumen yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

b. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing untuk Detail-detail khusus yang belum tercakup dalam Gambar Kerja Dokumen, maupun yang diminta Penyedia Jasa

c. Dalam shop Drawing ini harus jelas tercantum dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh jadi dari semua bahan,


(7)

SYARAT UMUM SUm- 6 keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja Dokumen maupun Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

d. Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing kepada Penyedia Jasa untuk mendapatkan persetujuan tertulis bagi pelaksanaan.

e. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam Gambar Kerja Dokumen tanpa sepengetahuan dari Penyedia Jasa.

Segala akibat yang terjadi adalah tanggung Jawab Kontraktor, baik dari segi biaya maupun waktu pelaksanaan.

Pasal 4

JADWAL PELAKSANAAN

4.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat rencana kerja pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar Chart & S-Curve Bahan dan Tenaga dan mengkoordinasikan hasilnya kepada Pengawas, sehingga pelaksanan pekerjaan terkendali dan tidak mengganggu kelancaran proyek secara keseluruhan dan kelancaran kegiatan di sekitar lokasi pekerjaan.

4.2. Rencana Kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Penyedia Jasa, paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kalender setelah surat keputusan penunjukan (SKP) diterima oleh Kontraktor.

4.3. Rencana Kerja yang telah dibuat akan disahkan oleh pemberi Penyedia Jasa.

4.4. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Penyedia Jasa, 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada bangsal Kontraktor dilapangan yang selalu diikuti dengan Grafik kemajuan pekerjaan/prestasi Kerja.


(8)

SYARAT UMUM SUm- 7 4.5. Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana

Kerja tersebut.

Pasal 5

KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

5.1. Dilapangan pekerjaan Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau biasa disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor.

5.2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

5.3. Kontraktor wajib memberi tahu kepada tim Pengelola Teknis Wilayah dan Pengawas, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.

5.4. Bila dikemudian hari menurut Tim Pengelola Teknis Wilayah dan Pengawas, Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahu kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.

5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri (Penanggung Jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

Pasal 6

TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR

6.1. Untuk menjaga kemungkinan kerja di luar jam kerja apabila terjadi hal-hal yang mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi kepada Tim Pengelola Tekhnis setempat dan Pengawas.

6.2. Kontraktor wajib memasukan identitas alamat kerja (Work Shop) dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan pemborongan akan dilaksanakan.


(9)

SYARAT UMUM SUm- 8 6.3. Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak berubah selama pekerjaan.

Bila terjadi perubahan alamat Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.

Pasal 7

PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN

7.1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik Proyek, Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan.

7.2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Pengawas/Konsultan Perencanaan, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

7.3. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan kemudian oleh pengawas.

Pasal 8

JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut Syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja di lapangan.

8.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada di bawah kekuasaan Kontraktor.


(10)

SYARAT UMUM SUm- 9 8.3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, Kamar Mandi dan WC yang layak

dan bersih bagi semua Petugas dan pekerja.

8.4. Tidak diperkenankan membuat penginapan dalam lapangan pekerjan untuk pekerja, kecuali untuk penjaga keamanan.

8.5. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 9

ALAT – ALAT PELAKSANAAN

Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum pekerjaan fisik dimulai, dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain :

1. Beton molen yang jumlahnya akan ditentukan kemudian oleh Direksi. 2. Theodolit dan Waterpass yang telah diijinkan oleh Direksi.

3. Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur.

4. Pompa air sesuai kebutuhan untuk sistem pengeringan, jika diperlukan.

5. Penggetar beton yang jumlah dan tipenya akan ditentukan kemudian oleh Direksi.

6. Mesin Pemadat.

7. Alat-alat besar sesuai dengan besaran (magnitude) pekerjaan tanah apabila diperlukan.

8. Alat Megger, alat ukur listrik dan alat ukur lainnya. 9. dan alat-alat lainnya sebagai pendukung pekerjaan.

Pasal 10

PENYIMPANAN BARANG-BARANG MATERIAL

10.1. Penyedia Jasa dan Sub-sub Penyedia Jasa diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material-material untuk kebutuhan pelaksanaan baik diluar (terbuka) atau pun didalam gudang, sesuai dengan sifat-sifat barang-barang


(11)

SYARAT UMUM SUm- 10 dan material tersebut, atas persetujuan Pengawas Lapangan, sehingga akan menjamin:

a. Keamanaan

b. Terhindarnya kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.

10.2. Barang-barang dan material-material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk disimpan di dalam site.

10.3. material-material yang ditolak untuk dipakai supaya segera dikeluarkan dari site, selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah pemberitahuan penolakan.

Pasal 11

PEMERIKSAAN BAHAN DAN KOMPONEN JADI

11.1. Semua bahan/material dan komponen jadi yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

11.2. Penyedia Jasa berwenang menanyakan asal bahan/material dan komponen jadi dan Kontraktor wajib memberi tahu.

11.3. Contoh bahan/material an komponen jadi yang akan digunakan harus

diserahkan kepada penyedia jasa untuk mendapatkan “standart of appearience”. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua)

minggu sebelum jadwal pelaksanaan. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur, dan produk yang dipilih akan diinformasikan oleh penyedia jasa kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.

11.4. Semua bahan/material dan komponen jadi harus disetujui secara tertulis oleh penyedia jasa sebelum dipasang.

11.5. Bahan/material dan komponen jadi yang telah didatangkan oleh Kontraktor dilapangan pekerjaan, tetapi ditolak pemakaiannya oleh penyedia jasa harus


(12)

SYARAT UMUM SUm- 11 segera dikeluarkan dari lapangan pekerjan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.

11.6. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan/material dan komponen jadi harus sesuai dengan persyaratan dari pabrik pembuat, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

Pasal 12

PEMERIKSAAN PEKERJAAN

12.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi karena bahan/material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Penyedia jasa, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor.

12.2. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Penyedia jasa, Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan dari Penyedia jasa. Baru apabila Penyedia jasa telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.

12.3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 24 jam dihitung dari jam diterimanya surat permohonan pemeriksaan, maka Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui Penyedia jasa. Hal ini dikecualikan bila Penyedia jasa minta perpanjangan waktu.

PASAL 13

KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN

Penyedia Jasa/ Sub-sub Penyedia Jasa diwajibkan menjaga keleluasaan halaman dengan menempatkan barang)-barang dan material sedemikian rupa sehingga: a. Memudahkan pekerjaan.

b. Menjaga kebersihan dari sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan (puing-puing) air yang menggenang.


(13)

SYARAT UMUM SUm- 12 c. Tidak menyumbat saluran-saluran air.

PASAL 14

KELENGKAPAN LAPANGAN

Penyedia Jasa/ Sub-sub Penyedia Jasa diwajibkan menyediakan sendiri:

a. Listrik dan penerangan, untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan keamanan. b. Air minum atau air bersih dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan

pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada di proyek. c. Alat-alat pemadam kebakaran.

d. Alat-alat PPPK.

e. Kamar mandi dan WC untuk pekerjaan lapangan.

Pasal 15

BARANG CONTOH (SAMPLE)

15.1. Penyedia Jasa / Sub Penyedia Jasa diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari material yang akan dipakai/dipasang, untuk mendapatkan persetujuan Direksi / pengawas Lapangan.

15.2. Barang-banrang contoh (sample) tertentu harus dilampirkan dengan tanda bukti/sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis barang-barang / material-material tersebut.

15.3. Untuk barang-barang dan material-material yang akan didatangkan ke site (melalui pemesanan), maka Penyedia jasa / Sub Penyedia Jasa diwajibkan menyerahkan brosur:

a. Katalog.

b. Gambar kerja atau shop drawing.

c. Mock up dan sample dan lain-lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi/Pengawas Lapangan dan harus mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.

PASAL 16


(14)

SYARAT UMUM SUm- 13 16.1. Penyedia Jasa/ Sub Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan pengujian atas

mutu pekerjaan ataupun atas pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, misalnya:

a. Pengujian mutu beton, mutu baja. b. Pengujian kabel-kabel listrik (merger)

c. Pengujian tekanan untuk pipa-pipa (plumbing) d. Pengujian kebocoran(plumbing)

e. Pengujian bekerjanya mesin-mesin dan peralatan-peralatan lainnya.

16.2. Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut diatas, ditanggung oleh Penyedia Jasa/Sub Penyedia Jasa yang bersangkutan. Laporan pengujian mutu beton harus segera diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah tanggal pengujian kubus beton yang bersangkutan. Laporan diterima 3 hari atau lebih setelah tanggal pengujian dianggap batal bila dianggap perlu oleh Direksi / Pengawas Lapangan, Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengadakan core drilling atas biaya Penyedia Jasa.

Pasal 17

GAMBAR-GAMBAR AS BUILT DRAWING

17.1. Penyedia Jasa / Sub Penyedia Jasa diwajibkan untuk membuat

gambar-gambar “AS BUILT GRAWING”, sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan

dilapangan secara kenyataan, untuk kebutuhan pemeriksaan dan maintenance dikemudian hari.

17.2. Gambar-gambar tersebut diserahkan rangkap dua, masing-masing diserahkan kepada:

a. Pemilik / User.

b. DINAS PEKERJAAN UMUM - Kota Cimahi.

Pasal 18 SHOP DRAWING

18.1. Dalam hal-hal tertentu maka untuk kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang membutuhkan penjelasan-penjelasan, dimana hal-hal


(15)

SYARAT UMUM SUm- 14 tidak terdapat didalam gambar-gambar kerja, maka Penyedia Jasa dan Sub-sub Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar-gambar “SHOP DRAWING” untuk kebutuhan tersebut dan mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.

18.2. Semua gambar harus dibuatkan kembali shop drawing-nya untuk memudahkan pelaksanaannya.

Pasal 19

MASA PEMELIHARAAN DAN JAMINAN PEKERJAAN

19.1. Masa pemeliharaan untuk pekerjaan konstruksi dan finishing adalah 6 (enam) bulan, dihitung dari tanggal Penyerahan Pertama.

19.2. Jaminan pekerjaan dan pemasangan istalasi alat-alat meliputi: a. Instalasi listrik dan mekanikal adalah 6 (enam) bulan.

b. Mesin-mesin adalah 6 (enam) bulan terhitung dari tanggal penyerahan pertama.

PASAL 20

PERATURAN-PERATURAN DAN SYARAT-SYARAT YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN

20.1. Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan: a. Standar Industri Indonesia (SII).

b. Standar Nasional Indonesia (SNI)

c. Keputusan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).

20.2. Penyedia Jasa harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat-syarat pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi instansi dari pengawas.

20.3. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa pada setiap waktu. Bagaimanapun kelalaian pengawas dalam pengontrolan


(16)

SYARAT UMUM SUm- 15 terhadap kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa bebas dari tanggungjawab.

20.4. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi), gambar atau instruksi tertulis dari pengawas harus diperbaiki atau dibongkar. Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Semua bahan yang akan dipakai harus mendapatkan persetujuan pengawas.

PASAL 21

DOKUMENTASI PROYEK

21.1. Penyedia Jasa diwajibkan membuat foto-foto dokumentasi proyek meliputi: a. Foto-foto kegiatan proyek, antara lain kegiatan dalam uitzet,

penempatan peralatan-peralatan lapangan (beton bathcer), penempatan material, pengerasan jalan, dll.

b. Foto-foto tahapan pekerjaan yang penting antara lain pembongkaran, pemasangan instalasi listrik, pembesian, bekisting, pekerjaan plafond, lantai dan pekerjaan lain sesuai dengan gambar rencana.

c. Dan lain-lain kegiatan yang dianggap perlu oleh Direksi Lapangan/ Pengawas.

21.2. Kondisi Proyek pada progress pekerjaan mencapai 0%, 5%, 10%, 20% dan seterusnya sampai dengan 100% (setiap peningkatan progress 5%) dan kondisi pada waktu pemeliharaan.

21.3. Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna).

Pasal 22 TANAH URUGAN

22.1. Tanah urug harus berasal dari sumber tanah yang telah disetujui oleh Pengawas Lapangan/Direksi.

22.2. Tanah urug harus baik, yang lebih baik mengandung butiran-butiran lepas, kadar tanah liatnya rendah, tidak mengandung bahan-bahan organik, bersih


(17)

SYARAT UMUM SUm- 16 dari akar-akar kayu/tanaman dan batu-batu besar diameter maksimal 10 cm sedang tanah merah dapat disetujui.

Pasal 23 AIR KERJA

23.1. Air untuk keperluan pekerjaan pasangan, pekerjaan beton dan pemadatan tanah/pasir harus bersih dan tidak mengandung zat-zat kimia (garam-garam) yang dapat merusak pekerjaan.

23.2. Apabila tidak mungkin atau tidak cukup air kerja yang didapat dari air bersih setempat, maka Penyedia jasa harus dapat mengusahakan dari sumber lain yang memenuhi persyaratan diatas.

23.3. Khusus air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, garam-garam dan bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak mutu beton, baja tulangan dan baja profil. Sebaiknya air yang dipergunakan/dipakai adalah air bersih yang dapat diminum.

23.4. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/liter.

23.5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.

23.6. khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat tersebut diatas, air tidak boleh mengandung klorida lebih dari 50 ppm.

23.7. Air kerja diperoleh dengan cara pantek dan menggunakan pompa.

Pasal 24 PORTLAND CEMENT

24.1. Semen yang dipakai/dipergunakan dalam pekerjaan ini harus berkualitas baik, memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam N.I. – 8 (Normalisasi


(18)

SYARAT UMUM SUm- 17 Indonesia-8) dan untuk seluruh konstruksi hanya diperbolahkan memakai 1 (satu) macam semen (satu pabrik)

24.2. Dalam pengangkutannya, semen harus terlindung dari hujan, harus dalam zak/kemasan yang asli dari pabrik, dalam keadaan tertutup rapat, tidak kena air dan diletakkan pada tempat yang telah ditinggikan paling rendah 30 cm dari lantai/ tanah.

24.3. Semen yang telah disimpan lebih dari 4(empat) bulan, harus dites kembali sebelum dipakai atau dipergunakan dengan dibawa ke laboratorium pemeriksaan bahan-bahan bangunan dan hasilnya segera dilaporkan kepada Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan, untuk ini segala pembiayaan ditanggung oleh penyedia jasa.

Pasal 25 PASIR

Pasir yang diperlukan untuk adukan harus pasir yang berkualitas baik dan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam PBI 1971.

25.1. Pasir Beton

a. Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan ukuran butirannya sebagian besar terletak antara 0.75 – 5 mm, kadar Lumpur tidak boleh lebih dari 5%.

b. Pasir beton harus bersih tidak boleh mengandung zat-zat organic yang dapat mengurangi mutu beton, sedang untuk beton dengan keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkasit harus negative.

25.2. Pasir Pasang

Adukan pasir yang dipergunakan untuk adukan pasangan dan plesteran dengan syarat antara lain:

a. butiran-butirannya harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan denngan jari tangan serta kadar lumpurnya tidak boleh lebih tinggi dari 5%

b. Untuk adukan plesteran dan adukan pasangan, butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan yang berlubang persegi 3 mm.


(19)

SYARAT UMUM SUm- 18 25.3. Pasir Urug

Pasir urug atau pasir pengisi dapat dipergunakan pasir biasa yang tidak mengandung bahan-bahan organic (sisa-sisa kayu, biji-bijian, akar-akar tanaman, daun-daun, garam dan lain-lain) serta tidak mengandung Lumpur.

Pasal 26

KERIKIL UNTUK BETON

26.1. Kerikil yang dapat dipergunakan adalah jenis yang permukaannya kasar/jenis klos atau adesit yang sudah dicuci. Besarnya butiran maksimum 2 – 3 cm. Apabila kerikil yang dimaksud sukar didapatkan, maka diperbolehkan menggunakan batu pecah yang sama ukurannya. Kerikil-kerikil tersebut tidak boleh dicampur dengan batu cadas dan dalam keadaan bersih serta tidak mengandung Lumpur.

26.2. Kerikil (agregat kasar) diperiksa sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan Umum Bahan Bangunan /PUBBI serta Peraturan beton Indonesia/ PBI 1971.

26.3. Mutu beton yang dipakai dengan mutu K-175, K-225, K-350 Ready Mix.

Pasal 27 BATU KALI

27.1. Semua bahan batu kali kecuali ada persyaratan lain, harus sesuai dengan P.U.B.B.N.I -3, dan cara mengerjakannya harus dilakukan menurut cara yang terbaik serta bentuk dan besarnya.

27.2. Batu harus keras, dengan permukaan yang kasar, tanpa cacat atau retak-retak dan belah-belah, tidak diperkenankan memakai batu bulat dengan permukaan yang licin maupun batu dari gunug yang masih terbungkus dengan tanah, begitu pula batu cadas tidak diperkenankan untuk dipakai/dipergunakan.

Pasal 28 BATU BATA


(20)

SYARAT UMUM SUm- 19 28.1. Bentuk standar bata merah adalah prisma segiempat, bersudut siku-siku dan

tajam, permukaannya rata dan tidak menampakan adanya retak-retak:

28.2. Ukuran standar bata merah

28.3. Pejal adalah seperti yang tertera dalam table dibawah ini:

Modul Tebal Lebar Panjang

M - 5a 65 mm 90 mm 190 mm

M - 5b 65 mm 140 mm 190 mm

M - 6 55 mm 110 mm 230 mm

Untuk ketentuan ukuran batu bata yang dipergunakan sesuai petunjuk Direksi.

Pasal 29 KAYU

29.1. Kayu harus berkualitas baik dengan ketentuan bahwa segala sifat dan kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi/bangunan. Kayu berdasarkan mutunya dibedakan dalam 2 (dua) macam, yaitu Kayu Kelas I dan Kelas II.

a. Kayu Mutu Kelas I, harus memenuhi syarat-syarat sbb:

i. Harus kering udara, lengas kayu 12% - 18% besarnya mata kayu tidak boleh lebih dari 1/6 kali lebar balok atau tidak boleh lebih dari 3,5 cm. ii. Retak –retak dalam arah radial, tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu

dan miring arah sarat tangent alfa tidak boleh lebih besar dari 1/10, sedang untuk balok tidak boleh mengandung Wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi balok

b. Kayu mutu Kelas II, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

i. Kadar lengas kayu lebih kecil atau kurang dari 30%, besar mata kayu tidak melebihi ¼ dar lebar balok atau tidak boleh lebih dari 5 cm.


(21)

SYARAT UMUM SUm- 20 ii. Rata-rata dalam arah radial, tidak boleh lebih dari1/3 tebal kayu dan

arah serat tangent alfa tidak boleh lebih besar dari 1/7, sedang untuk balok tidak mengandung wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi balok.

29.2. Bahan-bahan Kayu Berlapis.

a. Teakwood harus berkualitas baik corak maupun serat harus terpilih dan warnanya merata, yang di hasilkan dari kayu jati yang baik.

b. Playwood/tripleks/ multipleks harus berkualitas baik corak maupun serat terpilih dan warnanya merata, dengan susuna lapisan yang padat.

Pasal 30 KACA

30.1. Kualitas kaca harus standar yang dikeluarkan dari pabrik yang telah disetujui Direksi.

30.2. Kaca tidak boleh berbunga-bunga/bergaris-garis terdapat goresan-goresan yang dapat mengganggu penglihatan/pandangan

30.3. Jenis kaca yang dipergunakan adalah kaca Asahimas bening dengan ketebalan 5 mm.

Pasal 31 PAKU

Paku dibuat dengan kepala benam berbentuk bulat yang permukaan atasnya berpetak-petak dan bagian bawahnya miring, ujung runcing berbentuk tetrahedral yang kronis.

Pasal 32 ASBES

32.1. Asbes harus mempunyai tepi potongan yang lurus, rata, tidak berkerut, sama tebalnya pada seluruh panjang lembaran. Bila diketuk ringan dengan benda


(22)

SYARAT UMUM SUm- 21 yang keras memberikan bunyi nyaring yang menandakan bahwa lembaran tersebut tidak pecah atau retak.

32.2. Permukaan lembaran harus tidak menunjukkan retak-retak, kerutan-kerutan atau cacat-cacat lain yang dapat mempengaruhi sifat pemakaiannya.

32.3. lembaran asbes harus mudah dupitong, digergaji dan dipaku tanpa mengakibatkan terjadinya retak-retak atau cacat lain yang merugikan.

32.4. Asbes yang dipergunakan untuk plafond adalah asbes plat dengan tebal 4 mm dengan uk. 100 X 100 cm.

Pasal 33 PENUTUP ATAP

33.1. Ukuran panjang, lebar dan tebal atap metal untuk seluruh partai yang diserahkan harus sama dan seragam. Seluruh partai harus dapat tersusun rapih pada rangka atap sehingga tidak memungkinkan masuknya air hujan secara langsung maupun karena tampias.

33.2. Ukuran panjang efektif penutup atap harus sesuai dengan jarak Gording dari luar keluar sehingga akan memberikan beban lentur yang masih dapat diijinkan.

33.3. Tebal penutup atap tidak boleh kurang dari 3 mm, kecuali pada bagian penunpangan (interlocking) tebalnya tidak kurang dari 5mm.

33.4. Setiap penutup atap harus dapat diberi tanda/merk pabrik.

Pasal 34 CAT

34.1. Cat kayu dan besi untuk bangunan adalah suspensi, dimana campuran utamanya adalah bahan pengikat (yang larut dalam pelarut organic) pigmen dan bahan pelarut organic.

34.2. Cat tembok untuk bangunan adalah emulsi dimana campuran utamanya adalah bahan pengikat, pigmen dan pelarut. Emulsi ini membentuk lapisan tipis, padat, kering (film) setelah pelarutnya menguap dan berfungsi sebagai pelindung serta memperindah permukaan tembok.


(23)

SYARAT UMUM SUm- 22 34.3. Cat yang dipakai tidak diperbolehkan mengandung endapan-endapan yang

sudah membatu dan sesudah diaduk dengan baik, harus menjadi homogen serta dapat dicatkan dengan mudah.

34.4. Warna cat harus asli sesuai warna kalengnya dan tidak boleh mengadakan campuran dengan bermacam-macam warna. Penyedia Jasa harus menunjukkan contoh merk maupun jenis warnanya kepada Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal 35

PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

35.1. Semua bahan yang dipergunakan/diperlukan untuk pekerjaan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/ Pengawas Lapangan sebelum dipergunakan.

35.2. Apabila terdapat perselisihan dengan Penyedia Jasa tentang pemeriksaan bahan-bahan, Pengawas Lapangan berhak meminta kepaada Penyedia Jasa untuk mengambil contoh-contoh yang didatangkan untuk diperiksakan ke laboratorium.

35.3. Selama ini Penyedia Jasa dapat melanjutkan pekerjaan, akan tetapi sama sekali atas tanggungannya sendiri. Apabila ternyata bahwa bahan-bahan yang diperiksakan tersebut tidak baik atau tidak memenuhi syarat-syarat, maka bahan-bahan tersebut harus segera disingkirkan dan semua bagian pekerjaan yang telah dikerjakan dengan bahan-bahan tersebut harus dibongkar dan selanjutnya harus menggantikannya kembali dengan bahan lain yang memenuhi syarat.

35.4. Semua biaya pemeriksaan oleh laboratorium tersebut seluruhnya ditanggung oleh Penyedia Jasa.


(24)

SYARAT KHUSUS SKh- 1

SPESIFIKASI KHUSUS

Pasal 1

PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor wajib melaksanakan pengukuran lokasi dibawah Direksi Pekerjaan Direksi. Kontraktor juga harus menyediakan secukupnya pembantu yang ahli dalam cara pengukuran yang baik dan alat– alat bantu lainnya yang diperlukan untuk pengukuran.

Ukuran Pokok : Ukuran pokok + 0.00 bangunan rencana ditetapkan + 500 mm dari muka tanah asal. Ukuran pokok ini menjadi pedoman dalam penentuan permukaan lantai bangunan rencana.

Satuan Ukuran : Semua ukuran dalam rencana dinyatakan dalam ukuran metrik ( kg, m, s. )

Ukuran Patok : Pengukuran dinyatakan + 0.00 cm dan akan ditentukan kemudian di lapangan.

Mengukur Letak Bangunan : Ketentuan letak bangunan diukur dibawah pengawasan Direksi dengan patok yang dipancang kuat-kuat dengan papan bangunan (bouwplank) yang diketam rata pada sisi atasnya.

Ukuran Penduga : Ukuran penduga adalah ukuran (induk ukuran) dari mana ketinggian dan kedalaman diambil berupa balok panjang 2 m berpenampang 5 x 5 cm dengan semua sisi diketam rata dan diresidu 2x, dipancang tegak lurus pada tanah bangunan sedalam 100 cm. Ukuran penduga ini dinyatakan dengan huruf P dibuat oleh Penyedia Jasa dengan


(25)

SYARAT KHUSUS SKh- 2 pengawasan Direksi dan harus dipelihara selama pelaksanaan pekerjaan.

1.2. Pekerjaan Persiapan Tapak

1.2.1. Jalan masuk ke tempat pekerjaan.

Selama pekerjaan berlangsung, Pemborong harus memelihara jalan masuk ke tempat Pekerjaan. Kerusakan pada saat tersebut harus diperbaiki oleh Pemborong.

1.2.2. Semua penghalang dalam batas tanah Bangunan yang menghalangi jalannya pekerjaan harus dibongkar dan dibersihkan dan dipindahkan dari tanah Bangunan itu, kecuali hal-hal yang tercantum dalam gambar atau yang ditentukan oleh Direksi / Pemberi Tugas dilindungi agar tetap utuh. Pelaksanaan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan harta benda yang berdekatan dari kerusakan.

1.2.3. Kerusakan yang terjadi pada harta / benda instansi atau badan lain atau perorangan di dalam atau diluar halaman karena alasan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan harus diperbaiki tanpa menambah ongkos dari Direksi / Pemberi Tugas / pengguna jasa.

1.2.4. Semua pohon, semak, rumput dan tumbuh-tumbuhan yang ada di lokasi pekerjaan harus diurug, harus dihilangkan atau dibersihkan kecuali tercantum supaya tetap berada disitu.

1.2.5. Pengurugan untuk meratakan tapak termasuk mendatangkan tanah dari luar tapak atau membuang tanah ke luar tapak. Pembongkaran, pengurugan, penggalian, dan pembuangan untuk meratakan tanah dilaksanakan sesuai dengan dimensi dan ukuran yang diperlihatkan dalam gambar dan grading yang telah ditentukan.

Jika terdapat ketidaksesuaian pada permukaan tanah, maka Pemberi Tugas harus diberi tahu secara tertulis paling lambat dalam waktu 10


(26)

SYARAT KHUSUS SKh- 3 (sepuluh) hari sesudah Surat Perintah Kerja dikeluarkan. Jika tidak maka tuntutan mengenai ketidakseksamaan dalam mengukur permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.

1.2.6. Tanah sisa pembongkaran yang tidak memenuhi syarat harus dibuang didaerah yang telah ditentukan atau atas petunjuk Direksi pekerjaan.

1.3. Ruang Lingkup pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan ini antara lain: 1. Papan Nama Kegiatan

2. Penyediaan listrik kerja 3. Penyediaan Air Kerja

1.4. Bahan

1) Pembersihan Lahan : Tidak diperlukan. 2) Air kerja :

a. Sumur pantek b. Pompa jet pump

c. Selang kawat ± 200 meter 3) Listrik Kerja :

1) Sambungan listrik dari PLN dengan besar daya yang akan ditentukan kemudian oleh Direksi.

4) Papan Nama Proyek : a. Kayu balok borneo super b. Paku 5-7

c. Cat minyak

1.5. Pelaksanaan Pekejaan 1. Pembersihan Lahan

Pekerjaan pembersihan lapangan adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan pembersihan awal proyek dengan penyediaan tenaga kerja dan peralatan yang akan digunakan untuk pembersihan puing-puing bekas bongkaran dan kotoran-kotoran lain seperti :


(27)

akar-SYARAT KHUSUS SKh- 4 akar, rumput-rumput, dan tanaman yang tidak diperlukan lagi. Buangan bekas bongkaran termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan ini. Meliputi : a. Untuk pembersihan tanaman yang besar, pemborong diwajibkan

meminta ijin terlebih dahulu kepada Direksi.

b. Penebangan pohon yang besar harus sampai akar-akarnya minimal 50 cm dibawah peil tanah yang ada, sisa-sisa dan bekas pembersihan harus dibuang ke tempat yang telah ditunjuk oleh Direksi, kecuali ada ketentuan lain.

c. Pembersihan dari puing-puing bekas bongkaran. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak boleh dipergunakan kembali untuk pelaksanaan pembangunan ini kecuali ada ketentuan lain.

d. Tempat pembuangan bekas bongkaran ditentukan oleh Direksi. e. Apabila pohon yang akan ditebang adalah milik Dinas Pertamanan

Pemerintah Setempat, maka harus ada ijin penebangan dari Dinas terkait dengan sepengetahuan Direksi.

2. Kontraktor harus melaksanakan pembongkaran-pembongkaran lain yang diperlukan sehingga seluruh pekerjaan dapat terlaksana dengansempurna sesuai dengan gambar rencana

3. Pembongkaran harus dilakukan berurutan sesuai jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan

4. Puing-puing bekas pembongkaran dan bahan-bahan lainnya yang menjadi milik kontraktor harus segera dibawa keluar site (maksimum 24 jam)

5. Kontraktor harus memperhitungkan pemakaian alat pengaman sesuai petunjuk Direksi

6. Semua pembongkaran harus dilaksanakan dengan hati-hati tanpa merusak bagian yang masih dipertahankan.

7. Penyediaan Bahan/Logistik dan Peralatan.

Kontraktor harus menyediakan segala yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk semua tenaga, bahan, dan alat-alat bantu yang diperlukan.

8. Air, Listrik dan Saluran Pembuangan

Pengadaan air sementara dengan kuantitas air cukup untuk pelaksanaan pekerjaan dan kualitas memenuhi persyaratan bahan. Air untuk


(28)

SYARAT KHUSUS SKh- 5 keperluan pekerjaan harus diusahakan oleh Kontraktor sendiri. Dalam hal Kontraktor memakai air yang ada dilingkungan lokasi, maka Kontraktor harus membayar segala ongkos pengadaan dan penyambungan air yang dipakai serta pembongkarannya kembali.

Penyediaan listrik sementara yang dipergunakan harus cukup untuk kebutuhan pelaksanaan dan pengamanan. Alat penerangan yang dipakai tidak boleh menimbulkan kebakaran. Listrik sementara yang dibutuhkan untuk keperluan peralatan dan penerangan selama pelaksanaan pekerjaan harus diusahakan oleh Kontraktor sendiri. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja lapangan.

Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau air bangunan. Saluran pembuangan harus dihubungkan ke saluran/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk Direksi. Pada intinya untuk mencegah terjadinya kekumuhan akibat aktifitas pekerjaan.

9. Papan Nama Proyek

Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek bagian depan halaman proyek sehingga mudah dilihat. Ukuran pada papan nama tersebut mengikuti standar aturan pemerintah setempat. Format akan ditentukan kemudian.

10. Iklan

Kontraktor tidak diperkenankan membuat papan iklan dalam bentuk apapun di wilayah proyek, atau di tanah yang berdekatan tanpa seijin Pemimpin Pelaksana Kegiatan/Direksi Pekerjaan.

11. Perlindungan

i. Keselamatan kerja dan Pertolongan Pertama, Kontraktor harus mengadakan pengamanan yang layak untuk melindungi para pekerja dan tamu yang berkunjung ketempat pekerjaan. Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini adalah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan Peraturan mengenai Keselamatan Kerja yang berlaku. Di lapangan Kontraktor wajib mengadakan perlengkapan yang cukup untuk PPPK yang mudah dicapai.


(29)

SYARAT KHUSUS SKh- 6 Kontraktor diharapkan sudah mempertimbangkan hal-hal seperti upacara keagaman dan sebagainya, sehingga hal tersebut mempunyai dampak yang seminimal mungkin pada pelaksanaan pekerjaan.

iii. Pelaksanaan Pekerjaan di luar jam kerja biasa.

Kontraktor harus mendapatkan ijin tertulis dari Direksi pekerjaan untuk melaksanakan pekerjaan yang tertera dalam kontrak ini diluar jam-jam biasa, seperti hari Minggu atau hari libur resmi. iv. Kebersihan dan Kerapihan.

Kontraktor harus mengangkut semua sampah dan sisa-sisa pekerjaan secara teratur jika sudah bertumpuk dan pada waktu penyerahan pekerjaan, keadaan lapangan harus sudah bersih dan rapih.

v. Gambar Pelaksanakan di Lapangan

Gambar-gambar pelaksanaan dan Risalah Rapat Penjelasan untuk seluruh pekerjaan harus selalu dilapangan. Demikian dengan buku Peraturan dan Syarat-Syarat. Gambar-gambar tersebut harus dalam keadaan jelas dan dapat dibaca serta menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.

vi. Bilamana ada ketidaksesuaian antara gambar Kontrak dengan Syarat -Syarat Umum, Uraian dan Syarat-Syarat, maka hal ini harus selekasnya ditunjukkan kepada Pemberi Tugas untuk mendapatkan keputusan. Sebagai pedoman bila terjadi perbedaan antara Gambar satu dengan lainnya yang menentukan adalah gambar dengan skala lebih besar.

vii. Gambar Revisi dan atau Gambar Nyata pelaksanaan wajib dibuat oleh Kontraktor, disetujui Direksi Pekerjaan dan harus disyahkan pada waktu serah terima pertama ( ST1) pekerjaan dengan semua biaya ditanggung Kontraktor.

Pasal 2

PEKERJAAN GALIAN DAN STABILISASI TANAH


(30)

SYARAT KHUSUS SKh- 7 Pekerjaan Galian berupa pembuatan lubang di tanah untuk keperluan :

2.1.1 Pembuatan segala macam pondasi untuk bagian / unsur semua bangunan termasuk pondasi pagar dan tembok penahan tanah.

2.1.2 Pembuatan saluran-saluran terbuka dan tertutup dengan perlengkapannya.

2.2. Persyaratan.

Pekerjaan galian untuk semua lubang atau yang berhubungan dengan itu, baru boleh dilaksanakan setelah papan patok (bouwplank) dengan penandaan sumbu selesai diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan.

2.2.1. Dalamnya galian untuk lubang pondasi harus mencapai tanah yang keras, atau sekurang-kurangnya sesuai dengan gambar kerja.

2.2.2. Kemiringan lereng lubang galian harus secukupnya, untuk mencegah longsornya tanah.

2.2.3. Pemborong bertanggung jawab penuh untuk membetulkan kembali bilamana harus melalui atau mengganggu : saluran-saluran drainase, saluran pembuangan, saluran kabel yang ada.

2.2.4. Pekerjaan galian harus dikerjakan dengan teliti, sesuai dengan ukuran gambar kerja, datar dan dibersihkan dari kotoran.

2.2.5. Pengangkutan tanah ketempat penimbunan yang ditentukan dan kelebihan tanah bekas galian harus disingkirkan ke luar dari tempat pekerjaan, sehingga tidak mengganggu pekerjaan.

2.2.6. Perataan permukaan tanah setinggi yang diinginkan, dalam hal ini pemborong harus menjaga daerah penggalian dan pembangunan agar bebas dari air.

2.2.7. Semua penggalian harus dilaksanakan menurut apa yang disyaratkan mengenai panjang, dalam dan kemiringan yang diperlukan untuk melaksanakan konstruksi pekerjaan. Bila dalam lubang galian terdapat


(31)

SYARAT KHUSUS SKh- 8 genangan air, maka air tersebut harus segera dipompa keluar agar tidak memperlemah dasar galian.

Pasal 3

PEKERJAAN BUANGAN TANAH SISA GALIAN

3.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan Buangan tanah sisa galian berupa pembuangan tanah dan kerikil atau batu-batu hasil galian untuk keperluan :

3.1.1 Untuk keleluasaan halaman.

3.1.2 Menjaga kebersihan lingkungan pekerjaan dari sisa-sisa galian.

3.2. Persyaratan.

3.2.1. Pekerjaan buangan tanah sisa galian dengan radius 150 meter atau dibuang pada tempat yang kemudian ditentukan dan disetujui Direksi Pekerjaan.

PASAL 4

PEKERJAAN URUGAN 4.1. Lingkup Pekerjaan :

4.1.1. Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan pekerjaan pengurugan kembali lubang bekas galian serta pengurugan tanah untuk peninggian lantai bangunan, Daerah-daerah yang telah ditentukan akan dikupas atau diurug dalam pelaksanaannya harus dilakukan pengurugan. Demikian juga untuk tanah urugan yang akan dipakai terlebih dahulu harus dibersihkan dari humus tumbuhan dan segala macam sampah. Tanah urug harus dari jenis tanah yang berbutir atau berpasir dan tidak terlalu basah. Semua urugan tanah untuk peninggian harus dilakukan lapis demi lapis @ 20 cm dan dipadatkan dengan menggunakan mesin compactor / stamper / pemadat.


(32)

SYARAT KHUSUS SKh- 9 4.1.2. Urugan kembali

Urugan kembali lubang bekas galian pondasi hanya boleh dilaksakan setelah ada ijin Direksi yaitu setelah dilakukan pemeriksaan pondasi. Urugan tanah harus dipadatkan dengan mesin pemadat (compactor) dan tidak dibenarkan hanya memakai timbris. Dalam hal pengurugan untuk peninggian lantai, jika bagian-bagian yang dipadatkan sudah siap, Pemberi Tugas/Direksi harus segera diberitahu agar dapat segera mengatur untuk mengadakan pengujian kepadatan bila diperlukan.

4.1.3. Urugan Pasir.

Urugan pasir harus dilaksanakan dibawah lantai kerja beton tumbuk, di bawah lubang pondasi, saluran-saluran dan di bawah lantai bangunan. Ketebalan urugan seperti tercantum dalam gambar rencana . Sebelum pemasangan lantai kerja/pondasi dan rabat beton dipasang, lapisan pasir urug terlebih dahulu harus dipadatkan dengan diairi dan diratakan. Pasir urug harus dibersihkan dari akar-akar dan kotoran. Ketebalan pasir urug seperti tercantum dalam gambar rencana adalah ukuran jadi (sesudah dalam keadaan padat).

4.1.4. Semua pekerjaan yang membutuhkan penimbunan, pemadatan dan perataan kembali, baik dengan tanah maupun dengan pasir, sampai mencapai suatu permukaan baru atau keadaan yang ditentukan.

4.1.5. Penutupan kembali lubang-lubang.

4.1.6. Urugan tanah humus untuk tanaman.

4.2. Persyaratan :

4.2.1. Tanah urugan, yang boleh dipakai ialah tanah bekas galian atau yang didatangkan dari luar, tidak mengandung bahan organik atau berangkal, dan harus dicampur dengan pasir. Tanah urug tersebut dipadatkan lapis demi lapis kurang lebih 20 cm tiap lapisan sampai


(33)

SYARAT KHUSUS SKh- 10 rata dan padat. Bila tanah kering harus diberi air secukupnya. Alat penimbris dari besi, minimum 10 kg / Mesin stamper.

4.2.2. Urugan pasir ditimbris, dilakukan lapis demi lapis kurang lebih 15 cm tiap lapis dan disiram air rata dan padat sampai ketinggian yang dibutuhkan.

Pasal 5

PEKERJAAN PONDASI BANGUNAN

5.1. Lingkup pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang berkualitas

2. Pekerjaan pondasi mencakup : a. Pekerjaan Pondasi K225

- Penulangan plat pondasi - Pemasangan bekisting

- Pengecoran beton sesuai mutu yang telah ditentukan. - Pekerjaan pondasi batu kali menerus dan setempat b. Pekerjaan Lapisan Pasir urug

5.2. Bahan

Bahan Konstruksi Pondasi Plat beton setempat dengan mutu beton K-225: - Besi beton – U24

- Split

- Pasir pasang - Semen - Pasir urug - Air

5.3. Pelaksanaan Pekerjaan


(34)

SYARAT KHUSUS SKh- 11 1. Pelaksanaan pekerjaan pondasi plat baru boleh dilaksanakan setelah

kedalaman dan lebar galian untuk pondasi sesuai dengan gambar rencana dan telah mendapat persetujuan Direksi

2. Pelaksanaan pekerjaan pondasi plat baru boleh mulai dilaksanakan setelah kedalaman dan lebar galian untuk pondasi sesuai dengan gambar rencana dan telah mendapat persetujuan Direksi.

3. Pelaksanaan pekerjaan ini dimulai dengan pengurugan pasir setebal 5 cm kemudian diatasnya di cor beton/lantai kerja dengan campuran 1 PC : 3 PS : 5 KR, selanjutnya dilakukan pengecoran dengan campuran K-225 untuk pondasi setelah besi tulangan dan bekistingnya terpasang dan mendapat persetujuan Direksi

Lapisan Urugan Pasir

urugan pasir harus dikerjakan lapis demi lapis dengan diairi secukupnya sampai mencapai ketebalan minimal 5 cm padat atau sesuai yang tertera dalam gambar rencana.

Pasal 6

PEKERJAAN BETON NON - STRUKTURAL

6.1. Ruang Lingkup pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang berkualitas.

2. Pekerjaan beton non-struktural hanya mencakup pekerjaan konstruksi yang bukan bagian dari struktur utama dari bangunan, diantaranya : - Cor lantai kerja pada pekerjaan bawah pondasi batu kali, plat

setempat, ground reservoir dan bawah lantai.

- Pekerjaan kolom praktis balok lantai, ring balok praktis. Pencoran beton dengan mutu K-175.

6.2. Bahan

- Campuran beton 1:3:5 - Adukan beton mutu K-175

- Besi beton dengan dimensi sesuai gambar 6.3. Pelaksanaan Pekerjaan


(35)

SYARAT KHUSUS SKh- 12 1. Lantai kerja dicor dengan adukan campuran 1 PC : 3 PS : 5 KR , tebalnya

sesuai gambar detail

2. Sebelum pengecoran beton tan bertulang (beton tumbuk) dilaksanakan, permukaan dibawah lapisan beton tumbuk harus dipadatkan, diratakan dan dibersihkan dari segala kotoran.

3. pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga membentuk lapisan beton padat, rata, sama tebalnya dengan ketetuan gambar rencana. 4. Pekerjaan beton pada kolom praktis (15/15), sloof praktis (15/15) dan

ring Balok praktis (15/15) harus dilakukan sesuai syarat pelaksanaan pekerjaan beton bertulang.

Pasal 7

PEKERJAAN BETON STRUKTURAL

7.1. Ruang Lingkup pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi standar keamanan yang telah ditetapkan.

2. Pekerjaan beton struktural hanya mencakup pekerjaan konstruksi yang merupakan bagian dari struktur utama dari bangunan, diantaranya : - Pembersihan lokasi yang akan dicor

- Penulangan besi beton

- Pemasangan bekisting dan stootwerk

- Pencoran beton dengan mutu yang telah ditentukan - Pengujian mutu beton yang dipakai

- Pemasangan clamp beton precast 7.2. Bahan

- Campuran beton mutu K-225

- Besi beton mutu U-24 dan U-39 sesuai gambar

7.3. Pelaksanaan Pekerjaan Beton

1. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan keadukan, kecuali bila diminta adanya perubahan dalam komposisi


(36)

SYARAT KHUSUS SKh- 13 maupun konsistensi. Semua agregat, semen, air, beratnya harus ditakar dengan seksama. Sebagai pedoman, pemborong harus tetap berpegang pada mutu beton K-225 yang dihasilkan dari Ready Mix atau sesuai dengan petunjuk Direksi.

2. pengujian. Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab IV.7 termasuk pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian tekanan. Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat slump, maka bagian/kelompok adukan tersebut tidak boleh dipakai. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan prosedur-prosedur dalam PBI 1971.

3. Selimut beton. Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk plesteran), adalah sebagai berikut: a. Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan

tanah sama dengan 3 cm.

b. Kolom dan ring balok sama dengan 2.5 cm

Pembesian

1. Sebelum beton di cor, tulang besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat lepas atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak dapat berubah atau bergeser pada waktu adukan ditumbuk-tumbuk atau dipadatkan.

2. dimensi tulangan besi beton harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam gambar. Besi dengan diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm dipergunakan mutu besi U-24 dan besi dengan diameter lebih besar dari atau sama dengan 13 dipergunakan mutu U-39. Jika besi beton tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas maka pemborong harus menggantinya sesuai dengan persyaratan.

Bekisting

1. Bekisting harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran yang merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair atau sudah padat. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah penumbukan-penumbukan untuk memedatkan


(37)

SYARAT KHUSUS SKh- 14 pengecoran tanpa merusak konstuksi. Semua ukuran bekisting harus tepat sesuai dengan gambar.

2. Steger cetakan dari kayu dolken atau kaso dan tidak diperkenankan memakai bambu. Apabila memungkinkan akan lebih baik dengan menggunakan steiger modul dari besi/alumunium (scafolding)

Pengecoran

1. Pemberitahuan Tentang pelaksanaan pengecoran. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari pekerjaan, Kontraktor harus memberitahu Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan, maka kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan /membongkar beton yang dicor, dengan biaya sendiri 2. Pengangkutan Beton. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus

diusahakan agar pengangkutannya ke tempat posisi terakhir sependekmungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.

3. Pengecoran. Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.

a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan/bekisting, baja tulangan beton, penyokong dan pengikatan serta permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus bersih dari air yang menggenang.

b. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dilanjutkan pengecoran beton baru, permukaan beton tersebut harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada sambungan pengecoran ini bisa dipakai perekat beton yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.

c. Perawatan. Untuk melindungi beton yang baru dicordari cahaya matahari, angin dan hujan, sampai beton itu mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan yang terlalu cepat, dilakukan


(38)

SYARAT KHUSUS SKh- 15 penyiraman terus menerus minimal selama 14 hari atau sesuai dengan persetujuan Direksi/ Pengawas Lapangan.

4. Pembongkaran cetakan. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai 1 kekuatan khusus yang cukup untuk memikul 2 kali bebat sendiri. Beton yang masih muda umumnya tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuang, permukaan beton harus diperiksa dengan hati-hati dan permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Direksi/Pengawas lapangan.

5. Perubahan Konstruksi beton. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Direksi mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat sebagai berikut:

a. Konstruksi beton yang keropos

b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk atau profil yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan yang ditunjukan dalam gambar

6. Pengambilan contoh (sampling). Setiap hari pengecoran harus diambil contoh uji (sampling) paling sedikit 3 buah kubus percobaan yang waktu pengambilannya sepenuhnya ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.

7. Pengetesan Kubus percobaan tersebut hanya boleh dilakukan di Lembaga-Lembaga Penelitian Bahan Bangunan resmi yang disetujui oleh Direksi/ Pengawas Lapangan.

PASAL 8

PEKERJAAN PASANGAN BATA

8.1 Persyaratan Umum.

8.1.1. Penyediaan bahan untuk pasangan bata.

8.1.2. Penyedian tempat yang akan didirikan dinding bata.

8.1.3. Melaksanakan pekerjaan pasangan bata untuk pembuatan dinding atau lainnya, satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan potongan.


(39)

SYARAT KHUSUS SKh- 16 8.2.1. Dinding pasangan bata merah 1/2 bata dibuat dengan adukan 1 pc : 4

psr.

8.2.2. Dinding pasangan bata merah sampai ketinggian 30 cm diatas lantai, dan didaerah basah (dinding kamar mandi, WC ) setinggi 100 cm diatas lantai, dipergunakan adukan trasraam 1 pc : 2 psr.

8.2.3. Dinding harus dipasang tegak lurus dan rata, setiap pasangan tidak boleh lebih tinggi dari 1.00 m, dan baru bisa dilanjutkan setelah betul-betul mengeras.

8.2.4. Adukan antara pasangan bata yang menonjol harus segera dikerok sedalam 1 cm sehingga terdapat alur yang rapih, sebelum pekerjaan plesteran dimulai.

8.2.5. Bata patah kurang dari setengah panjang tidak boleh dipergunakan.

8.2.6. Bata terlebih dahulu harus direndam hingga jenuh air sebelum dipasang.

8.2.7. Pada dinding 1/2 bata, ditempat-tempat tertentu sesuai dengan gambar kerja dan perhitungan beton, diberi kolom pengkaku ukuran 10x10 dengan adukan beton 1 pc : 2 psr. : 3 krl. Bila dalam gambar kerja tidak dinyatakan kolom pengkaku yang meliputi jarak seluas 12 m2, Pemborong wajib memasangnya dan minta persetujuan Direksi Pekerjaan.

8.2.8. Dinding tembok harus dibasahi terus menerus selama paling sedikit 7 (tujuh) hari setelah didirikan dan pada pemasangan dinding yang kena udara terbuka. Selama waktu-waktu hujan lebat harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas tembok dengan sesuatu dengan penutup yang ringan untuk perlindungan.


(40)

SYARAT KHUSUS SKh- 17 8.3.1 Bata Merah.

Bata merah terbuat dari tanah liat kualitas baik dan terpilih dengan pembakaran yang sempurna serta memenuhi syarat-syarat dalam NI 10/1964 (Normalisasi Bata Merah Indonesia). Ukuran Nominal bata adalah 5 x 11 x 22 cm, bersudut runcing dan rata tanpa cacat atau mengandung kotoran. Bata yang cacat atau yang pecah kurang dari 50 % ukuran asal tidak diperkenankan untuk dipakai. Sesuai dengan pasal 81 dari AV 1941, minimum daya tekan ultimite harus 80 kg/cm2.

8.3.2. Semen

Semen untuk pekerjaan adukan sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan beton.

8.3.3. Pasir.

Pasir pasang untuk pekerjaan adukan digunakan pasir beton.

8.3.4. Air.

Air yang digunakan untuk adukan sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan beton.

8.4 Persyaratan Pelaksanaan.

8.4.1. Kontraktor wajib melaksanakan pengukuran (uitzet) secara teliti dan sesuai dengan gambar, dimana dinding-dinding bangunan akan dipasang.

Pemasangan benang tidak boleh lebih dari 30 cm diatas pasangan dibawahnya.

8.4.2. Pada semua pasangan bata setengah batu satu sama lain harus terdapat pecahan separoh panjang, kecuali sesuai dengan peraturan (disudut).

Lapisan yang satu dengan lapisan dibawahnya harus berbeda setengah panjang bata.


(41)

SYARAT KHUSUS SKh- 18 Pada pasangan satu batu dan pasangan lebih tebal harus disusun

secara ikatan Vlaams dan sesuai dengan peraturan-peraturan seharusnya.

Pada tiap - tiap pertemuan tegak lurus terdapat ikatan pasangan yang sempurna, kecuali tiap-tiap pertemuan dimana ada tiang-tiang beton yang merupakan bingkai.

Semua pertemuan tegak lurus benar-benar harus bersudut 90 derajat.

8.4.3. Sebelum dimulai pemasangan batu bata harus direndam dahulu di dalam air selama setengah jam dan permukaan yang akan dipasang harus juga basah.

Tebal siar batu bata tidak boleh kurang dari 1 cm (10 mm) dan siarnya harus benar-benar rapat adukannya.

8.4.4. Dalam satu pasangan tidak boleh tinggi dari 1 meter, dan pengakhirannya pasangan satu hari tersebut harus dibuat bertangga menurun dan tidak bergigi untuk mengindari retak dikemudian hari.

8.4.5. Semua pasangan batu, harus dijaga jangan sampai terkena sinar matahari langsung dan kontraktor berkewajiban menyediakan karung-karung basah yang digunakan untuk menutup pasangan tersebut.

8.4.6. Sebagai persiapan untuk plesteran, maka siarnya harus dikorek sedalam 1 cm sehingga adukannya akan cukup mengikat plesteran yang akan dipasang.

8.4.7. Bila mana didalam pasangan ternyata terdapat batu bata yang cacat atau tidak sempurna, maka ini harus diganti dengan baik, atas biaya Kontraktor.

8.4.8. Ditempat yang terdapat pintu, jendela, lubang ventilasi lain-lain dengan kusen kayu, pasangan bata hendaknya ditinggalkan sampai rangka kusen selesai dan dipasang ditempat yang tepat.

Semua rangka kayu / kusen harus dipasang terlebih dahulu untuk melanjutkan pekerjaan pasangan. Semua siar rangka kayu / kusen


(42)

SYARAT KHUSUS SKh- 19 harus diisi dengan adukan sekurang-kurangnya tebal 1 cm (adukan sesuai dengan tujuannya atau dengan tambahan plasticiser).

8.4.9. Lubang untuk alat-alat listrik, pipa-pipa dan lain-lain.

a. Tempat yang harus dibuat lubang akan dipersiapkan dulu dengan menyumbat memakai potongan pipa paralon untuk diameter besar atau bambu untuk diameter kecil.

b. Dimana diperlukan pasangan pipa dan atau alat-alat yang ditanam dalam dinding, maka harus dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester).

c. Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh bidang tembok.

8.4.10. Sambungan dinding bata dengan beton, baik pada arah vertikal maupun arah horizontal harus dengan angkur besi beton dia. 6 mm sepanjang 40 cm dipasang setiap 30 cm dan masuk ke dalam bata sedalam 25 cm.

Bila angkur belum disiapkan dalam beton yang sudah jadi, digunakan besi strip 25 x 3 mm sepanjang 36 cm dipasang dengan ramset pada beton setiap 50 cm dengan besi yang masuk ke bata sepanjang 30 cm.

PASAL 9

PEKERJAAN PLESTERAN 9.1 Persyaratan Umum.

Lingkup pekerjaan ini adalah meliputi penyediaan bahan plesteran, penyiapan dinding / tempat yang akan diplester, satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.

9.2 Persyaratan.

Persiapan dinding yang akan diplester :

9.2.1. Semua siar dipermukaan dinding batu bata hendaknya dikorek sedalam lebih kurang 10 mm, sebelum diplester.


(43)

SYARAT KHUSUS SKh- 20 9.2.2. Permukaan dinding beton yang akan diplester harus dikerik (dibuat

kasar) agar bahan plesterannya dapat merekat.

9.3 Material.

Bahan - bahan yang harus disediakan antara lain :

9.3.1. Semen.

Sesuai dengan persyaratan yang diuraikan dalam pekerjaan beton. 9.3.2. Pasir.

Sesuai dengan persyaratan yang diuraikan dalam pekerjaan beton. 9.3.3. Air.

Sesuai dengan persyaratan yang diuraikan dalam pekerjaan beton.

9.4 Pelaksanaan.

Pelaksanaan pekerjaan ini antara lain harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

9.4.1. Sudut-sudut plesteran.

Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam pekerjaan plesteran harus dilaksanakan secara sempurna, tegak dan siku.

Sudut luar hendaknya dibuat agak bulat.

9.4.2 Perbaikan Bidang Plesteran.

Bilamana terdapat bidang plesteran yang bergelombang harus diusahakan memperbaikinya secara keseluruhan.

Bagian-bagian yang harus diperbaiki hendaknya dibobok secara teratur (dibuat bobokan yang bentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.

9.4.3. Adukan Plesteran Biasa (1 semen : 4 pasir).

Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau dengan tangan sesuai persyaratan Direksi Pekerjaan dan Kontraktor akan mendapatkan kesempatan untuk menggunakan bahan kimia tambahan yang diperlukan.


(44)

SYARAT KHUSUS SKh- 21 9.4.4. Adukan Kedap Air ( 1 semen : 3 pasir).

a. Plesteran yang dimaksud adalah terdiri dari semen portland satu bagian volume dan pasir tiga bagian volume.

b. Pelaksanaan dikerjakan seperti plesteran biasa, terdiri dari 2 (dua) kali melapis sampai setebal 2 cm.

9.4.5. Untuk dapat mencapai tebal yang rata pada suatu plesteran, sebaiknya diadakan pemeriksaan silang.

Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan menggunakan garisan panjang yang digerakkan secara vertikal (silang). Biasanya plesteran akan mencapai antara 12 mm dan 18 mm tergantung dari batu bata yang dipergunakan, yang juga menentukan ratanya permukaan dinding yang belum diplester.

Tebal 12 mm dan 18 mm, hendaknya dicapai dalam 2 (dua) kali pekerjaan.

Lapisan pertama setebal 10 - 12 mm merupakan lapisan dengan permukaan kasar (juga dicek secara silang).

Kemudian lapisan kedua plesteran untuk mencapai bidang yang lebih rata dengan mengerjakan yang lebih teliti dan kemudian baru dilakukan pengacian.

Akhirnya akan ditemukan lapisan plesteran yang tebalnya lebih kurang 18 mm.

Bidang beton yang terlihat bilamana harus dilapis dengan plesteran, maka tebalnya akan mencapai lebih kurang 12 mm.

9.4.6. Bata dalam tanah harus diplester basah satu lapis dengan mortar 1 semen : 3 pasir sampai ketebalan 1,5 cm.

Hal ini dimaksudkan agar bata tidak rusak oleh umur.

1. PASAL 10

PEKERJAAN DINDING

10.1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi standar mutu baik.


(45)

SYARAT KHUSUS SKh- 22 2) Pekerjaan dinding ini meliputi beberapa pekerjaan diantaranya :

- Pekerjaan pemasangan batu bata dengan adukan 1PC : 4 Psr . - Plesteran 1 PC : 4 Psr.

- Acian dengan semen. - Pasangan dinding partisi

10.2. BAHAN

1) Bata merah harus memenuhi standar konstruksi dan bangunan SNI.03-6378-2000

2) Semen portland harus memenuhi standar NI-8 3) Pasir harus memenuhi standar NI-3 pasal 14 ayat 2 4) Air harus memenuhi NI-3 pasal 10

5) Adukan plesteran :

a. Campuran 1Pc:2Ps dipakai untuk plesteran rapat air b. Campuran 1Pc:5Ps dipakai untuk plesteran biasa

c. Semua permukaan plesteran difinishing memakai bahan dari PC ( di aci )

6) Kelengkapan pemasangan dinding partisi

10.3 PELAKSANAAN PEKERJAAN

1) Pasangan dinding bata harus lurus, tegak, rata dalam lapisan-lapisan sejajar dan waterpass. Tidak satupun bata yang dipakai berukuran kurang dari 10 cm kecuali dikehendaki ukuran yang lebih banyak. Sebelum dipasang batu bata harus disiram air terlebih dahulu.

2) Sebelum dipasang, batu bata harus dicelup air hingga jenuh terutama jika pengerjaannya dimusim kemarau, dengan maksud agar pengeringan pasangan tidak terlalu cepat sehingga dapat terjadi ikatan yang sempurna antara bata dengan adukan. Siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm, sehingga terdapat alur yang rapi sebelum pekerjaan plesteran dimulai.

3) Dalam satu hari pengerjaan pasangan dinding tidak boleh melebihi ketinggian 1 meter. Pekerjaan baru boleh diteruskan setelah pasangan sebelumnya betul-betul mengeras. Untuk setiap bidang dinding bata yang luasnya lebih dari 12 m2 harus diberi rangka penguat dari beton tulangan praktis dan tempat dimana angker-angker kosen berada harus dicor 1 PC : 2 PS : 3 Kr sebagai ikatan.


(46)

SYARAT KHUSUS SKh- 23 4) Pemasangan dinding partisi double gypsum Pekerjaan yang dimaksud

meliputi pekerjaan pembuatan dan pemasangan dinding partisi lengkap seperti tercantum dalam gambar kerja.

Persyaratan bahan : a. Rangka partisi

Rangka Hallow 4x4 cm dan 2x4 cm , bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar kerja. harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam pasal pekerjaan kayu

b. Panel partisi

Panel : Gypsum board 2 (dua ) sisi, 120 x 240 mm tebal masing-masing 9 mm. Tipe / produk standar JAYA BOARD atau setara. Persyaratan bahan harus memenuhi spesifikasi pabrik. Finishing dicat

5) Semua keperluan pekerjaan listrik, pemipaan, dll yang berkaitan dengan pekerjaan pasangan bata harus dipersiapkan sesuai dengan gambar dan semua dinding bata harus difinish dengan plesteran, kecuali disebutkan lain dalam gambar.

2. PASAL 11

PEKERJAAN LANTAI

11.1 RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi standar mutu baik.

2) Pekerjaan lantai ini meliputi beberapa pekerjaan diantaranya : - Pembersihan area lantai

- Levelling tanah/pasir untuk lantai dasar. - Pembuatan lantai kerja

- Pemasangan lantai keramik dan plint dengan adukan perekat keramik 1PC : 4 Psr dan Adukan Lemkra untuk lantai keramik KM/WC ( Toilet ).

a. Pasangan Keramik polos 30/30

- Pengisian nat lantai keramik dengan PC warna.

-

Pembersihan akhir.

11.2. BAHAN

Bahan untuk lantai diharuskan memakai standar konstruksi dan bangunan No. SNI. 03 – 1978-1990.


(47)

SYARAT KHUSUS SKh- 24 1) Lantai keramik yang digunakan

a. Jenis : Ceramic tile

b. Finishing permukaan : ditentukan kemudian oleh direksi c. Ketebalan : Minimum 12 mm

d. Bahan pengisi siar : Grout semen berwarna

e. Bahan perekat : Adukan spesi 1 Pc : 4 Ps dan Lemkra ( Untuk Lantai KM/WC )

f. Merek/Warna / textur : ditentukan kemudian oleh direksi dengan pengajuan oleh kontraktor

g. Daya serap : 1 %

h. Kekerasan : Minimum 6 dkala Mohs i. Kekuatan tekan : Minimum 900 kg/m2 j. Daya tahan lengkung : Minimum 350 kg/cm2

k. Mutu : Tingkat 1 (satu), Extruded Single Firing l. Chemical resistenace : Konsisten terhadap PVBB 1970 (NI-3)

pasal 33 D ayat 17 – 23

2) Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM, peraturan-peraturan keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.

3) Semen Portland, pasir dan air harus memenuhi NI-8, NI-2 dan ASTM.

4) Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Pekerjaan.

11.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing pola keramik dengan berpatokan pada gambar perencanaan.

b. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.

c. Adukan pasangan / pengikat dengan adukan campuran 1 PC : 4 Ps pasang dan ditambah bahan perekat seperti yang diisyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan ditambah bahan perekat.

d. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung alkali) sampai jenuh.

e. Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan di daerah basah dan teras sesuai gambar perencanaan.


(1)

Direksi Pekerjaan bahwa permukaan akhir yang melalui sambungan tersebut dapat

diperoleh dalam batas toleransi yang bersangkutan. Alat pembentukan harus meliputi sebuah pelat vibrasi horizontal dengan lebar sekurang-kurangnya 300 mm melintasi garis sambungan, atau alat yang sejenis, untuk menjamin bahwa beton sepenuhnya dipadatkan kembali pada tempatnya, dan menggunakan sebuah batang perata yang cukup lebar untuk menjamin permukaan akhir akan memuaskan. Bila alur-alur yang dibentuk lebih lebar dari 12 mm, maka cara pembentukan yang dipakai adalah dengan menyisihkan dari pelat volume beton yang perlu dipindahkan untuk membentuk alur tersebut. Alat pembentuk tidak boleh dipasang pada mesin penghampar beton beracuan geser, jika mesin tersebut harus berhenti untuk membentuk sambungan tersebut. Jika timbul tonjolan-tonjolan kasar pada waktu alur-alur dibuat, maka bagian-bagian tersebut harus digerinda untuk membentuk suatu radius kira-kira 6 mm atau suatu pembulatan sudut tepi pelat selebar kira-kira 6 mm.

Bila perkerasan dikonstruksi selebar dua atau tiga jalur dalam satu operasi, maka

sambungan atau sambungan-sambungan membujur dapat dibentuk dengan menyisipkan di depan batang perata alat pelapis beton, suatu batang tipis yang dibentuk sebelumnya yang disetujui dari suatu alat penyalur yang diperlengkapi alat pemadat bervibrasi.

Batang tipis tersebut harus cukup kaku untuk memungkinkan batang tersebut ditempatkan secara vertikal dan cukup dalam sehingga kedalaman total batang tipis dan crack inducer akan berada antara seperempat dan sepertiga ketebalan pelat yang bersangkutan. Cara penempatan batang tipis tersebut harus menjamin bahwa letaknya vertikal, sesuai dengan alinyemen yang benar, pada kedalaman yang cukup untuk memungkinkan dilintasi oleh balok finishing atau mesin pengalur beton plastis, dan dalam posisi yang benar. Beton yang dipindahkan oleh batang tipis tersebut harus dipadatkan dengan layak ke dalam pelat dalam batas toleransi-toleransi permukaan yang diizinkan. Bila pelat-pelat tepinya berbatasan, maka suatu batang tipis yang dibentuk sebelumnya yang disetujui harus dipasang pada tepi pelat beton yang telah mengeras membentuk sambungan membujur.


(2)

Bila perkerasan dari bahan lentur dan pelat beton berbatasan dalam arah membujur pada elevasi permukaan jalan, maka suatu alur selebar 10 mm dan sedalam 20 sampai 25 mm harus dibentuk atau digergaji, kemudian ditutup dengan menuang suatu bahan segel yang cocok untuk kedua perkerasan tersebut.

g) Penutup Alur

Sebelum lalu lintas diperkenankan mempergunakan perkerasan jalan dan sebelum penutupan permanen, alur-alur harus dibersihkan dari setiap kotoran atau bahan lepas dan harus dilindungi dengan memasukkan suatu kepingan penutup sementara sebagaimana disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sebagai alternatif dalam hal sambungan dibentuk dimana suatu bahan pengisi sementara atau pembentuk digunakan, maka bahan tersebut dapat dibiarkan pada posisinya sampai sambungan-sambungan siap untuk penyegelan permanen.

Penutupan permanen sambungan-sambungan harus dilaksanakan dalam waktu 28 hari sejak pengecoran beton. Segera sebelum penutupan permanen, sambungan harus dibersihkan dari segala kotoran, bahan lepas, penutupan sementara atau bahan pengisi lainnya harus dibuang.

Sisi-sisi dari bagian alur yang akan ditutup harus dikikis/dirapikan dengan gerinda, gergaji atau semprotan pasir kering (dry sand blasting). Alur tersebut harus didempul sementara sebelum penyemprotan pasir. Sebagai tambahan atau untuk membuang senyawa penyegel yang lama, pancaran air bertekanan tinggi atau penyemprotan air dan pasir dapat digunakan. Permukaan-permukaan alur tersebut harus kering pada waktu penyegelan. Ketebalan minimum segel-segel harus sesuai dengan rincian-rincian dalam gambar. Jika dalamnya alur melampaui ketebalan penutup, alur tersebut dapat diisi sampai kedalaman yang disyaratkan dengan suatu bahan pengisi yang dapat dipadatkan dari jenis yang tidak mempengaruhi dan tidak dipengaruhi oleh senyawa pengisi yang akan digunakan. Setiap tepi-tepi alur-alur tersebut yang pecah harus diperbaiki sehingga memuaskan Direksi Pekerjaan dengan menggunakan suatu bahan yang disetujui, yang cocok dengan bahan penutup, sebelum bahan penutup tersebut digunakan.

Alur-alur yang dipersiapkan kemudian harus diberi lapisan awal dan ditutup dengan bahan bahan yang dituangkan. Bahan pengisi yang harus dituang


(3)

thermostat atau termometer serta dilengkapi dengan sebuah pengaduk sampai suatu temperatur tidak lebih tinggi dari temperatur pemanasan yang aman yang disarankan oleh pabrik pembuat yang bersangkutan. Bahan pengisi ini tidak boleh dipanaskan pada temperatur tersebut untuk suatu perioda waktu lebih lama dari waktu pemanasan yang aman yang dinyatakan oleh pabrik pembuatnya. Alat pemanas / pencampur harus dibersihkan setiap akhir hari kerja dan setiap bahan yang telah dipanaskan dan tidak dipakai harus dibuang. Bahan pengisi harus dituang sampai pada suatu permukaan antara 3 mm dan 6 mm di bawah permukaan beton yang bersangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam kontrak.

h) Perawatan Bak Kontrol dan Selokan

Tutup-tutup dan bak kontrol, selokan/saluran dan rangka-rangkanya harus dipisahkan dari pelat perkerasan utama dan merupakan pelat tersendiri. Pelat-pelat tersebut harus lebih besar dari bagian luar lubang bak kontrol ditambah suatu beton yang mengelilinginya yang kurang dari 150 mm di bawah dasar perkerasan jalan beton.

Posisi dari bak kontrol, selokan dan sambungan-sambungan pada perkerasan jalan beton harus disesuaikan relatif satu sama lainnya sedemikian rupa sehingga pelat-pelat bak control dan selokan harus berdampingan dengan suatu sambungan, atau tepi dari pelat perkerasan, atau kalau tidak terletak dalam batas tengah-tengah pelat. Bila ini tidak mungkin, maka tulangan khusus harus ditempatkan di sekeliling ceruk (recess) selokan atau bak kontrol.

Ceruk-ceruk bak kontrol dan selokan harus dibuat bersamaan dengan pengecoran pelat utama terhadap kotak acuan. Tepi-tepi kotak harus vertikal dan mengikuti elevasi dan ketebalan pelat. Acuan tersebut harus dibongkar bila beton di sekeliling tutup bak kontrol atau selokan akan dicor. Bahan pengisi sambungan setebal 20 mm harus dipasang pada celah tepi pelat yang terbuka, bila lebar celah kurang dari yang dipersyaratkan maka harus dilebarkan dan digergaji setelah beton tersebut mengeras.

Suatu alur penutup harus dibuat langsung di atas bahan pengisi sambungan pra-bentuk dan ditutup.


(4)

Bila digunakan dowel (batang baja polos), maka harus dipasang sejajar dengan permukaan dan garis sumbu perkerasan beton, dengan memakai pengikat/penahan logam yang dibiarkan terpendam dalam perkerasan. Ujung dowel harus dipotong agar permukaannya rata dan berbentuk bulat. Setengah dowel harus dicat, dilapisi aspal, pelumas atau dibungkus plastik tipis atau sesuai yang tertera pada Gambar, agar bagian tersebut tidak ada lekatan dengan beton. Pada sambungan ekspansi harus dipasang selubung dowel dari logam yang disetujui Direksi Pekerjaan, harus dipasang pada setiap batang dowel. Penutup itu harus berukuran sesuai dengan diameter dowel dan bagian ujung yang tertutup harus tahan air dan tersedia ruang untuk menampung pemuaian/penyusutan.

Pada sambungan kontraksi, batang dowel bísa diletakkan dalam seluruh ketebalan perkerasan dengan alat mekanik yang disetujui Direksi Pekerjaan. j) Menutup Sambungan (sealing joint)

Celah sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan (curing) beton, harus sudah selesai dikerjakan pada rentang waktu 7 hari – 14 hari dan sebelum jalan terbuka untuk lalu lintas, termasuk kendaraan Penyedia Jasa. Sebelum ditutup, setiap sambungan harus dibersihkan dari material yang tidak dikehendaki, termasuk bahan perawatan (membrane curing compound) dan permukaan sambungan harus bersih dan kering ketika diisi dengan material penutup.

Material penutup (joint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan harus sesuai dengan yang tertera pada Gambar atau perintah Direksi Pekerjaan.

Bila digunakan material penutup yang harus dipanaskan, selama pemanasan material harus dicegah pemanasan yang berlebihan dan pemanasan yang tidak merata. Waktu dituangkan, harus dicegah material tumpah pada permukaan beton yang terbuka. Kelebihan material pada permukaan beton harus segera díbersihkan. Penggunaan pasir atau material lain sebagai pelindung material penutup tidak diperbolehkan.

Bila digunakan material penutup fleksibel berbentuk pita yang terkompres, celah harus dibersihkan dan material dalam keadaan terkompres harus disisipkan pada elevasi 2 mm dari permukaan pelat beton.


(5)

6.4 PENGENDALIAN MUTU

1) Umum

Penyedia Jasa harus bertanggung jawab penuh untuk menjamin bahwa kualitas beton memenuhi Spesifikasi dan tanggung jawab ini tidak dapat dihilangkan dengan pengujian yang telah dilaksanakan dan disetujui Direksi Pekerjaan.

2) Pengujian untuk Sifat Kemudahan Pengerjaan

Satu atau lebih pengujian „Slump‟ sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan untuk setiap takaran beton yang dihasilkan, dan pengujian tersebut tidak akan dianggap telah dilaksanakan kecuali telah disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakil–wakilnya.

3) Pengujian Kekuatan

Penyedia Jasa harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kekuatan untuk setiap 20 meter kubik atau sebagian dari padanya dan beton yang dicor. Setiap pengujian harus termasuk pembuatan tiga contoh yang identik untuk diuji pada umur 3, 7, dan 28 hari. Tetapi bila jumlah beton yang direncanakan untuk dicor dalam satu hari memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh-contoh harus diambil dari 5 takaran yang dipilih secara sembarangan. Contoh pertama dari contoh-contoh ini harus diuji pada umur 3 hari disusul pengujian lebih lanjut pada

umur 7 dan 28 hari. 4) Pengujian Tambahan

Penyedia Jasa harus melaksanakan suatu pengujian tambahan yang mungkin diperlukan untuk menetapkan kualitas bahan-bahan, campuran atau pekerjaan beton yang telah selesai, sebagaimana diarahkan oleh Direksi Teknis. Pengujian tambahan ini dapat meliputi :

a) Pengujian yang bersifat tidak merusak dengan menggunakan sclerometer atau alat penguji lainnya.

b) Pengambilan dan pengujian inti beton.

c) Pengujian lain semacam itu sebagaimana ditetapkan Direksi Pekerjaan.


(6)

Pasal 17

PENYELESAIAN PEKERJAAN

Sebelum penyerahan pertama yang direncanakan, Kontraktor harus meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki. Pada waktu penyerahan pekerjaan, seluruh bangunan dan halaman harus sudah selesai dibersihkan dari segala macam sampah dan kotoran.

Pasal 18 PENUTUP

18.1. Untuk keperluan yang harus diselesaikan oleh Kontraktor dan tidak tercantum dalam bestek, pelaksanaannya dapat dilakukan atas dasar petunjuk Direksi.

18.2. Meskipun dalam bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan tidak dinyatakan kata-kata harus disediakan oleh Kontraktor tetapi disebutkan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan ini, perkataan tersebut di atas tetap dianggap ada dimuat dalam bestek.

18.3. Pekerjaan-pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan, tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam bestek ini dan diselenggarakan serta diselesaikan oleh Kontraktor harus dianggap seakan-akan pekerjaan ini diuraikan dan dimuat dalam bestek untuk menuju penyerahan selesainya yang lengkap dan sempurna.