3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah selada hidroponik yang diambil di Papa Mama farm Jl. Kol. Sugiono No. 16 Medan dan selada non – hidroponik yang
diambil di Pusat Pasar Medan dengan metode pengambilan sampel secara purposif. Metode pengambilan sampel secara purposif ini ditentukan atas dasar
pertimbangan bahwa sampel yang tidak terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang diteliti dan dianggap sebagai sampel yang representatif
Sudjana, 2005.
3.5.2 Penyiapan Bahan
Selada hidroponik dan selada non – hidroponik ditimbang sebanyak ±1 kg, dicuci bersih, ditiriskan, dirajang, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan
kemudian dihaluskan dengan blender.
3.5.3 Proses Destruksi Kering
Sampel segar yang telah dihaluskan masing – masing ditimbang sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam krus porselen, diarangkan diatas hot plate lalu
diabukan di tanur dengan temperatur awal 100
o
C dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500
o
C dengan interval 25
o
C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 20 jam dan dibiarkan dingin lalu dipindahkan ke desikator. Abu
dibasahi dengan 10 tetes akuabides dan ditambahkan 3-4 ml HNO
3
1:1 secara hati-hati. Kemudian kelebihan HNO
3
diuapkan pada hot plate dengan suhu 100- 120
o
C sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dan diabukan selama 1 jam dengan suhu 500
o
C, kemudian didinginkan Helrich,
1990. Bagan alir proses destruksi kering dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 48.
3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel
Abu hasil destruksi yang telah dingin dilarutkan dengan 10 ml HNO
3
1:1 hingga diperoleh larutan bening lalu dituangkan ke dalam labu tentukur 100 ml,
sisa pada krus porselen dibilas 3 kali dengan akuabides, dituangkan ke dalam labu tentukur, kemudian larutan dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga 100
ml dan disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat pertama dibuang sebanyak 5 ml untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya
ditampung dalam botol. Filtrat ini digunakan sebagai larutan sampel untuk analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Bagan alir proses pembuatan larutan sampel
dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 49.
3.5.5 Analisa Kualitatif 3.5.5.1 Kalium
3.5.5.1.1 Uji kristal Kalium dengan Asam Pikrat
Larutan sampel diteteskan 1-2 tetes pada object glass, kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop.
Jika terdapat ion kalium, akan terlihat kristal berbentuk jarum besar.
3.5.5.1.2 Uji Nyala NiCr
Dicelupkan kawat nikel-krom yang bersih kedalam sampel. Kemudian dibakar dinyala bunsen. Jika terdapat unsur kalium maka nyala akan berwarna
lembayung Vogel, 1979.
3.5.5.2 Natrium 3.5.5.2.1 Uji Kristal Natrium dengan Asam Pikrat
Larutan sampel diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop.
Jika terdapat ion natrium, akan terlihat kristal berbentuk jarum halus. 3.5.5.2.2 Uji Nyala NiCr
Dicelupkan kawat nikel-krom yang bersih kedalam sampel. Kemudian dibakar dinyala bunsen. Jika terdapat unsur natrium maka nyala akan berwarna
kuning keemasan Vogel, 1979. 3.5.5.3 Magnesium
3.5.5.3.1 Uji dengan Larutan Kuning Titan 0,1 bv
Kedalam tabung reaksi dimasukkan ± 5 tetes larutan sampel, lalu ditambahkan ± 20 tetes NaOH 2 N dan 3 tetes kuning titan. Terbentuk endapan
merah untuk ion magnesium. 3.5.6 Analisa Kuantitatif
3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium
Larutan baku kalium 1000 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
akuabides konsentrasi 10 mcgml larutan induk baku II. Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet Larutan
Induk Baku II sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml, dilarutkan dalam labu 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquabides sehingga
didapatkan konsentrasi berturut-turut 0,5 mcgml; 1,00 mcgml; 2,00 mcgml;
3,00 mcgml; 4,00 mcgml dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara asetilen Haswell, 1991.
3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium
Larutan baku natrium 1000 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
akuabides konsentrasi 10 mcgml larutan induk baku II. Larutan induk baku III dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak 25 ml, dimasukkan ke
dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan aquabides hingga garis tanda konsentrasi 2,5 mcgml.
Larutan kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet Larutan induk baku III sebanyak 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml, masing-masing dimasukkan
ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan akuabides sehingga konsentrasi berturut-turut 0,2 mcgml; 0,3 mcgml; 0,4
mcgml; 0,5 mcgml; 0,6 mcgml diukur pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara asetilen Haswell, 1991.
3.5.6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium
Larutan baku magnesium 1000 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda
dengan akuabides konsentrasi 10 mcgml larutan induk baku II. Larutan induk baku III dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak 10 ml,
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan aquabides hingga garis tanda konsentrasi 2 mcgml.
Larutan kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet larutan induk baku III sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 7,5 ml, 10 ml, 12,5 ml, masing-masing
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides sehingga didapat konsentrasi 0,1 mcgml; 0,2 mcgml; 0,3
mcgml; 0,4 mcgml dan 0,5 mcgml diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan tipe nyala udara-asetilen Haswell, 1991.
3.5.6.4 Penetapan Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel 3.5.6.4.1 Penetapan Kadar Kalium
Larutan sampel selada hidroponik dan selada non - hidroponik hasil destruksi dipipet sebanyak 0,3 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan
dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda Faktor pengenceran = 1000,3.Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar kalium dilakukan pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-
asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan
berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
3.5.6.4.2 Penetapan Kadar Natrium
Larutan sampel selada hidroponik dan selada non – hidroponik hasil destruksi dipipet sebanyak 0,4 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan
dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda Faktor pengenceran = 1000,4. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar natrium dilakukan pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-
asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva
kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel ditentukan
berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.5.6.4.3 Penetapan Kadar Magnesium
Larutan sampel selada hidroponik dan selada non – hidroponik hasil destruksi dipipet sebanyak 0,3 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan
dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda Faktor pengenceran = 1000,3. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar magnesium dilakukan pada panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala
udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel
ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
3.5.6.5 Perhitungan Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel
Kadar kalium, natrium dan magnesium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Kadar mcgml =
W CxVxFp
Keterangan: C = Konsentrasi logam dalam larutan sampel mcgml V = Volume larutan sampel ml
F
p
= Faktor pengenceran W = Berat sampel gram
3.5.7 Analisis Data Secara Statistik 3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan
Kadar kalium, natrium dan magnesium yang diperoleh dari hasil
pengukuran masing-masing larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q.
Q = Nr
Nt Nd
Nc −
−
Keterangan: Nc = Nilai yang dicurigai Nd = Nilai yang terdekat
Nt = Nilai tertinggi
Nr = Nilai terendah Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada
Tabel 3.1, apabila QQ
kritis
maka data tersebut ditolak Rohman dan Gandjar, 2007.
Tabel 3.1 Nilai Q
kritis
pada Taraf Kepercayaan 95
Banyak data Nilai Q
kritis
4 0,831
5 0,717
6 0,621
7 0,570
8 0,524
Menurut Sudjana 2005, Untuk mengetahui data diterima atau ditolak maka standar deviasi dari larutan sampel dihitung terlebih dahulu dengan rumus:
SD =
1 -
n X
- Xi
2
∑
Keterangan: Xi = Kadar sampel
−
X = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah pengulangan
Untuk menentukan kadar kalium, natrium dan magnesium di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95,
α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus Wibisono, 2005, Tabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 23
halaman 98: μ = X ± t ½ α s√n
Keterangan: µ = interval kepercayaan
X = kadar rata-rata sampel
t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
α = tingkat kepercayaan
s = standar deviasi
n = jumlah perlakuan
3.5.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel
Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi
σ tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama
σ
1
= σ
2
atau berbeda σ
1
≠ σ
2
dengan menggunakan rumus Sudjana, 2005, Tabel distribusi f dapat dilihat pada Lampiran 24 halaman 99:
F
o
=
2 2
2 1
S S
Keterangan: F
o
= Beda nilai yang dihitung S
1
= Standar deviasi sampel 1 S
2
= Standar deviasi sampel 2 Apabila dari hasilnya diperoleh F
o
tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus:
X
1
– X
2
t
o
= Sp
√1n
1
+ 1n
2
Keterangan: X
1
= kadar rata-rata sampel 1 X
2
= kadar rata-rata sampel 2 Sp
= Simpangan baku n
1
= Jumlah perlakuan sampel 1 n
2
= Jumlah perlakuan sampel 2 Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila t
o
yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya jika F
o
melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus:
X
1
– X
2
t
o
= √S
1 2
n
1
+ S
2 2
n
2
Keterangan: X
1
= kadar rata-rata sampel 1 X
2
= kadar rata-rata sampel 2 S
1
= Standar deviasi sampel 1 S
2
= Standar deviasi sampel 2 n
1
= Jumlah perlakuan sampel 1 n
2
= Jumlah perlakuan sampel 2
3.5.8 Validasi Metoda 3.5.8.1 Uji Perolehan Kembali