Studi Kandungan Mineral Kalium, Natrium, Magnesium Pada Selada (Lactuca sativa L.) Hidroponik Dan Non-Hidroponik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

(1)

STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM,

MAGNESIUM PADA SELADA ( Lactuca sativa L. )

HIDROPONIK DAN NON-HIDROPONIK SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH:

SONDANG NOVIN M. H. NIM 081524020

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM,

MAGNESIUM PADA SELADA ( Lactuca sativa L. )

HIDROPONIK DAN NON-HIDROPONIK SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SONDANG NOVIN M. H. NIM 081524020

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM,

MAGNESIUM PADA SELADA ( Lactuca sativa L. )

HIDROPONIK DAN NON-HIDROPONIK SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

SONDANG NOVIN M. H. NIM 081524020

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 12 Desember 2012

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt. Drs. Chairul Azhar D, M.Sc., Apt. NIP 195401101980032001 NIP 194907061980021001

Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 195401101980032001

Drs.Muchlisyam, M.Si., Apt. Drs. Immanuel Meliala, M.Si., Apt. NIP 195006221980021001 NIP 195001261983031002

Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 194811111976031003

Medan, 12 Deseember 2012 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul Studi Kandungan Mineral Kalium, Natrium, Magnesium pada Selada (Lactuca sativa L.) secara Spektrofotometri Serapan Atom.

Pada kesempatan ini, penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda M. Hutasoit, Ibunda A.S. Manik, dan Maktua Alm. Dra. Sudestri Manik, M.Si., serta saudaraku Wimelda, Alm. Chandra, dan Christinus atas segala doa, kasih sayang, dorongan moril dan materil kepada penulis selama ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi, beserta seluruh staf yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, serta penyediaan fasilitas dan membantu kelancaran pendidikan penulis selama perkuliahan sehingga selesai.

2. Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesabaran yang begitu besar dalam membimbing, memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.


(5)

3. Bapak/Ibu Pembantu Dekan, Bapak dan Ibu Staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

4. Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunte, M.Sc., Apt., Bapak Drs. Immanuel Meliala, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Rer. nat Effendy De Lux Putra, S.U., selaku Kepala Laboratorium Penelitian, dan Ibu Dra. Masfria, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan petunjuk dan fasilitas laboratorium selama penulis melakukan penelitian.

6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Farmasi khususnya STF 2008 atas dukungan, semangat dan persahabatan selama ini serta seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.

Medan, November 2012 Penulis,


(6)

STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM, MAGNESIUM PADA SELADA ( Lactuca sativa L. ) HIDROPONIK DAN NON-HIDROPONIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Selada merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan secara hidroponik. Metoda hidroponik merupakan metoda pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam, tetapi menggunakan air. Selada mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi bagi kebutuhan manusia yaitu seperti mineral kalium, natrium, magnesium, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Di dalam cairan ekstraselular kalium dan natrium merupakan kation penting yang berperan dalam keseimbangan pH dan osmolaritas. Sedangkan magnesium memegang peranan penting pada kontraksi otot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kandungan mineral kalium, natrium, dan magnesium pada selada (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik dan non - hidroponik.

Untuk mengetahui kadar mineral kalium, natrium dan magnesium pada selada yang diteliti dilakukan secara spektrofotometer serapan atom dengan nyala udara-asetilen pada panjang gelombang 766,5 nm untuk kalium, 589,0 nm untuk natrium, dan 285,2 nm untuk magnesium.

Hasil penelitian disimpulkan kadar kalium, natrium dan magnesium tertinggi dalam 100 gram selada terdapat pada selada hidroponik yaitu kalium (220,6776 ± 2,4720) mg, natrium (16,8790 ± 1,3756) mg dan magnesium (17,4239 ± 0,4924) mg.

Kata kunci: Selada (Lactuca sativa L.), Kalium (K), Natrium (Na), dan


(7)

A STUDY TO DETERMINE THE MINERAL’S CONTENTS OF POTASSIUM, SODIUM, MAGNESIUM IN HYDROPHONIC AND NON –

HYDROPHONIC LETTUCES (Lactuca sativa L.) BY USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Lettuce is one of the many cultivated plants in hydroponics. The method of hydroponics is cultivate method plants without the use of soil as a growing medium, but using water. The lettuce has a high mineral content to the needs of human beings is like minerals potassium, sodium, magnesium, calcium, phosphorus, iron, vitamin A, vitamin B, and vitamin C. In the extracellular fluid potassium and sodium is an essential cations play a role in pH balance and osmolarity. While magnesium plays an important role in muscle contraction. The purpose of this study was to determine levels of mineral content of potassium, sodium, and magnesium in lettuce (Lactuca sativa L.) grown in hydroponic and non - hydroponics.

To determine the mineral content of potassium, sodium and magnesium in lettuce under study conducted atomic absorption spectrophotometer with air-acetylene flame at a wavelength of 766.5 nm for potassium, sodium 589.0 nm and 285.2 nm for magnesium.

The results concluded potassium, sodium and magnesium in 100 grams of lettuce highest found in hydroponic lettuce is potassium (220.6776 ± 2.4720) mg, sodium (16.8790 ± 1.3756) mg and magnesium (17.4239 ± 0.4924) mg.

Keywords : Lettuce (Lactuca sativa L.), Potassium (K), Sodium (Na), and


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Selada ... 6

2.2 Hidroponik dan Non-Hidroponik ... 8

2.3 Mineral ... 11

2.3.1 Kalium ... 12


(9)

2.3.3 Magnesium ... 13

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom ... 13

2.4.1Teori Spektrofotometri Serapan Atom ... 13

2.4.2 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom ... 14

2.4.3 Gangguan Pada Spektrofotometer Serapan Atom 16 2.5 Validasi Metode Analisis ... 16

2.5.1 Kecermatan (accuracy) ... 17

2.5.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 17

2.5.3 Uji Keseksamaan (Presisi) ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Bahan-bahan ... 19

3.2.1 Sampel ... 19

3.2.2 Pereaksi ... 19

3.3 Alat-alat ... 20

3.4 Pembuatan Pereaksi ... 20

3.4.1 Larutan HNO3 (1:1) ... 20

3.4.2 Larutan Asam pikrat 1% b/v ... 20

3.4.3 Kuning Titan 0,1 % b/v ... 20

3.4.4 Natrium Hidroksida 2 N ... 20

3.5 Prosedur Penelitian ... 21

3.5.1 Pengambilan Sampel ... 21

3.5.2 Penyiapan Bahan ... 21


(10)

3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel ... 22

3.5.5 Analisa Kualitatif ... 22

3.5.5.1 Kalium ... 22

3.5.5.1.1 Uji Kristal Kalium dengan Asam Pikrat ... 22

3.5.5.1.2 Uji Nyala Ni/Cr ... 22

3.5.5.2 Natrium ... 23

3.5.5.2.1 Uji Kristal Natrium dengan Asam Pikrat ... 23

3.5.5.2.2 Uji Nyala Ni/Cr ... 23

3.5.5.3 Magnesium ... 23

3.5.5.3.1 Uji dengan Larutan Kuning Titan 0,1% b/v ... 23

3.5.6 Analisa Kuantitatif ... 23

3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium ... 23

3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium ... 24

3.5.6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium.. 24

3.5.6.4 Penetapan Kadar Kalium, Natrium, dan Magnesium dalam Sampel . ... 25

3.5.6.4.1 Penetapan Kadar Kalium ... 25

3.5.6.4.2 Penetapan Kadar Natrium ... 25

3.5.6.4.3 Penetapan Kadar Magnesium ... 26

3.5.6.5 Perhitungan Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel ... 26

3.5.7 Analisis Data secara Statistik ... 26


(11)

3.5.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar

Sampel... 28

3.5.8 Validasi Metoda... 29

3.5.8.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery)... 29

3.5.8.2 Penentuan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Kuantitasi (Limit of Quantitation) ... 30

3.5.8.3 Uji Keseksamaan (Presisi) ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Analisis Kualitatif ... 32

4.2 Analisis Kuantitatif ... 32

4.2.1 Kurva Kalibrasi Logam Kalium, Natrium dan Magnesium ... 33

4.2.2 Analisis Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium pada Selada Hidroponik dan Selada Non – Hidroponik ... 35

4.2.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium pada Selada Hidroponik dan Selada Non – Hidroponik ... 36

4.2.4 Validasi Metoda ... 37

4.2.4.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery)... 37

4.2.4.2 Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Kuantitasi (Limit of Quantitation) .... 38

4.5.4.3 Uji Keseksamaan (Presisi)... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Komposisi Gizi Sehat tiap 100 gram Selada ... 7 Tabel 3.1 Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% ... 27

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitatif Kalium, Natrium dan Magnesium

pada Sampel ... 32 Tabel 4.2 Hasil Analisis Kuantitatif Kalium, Natrium, dan Magnesium

pada Sampel ... 35 Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Beda Nilai Rata-Rata kadar Kalium,

Natrium dan Magnesium antar Sampel ... 36 Tabel 4.4 Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) kadar kalium,

natrium, dan magnesium ... 37 Tabel 4.5 Nilai Simpangan Baku (SD) dan Persen RSD ... 39


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Sistem Penanaman Secara Hidroponik ... 9

Gambar 2. Contoh Penanaman Menggunakan Greenhouse ... 9

Gambar 3. Metoda Penanaman Secara Hidroponik ... 10

Gambar 4. Metoda Penanaman Secara Non-Hidroponik ... 10

Gambar 5. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom ... 14

Gambar 6. Kurva Kalibrasi Kalium ... 33

Gambar 7. Kurva Kalibrasi Natrium ... 34


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Gambar Selada (Lactuca sativa L.) Hidroponik dan Non

– Hidroponik ... 43 Lampiran 2. Gambar Varietas Selada ... 44 Lampiran 3. Hasil Analisis Kualitatif Kalium, Natrium dan

Magnesium ... 46 Lampiran 4. Bagan Alir Proses Destruksi Kering ... 48 Lampiran 5. Bagan Alir Proses Pembuatan Larutan Sampel ... 49 Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar

Kalium, Natrium, dan Magnesium ... 50 Lampiran 7. Perhitungan Persamaan Garis Regresi (r) ... 52 Lampiran 8. Hasil Analisis Kadar Kalium, Natrium, dan Magnesium

dalam Sampel ... 55 Lampiran 9. Contoh Perhitungan Kadar Kalium, Natrium, dan

Magnesium dalam Selada Hidroponik dan Non –

Hidroponik ... 57 Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Kalium, Natrium, dan

Magnesium pada Selada Hidroponik ... 59 Lampiran 11. Perhitungan Statistik Kadar Kalium, Natrium, dan

Magnesium pada Selada Non – Hidroponik ... 65 Lampiran 12. Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi

(LOQ) Kalium, Natrium dan Magnesium ... 71 Lampiran 13. Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalium

antara Selada Hidroponik dan Non – Hidroponik ... 74 Lampiran 14. Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Natrium

antara Selada Hidroponik dan Non – Hidroponik ... 76 Lampiran 15. Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Magnesium


(15)

Lampiran 16. Hasil Uji Perolehan Kembali Kalium, Natrium dan

Magnesium Setelah Penambahan Larutan Standar ... 80

Lampiran 17. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kalium, Natrium, dan Magnesium dalam Sampel ... 82

Lampiran 18. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z2000 ... 85

Lampiran 19. Gambar Alat Tanur Stuart ... 85

Lampiran 20. Tabel Kandungan Gizi Selada/100 gram ... 86

Lampiran 21. Hasil Identifikasi Sampel ... 87

Lampiran 22. Hasil Print Out Kurva Kalibrasi Kalium, Natrium, dan Magnesium ... 89

Lampiran 23. Tabel Distribusi t ... 98

Lampiran 24. Tabel Distribusi F ... 99


(16)

STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM, MAGNESIUM PADA SELADA ( Lactuca sativa L. ) HIDROPONIK DAN NON-HIDROPONIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Selada merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan secara hidroponik. Metoda hidroponik merupakan metoda pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam, tetapi menggunakan air. Selada mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi bagi kebutuhan manusia yaitu seperti mineral kalium, natrium, magnesium, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Di dalam cairan ekstraselular kalium dan natrium merupakan kation penting yang berperan dalam keseimbangan pH dan osmolaritas. Sedangkan magnesium memegang peranan penting pada kontraksi otot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kandungan mineral kalium, natrium, dan magnesium pada selada (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik dan non - hidroponik.

Untuk mengetahui kadar mineral kalium, natrium dan magnesium pada selada yang diteliti dilakukan secara spektrofotometer serapan atom dengan nyala udara-asetilen pada panjang gelombang 766,5 nm untuk kalium, 589,0 nm untuk natrium, dan 285,2 nm untuk magnesium.

Hasil penelitian disimpulkan kadar kalium, natrium dan magnesium tertinggi dalam 100 gram selada terdapat pada selada hidroponik yaitu kalium (220,6776 ± 2,4720) mg, natrium (16,8790 ± 1,3756) mg dan magnesium (17,4239 ± 0,4924) mg.

Kata kunci: Selada (Lactuca sativa L.), Kalium (K), Natrium (Na), dan


(17)

A STUDY TO DETERMINE THE MINERAL’S CONTENTS OF POTASSIUM, SODIUM, MAGNESIUM IN HYDROPHONIC AND NON –

HYDROPHONIC LETTUCES (Lactuca sativa L.) BY USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Lettuce is one of the many cultivated plants in hydroponics. The method of hydroponics is cultivate method plants without the use of soil as a growing medium, but using water. The lettuce has a high mineral content to the needs of human beings is like minerals potassium, sodium, magnesium, calcium, phosphorus, iron, vitamin A, vitamin B, and vitamin C. In the extracellular fluid potassium and sodium is an essential cations play a role in pH balance and osmolarity. While magnesium plays an important role in muscle contraction. The purpose of this study was to determine levels of mineral content of potassium, sodium, and magnesium in lettuce (Lactuca sativa L.) grown in hydroponic and non - hydroponics.

To determine the mineral content of potassium, sodium and magnesium in lettuce under study conducted atomic absorption spectrophotometer with air-acetylene flame at a wavelength of 766.5 nm for potassium, sodium 589.0 nm and 285.2 nm for magnesium.

The results concluded potassium, sodium and magnesium in 100 grams of lettuce highest found in hydroponic lettuce is potassium (220.6776 ± 2.4720) mg, sodium (16.8790 ± 1.3756) mg and magnesium (17.4239 ± 0.4924) mg.

Keywords : Lettuce (Lactuca sativa L.), Potassium (K), Sodium (Na), and


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran yang sudah lama dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya. Salah satu alasan masyarakat mengkonsumsi sayuran selada yang akhir – akhir ini menunjukkan peningkatan karena selada mempunyai penampilan yang sangat menarik minat konsumen dengan warna hijau segar, dapat digunakan sebagai lalapan , mempunyai nilai tambah terhadap manfaat kesehatan yang mengandung gizi cukup tinggi terutama kandungan mineralnya dan sayuran tersebut mudah ditemukan dipasaran dengan harga yang terjangkau (Sastradihardja, 2011).

Selada merupakan tanaman yang dibudidayakan dengan bercocok tanam secara hidroponik dan non-hidroponik. Menanam selada secara non-hidroponik merupakan bercocok tanam yang sudah umum dilakukan pada pembudidayaan selada. Sedangkan hidroponik merupakan metoda bercocok tanam yang sudah lebih banyak digemari dan dibudidayakan. Hidroponik atau hydroponics, berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti kerja, sehingga metoda hidroponik dapat diartikan sebagai suatu metoda pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam, tetapi bercocok tanam dengan menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti arang sekam, pasir kali, kerikil maupun gabus putih dengan melarutkan unsur hara atau nutrien yang dibutuhkan tanaman dalam air, 2010).

Beberapa kelebihan yang menjadikan budidaya hidroponik lebih digemari dibanding dengan budidaya non – hidroponik adalah tidak memerlukan


(19)

pengelolaan tanah (lahan yang luas), sistem penanaman yang lebih terkontrol, penggunaan air lebih efisien dan pupuk yang bebas pestisida, tidak dipengaruhi oleh musim (hasil panen dapat diperoleh ± 2-3 bln), dan tingkat produktivitas serta kualitas cukup tinggi (Sastradihardja, 2011).

Selada memiliki beberapa varietas yang banyak dibudidayakan yaitu (Anonim a, 2010) :

1. Selada kepala (Lactuca sativa var. capitata L.) 2. Selada rapuh (Lactuca sativa var.longifolia L.) 3. Selada daun ( Lactuca sativa var.crispa L.) 4. Selada batang (Lactuca sativa var.asparagina L.).

Selada mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi bagi tubuh yaitu seperti mineral kalium, natrium, magnesium, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Kalium, Natrium dan Magnesium merupakan mineral yang sangat banyak dibutuhkan oleh tubuh karena termasuk dalam sumber unsur mineral makro (Almatsier, 2004).

Jumlah dari ke-3 kandungan mineral tersebut dalam 100 g selada adalah kalium 203 mg, natrium 15 mg, magnesium 6 mg (Almatsier, 2005). Mineral sebagai nutrisi berperan penting dalam fungsi tubuh manusia. Unsur mineral dibagi menjadi dua golongan, yaitu unsur mineral makro dan unsur mineral mikro. Mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme. Keseimbangan ion – ion mineral dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kerja enzim – enzim, pemeliharaan keseimbangan asam – basa, membantu mentransfer ikatan – ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharan kepekaan otot dan syaraf terhadap rangsangan (Barasi, 2009). Di dalam cairan ekstraselular kalium dan natrium


(20)

merupakan kation penting yang berperan dalam keseimbangan pH dan osmolaritas (Kartasapoetra, 2008), serta magnesium yang memegang peranan penting pada kontraksi otot, dapat mempertahankan tonus otot polos, dan berimplikasi terhadap kontrol tekanan darah. (Tjay, 2008).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk memeriksa kandungan mineral kalium, natrium, dan magnesium pada selada daun (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara Hidroponik dan Non – Hidroponik secara spektrofotometri serapan atom. Adapun Pemeriksaan Kuantitatif kandungan mineral pada selada dilakukan dengan menggunakan metoda Spektrofotometri Serapan Atom. Pemilihan metoda ini karena memiliki beberapa keuntungan antara lain kecepatan analisanya, ketelitiannya (Rohman dan Gandjar, 2007), bahan yang digunakan sedikit, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan dan dapat menentukan konsentrasi unsur dalam jumlah yang sangat rendah yaitu kurang dari 1 ppm (Khopkar, 1990).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan senagai berikut :

a. Berapakah kadar kalium, natrium, dan magnesium yang terkandung dalam selada (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik dan non – hidroponik ?

b. Apakah ada perbedaan kadar kandungan mineral kalium, natrium, dan magnesium pada selada (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik dan non – hidroponik ?


(21)

1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Selada (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik dan non – hidroponik memiliki kadar kalium, natrium dan magnesium dalam jumlah tertentu.

b. Terdapat perbedaan jumlah kadar kandungan mineral kalium, natrium, dan magnesium pada selada (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik dan non – hidroponik.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kadar kandungan mineral kalium, natrium, dan magnesium pada selada (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik dan non - hidroponik.

b. Untuk menentukan perbandingan beda jumlah kadar kandungan mineral kalium, natrium, dan magnesium pada selada (Lactuca sativa L.) hidroponik dan non – hidroponik.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pada sayuran selada daun (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik dan non – hidroponik mengandung unsur mineral makro sehingga dapat digunakan sebagai salah satu makanan tambahan dengan kandungan mineral yang cukup tinggi, terutama untuk asupan kalium yang baik bagi tubuh.


(22)

b. Bahwa pada penanaman selada secara hidroponik untuk larutan nutrisi (jumlah mineral) yang dibutuhkan dapat diatur dan dikontrol sesuai dengan kebutuhan tanaman.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Selada

Taksonomi tumbuhan selada : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Lactuca

Species : Lactuca sativa L.

Selada sudah dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat yang mengkonsumsi sayuran selada menunjukkan peningkatan karena selada memiliki penampilan yang sangat menarik minat konsumen dengan warna daun hijau segar, mengandung gizi yang cukup tinggi terutama kandungan mineralnya dan mudahnya sayuran ini ditemukan dipasaran dengan harga yang terjangkau. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika dan termasuk tanaman semusim yang banyak mengandung air. Sayuran ini biasa dikonsumsi sebagai lalap mentah dan dibuat salad (Sastradiharja, 2011).

Selada memiliki daun yang berwarna hijau segar, bergerigi, berombak dan sering dijadikan penghias hidangan. Sayuran ini mempunyai kandungan mineral


(24)

yang cukup tinggi termasuk seperti fosfor, zat besi, kalsium, kalium, natrium, magnesium, vitamin A, B dan C sehingga selada mempunyai khasiat terbaik dalam menjaga keseimbangan cairan elektrolit tubuh manusia (Anonim a, 2010). Manfaat Selada antara lain :

a. Baik untuk menu diet rendah kalori.

b. Sumber mineral lengkap untuk menjaga keseimbangan fisiologi tubuh. c. Menjaga kesehatan pencernaan, ginjal, mengurangi resiko tekanan darah

tinggi, dan daun selada juga dapat digunakan sebagai obat penenang untuk meredakan kegelisahan dan insomnia.

Komposisi gizi yang terkandung dalam tiap 100 gram selada dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Almatsier, 2005).

Tabel 2.1 Komposisi Gizi Selada tiap 100 gram

No. Komponen Nutrisi Jumlah

1 Air (g) 94,91

2 Energi (kal) 15

3 Protein (g) 1,2

4 Lemak (g) 18,10

5 Karbohidrat (g) 2,37

6 Serat (g) 1,7

7 Abu (g) 0,9

8 Ca (mg) 22

9 Fe (mg) 0,5

10 Mg (mg) 6

11 P (mg) 25

12 K (mg) 203

13 Na (mg) 15

14 Vitamin A (mg) 590

15 Vitamin B (mg) 10,04


(25)

Selada merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan secara hidroponik dan non-hidroponik. Adapun beberapa varietas selada yang banyak dibudidayakan yaitu (Anonim a, 2010). Gambar dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 44-45 :

5. Selada kepala (Lactuca sativa var. capitata L.) 6. Selada rapuh (Lactuca sativa var.longifolia L.) 7. Selada daun ( Lactuca sativa var.crispa L.) 8. Selada batang (Lactuca sativa var.asparagina L.)

2.2 Hidroponik dan Non-Hidroponik

Hidup sehat dengan cara kembali ke alam sedang menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat. Kecenderungan konsumen dalam memilih hasil produksi tanaman dan makanan di kota-kota besar adalah mencari produk dengan nilai tambah terhadap manfaat kesehatan, berpenampilan menarik, dan dengan harga yang rasional. Produk-produk tersebut sebagian besar dapat terpenuhi oleh produk hidroponik. Dalam sejarahnya, penelitian hidroponik dikenal melalui penelitian Woodward (1699) yang menggunakan hidroponik untuk studi pertumbuhan tanaman. Hidroponik atau hydroponics, berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti kerja, sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur hara mineral yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air


(26)

Gambar 1. Skema Sistem Penanaman Secara Hidroponik

Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel selada hidroponik di Papa Mama farm Jl. Kol. Sugiono No. 16 Medan dan selada non – hidroponik yang diambil di Pusat Pasar Medan. Selada hidroponik yang diambil di Papa Mama farm diperoleh dari penanaman yang dilakukan di daerah dataran tinggi Berastagi. Penanaman dilakukan secara Greenhouse, pupuk yang bebas pestisida, proses pergantian air sebagai media tanam dilakukan 2 hari sekali dan dengan waktu proses penanaman sampai memperoleh hasil panen yaitu ± 2-3 bulan.

Gambar 2. Contoh Penanaman menggunakan Greenhouse


(27)

Gambar 3. Metoda Penanaman Secara Hidroponik

Gambar 4. Metoda Penanaman Secara Non-Hidroponik

Beberapa kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan media tanah (non-hidroponik) adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah (lahan), penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung musim (hasil panen dapat diperoleh ±2-3 bln), tidak menggunakan pestisida, tingkat produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam, tanaman dapat dikontrol dengan baik, dapat diusahakan di tempat yang tidak terlalu luas dan diferensiasi produk dapat dilakukan. Larutan nutrisi yang dilarutkan didalam


(28)

air dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginka

2.3 Mineral

Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh. Tubuh tidak mampu mensintesa mineral sehingga unsur-unsur ini harus disediakan melalui makanan. Mineral adalah zat anorganis yang sama halnya dengan vitamin dalam jumlah kecil bersifat esensial bagi banyak proses metabolisme tubuh (Tjay, 2008).

Fungsi umum mineral dalam tubuh adalah sebagai berikut (Suhardjo, 1985) : a. Memelihara keseimbangan asam-basa tubuh dengan jalan penggunaan

mineral pembentuk asam (fosfor, belerang) dan mineral pembentuk basa (zat besi, magnesium, kalium dan natrium).

b. Mangkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein tubuh.

c. Sebagai bahan hormon dan enzim tubuh.

d. Membantu memelihara keseimbangan air tubuh ( kalium dan Natrium). e. Sebagai bagian cairan usus.

f. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan, pemeliharaan tulang, gigi, dan jaringan tubuh lainnya (kalsium, fosfor).

Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Yang termasuk mineral makro antara lain : kalsium, kalium, natrium, magnesium,


(29)

fosfor, vitamin A, B dan C. Sedangkan yang termasuk mineral mikro antara lain : mangan, zink, seng (Irianto, 2002).

2.3.1 Kalium

Kalium merupakan suatu unsur yang bermuatan positif terutama terdapat dalam sel, sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa, cairan dan elektrolit tubuh. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukan di dalam tubula ginjal (Almatsier, 2004).

Selain itu kalium juga mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses fisiologi, seperti transmisi impuls di saraf dan otot, kontraksi otot dan metabolisme karbohidrat. Mineral ini praktis terdapat dalam semua makanan, anatara lain banyak terdapat pada sayuran. Selama terapi hipertensi dengan diuretika sering kali kadar plasma kalium menurun. Resiko akan hipokalemia lebih besar dengan meningkatnya dosis diuretika dan lamanya pengobatan. Gejala hipokalemia berupa otot lemah, rasa sangat letih, gangguan ritme jantung (Ganong.F, 2002).

Peningkatan asupan kalium dalam diet telah dihubungkan dengan penurunan tekanan darah, karena kalium memicu natriuresis (kehilangan natrium melalui urin). Diduga bahwa peningkatan asupan kalium untuk mengimbangi natrium dalam diet bermanfaat bagi kesehatan jantung. Dosis kalium perhari adalah 2000 mg (Almatsier, 2004).

2.3.2 Natrium

Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraselular yang mencakup 95% dari seluruh kation. Oleh karena itu, mineral ini sangat berperan dalam menjaga keseimbangan cairan, mengatur tekanan osmosis, dan


(30)

keseimbangan asam-basa. Perubahan kadar natrium dapat mempengaruhi tekanan darah yang dapat menyebabkan tekanan darah tidak seimbang. Terdapat banyak bukti yang mendukung anggapan bahwa mengurangi asupan natrium dapat menurunkan tekanan darah. Dosis natrium perhari adalah 500 mg (Barasi, 2009). 2.3.3 Magnesium

Magnesium adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di dalam cairan interseluler. Di dalam darah sebagian besar magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas, atau dalam bentuk molekul kompleks hingga molekul kecil. Magnesium dalam cairan ekstraselular berperan pada transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah. Kebutuhan magnesium perhari diperkirakan 250-280 mg (Almatsier, 2004). Kekurangannya dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan darah, kejang pembuluh koroner dan aritmia jantung (Tjay, 2008).

2.4Spektrofotometri Serapan Atom

2.4.1 Teori Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi atom-atom mineral dalam fase gas. Metode ini seringkali mengandalkan nyala untuk mengubah mineral dalam larutan sampel menjadi atom-atom mineral berbentuk gas yag digunakan untuk analisis kuantitatif dari mineral dalam sampel.

Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom- atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Rohman dan Gandjar, 2007). Cahaya


(31)

pada panjang gelombang tertentu mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektrolit suatu atom, dengan menyerap suatu energi maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi. Dasar analisis menggunakan teknik spektrofotometri serapan atom adalah bahwa dengan mengukur besarnya absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan (Watson, 2005).

2.4.2 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom

Gambar 5. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom a. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathoda lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari mineral atau dilapisi dengan mineral tertentu. Tabung mineral ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon). Bila antara anoda dan katoda diberi selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan beras-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda


(32)

akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi. Akibat dari tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi pula. Pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur yang dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar ke luar dari permukaan katoda. Atom-atom unsur dari katoda ini mungkin akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pencaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Rohman dan Gandjar, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu : dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless) (Rohman dan Gandjar, 2007).

c. Monokromator

Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Dalam monokromator terdapat chopper (pemecah sinar), suatu alat yang berputar dengan frekuensi atau kecepatan perputaran tertentu (Rohman dan Gandjar, 2007).

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier


(33)

tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: (a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonanasi dan radiasi kontinyu; dan (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman dan Gandjar, 2007).

e. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman dan Gandjar, 2007).

2.4.3 Gangguan Pada Spektrofotometer Serapan Atom

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam spektrofotometer serapan atom (Rohman dan Gandjar, 2007) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

b. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi dalam nyala.

c. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang dianalisis, yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala.

d. Gangguan oleh penyerapan non-atomik yang disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala.

2.5Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan


(34)

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

2.5.1 Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksipien obat, cairan biologis) kemudian ditambahkan analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo, maka dapat dipakai metode adisi. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisa dengan metode tersebut (Harmita, 2004).

2.5.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi dapat didefenisikan sebagai konsentasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi dan batas kuantifikasi didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Rohman dan Gandjar, 2007; Harmita, 2004).

2.5.3 Uji Keseksamaan (Presisi)

Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui suatu metode yang dilakukan secara berulang. Adapun uji ketelitian yaitu koefisien variasi atau


(35)

Relative Standard Deviation (% RSD). Harga persentase koefisien variasi simpangan baku relatif (% RSD) ditentukan dengan rumus (Harmita, 2004) :

RSD = x100% x

SD

Keterangan:

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret – Agustus 2012.

3.2 Bahan – Bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah selada (Lactuca sativa L.) hidroponik yang diambil secara purposif di Papa Mama farm Jl. Kol. Sugiono No. 16 Medan dan selada (Lactuca sativa L.) non – hidroponik yang diambil secara purposif di Pusat Pasar Medan (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 43).

3.2.2 Pereaksi

Bahan yang digunakan adalah bahan pro analisa keluaran E. Merck kecuali disebutkan lain yaitu asam nitrat pekat 65% b/v, asam pikrat 99%b/v, kuning titan 8%b/v, natrium hidroksida 99%b/v, larutan standar kalium 1000 mcg/ml, larutan standar natrium 1000 mcg/ml, larutan standar magnesium 1000 mcg/ml dan akuabides (Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU).


(37)

3.3 Alat – Alat

Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000 lengkap dengan lampu katoda kalium, natrium, dan magnesium, Neraca analitik (FISONS), Hot plate, Tanur (Stuart), Blender, Kertas saring Whatman No.42, Krus porselen, Spatula, Alat-alat gelas (Pyrex dan Oberol) dan Botol kaca (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 18-19 halaman 85).

3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Larutan HNO3 (1:1)

Larutan HNO3 65% b/v sebanyak 500 ml diencerkan dengan 500 ml air

suling (Helrich, 1990). 3.4.2 Asam Pikrat 1% b/v

Larutan Asam Pikrat 1%b/v dibuat dengan melarutkan 1 gram asam pikrat dalam air suling hingga 100 ml (Ditjen POM, 1979).

3.4.3 Kuning Titan 0,1 % b/v

Larutan kuning titan 0,1 %b/v dibuat dengan melarutkan 0,1 gram kuning titan dalam air suling hingga 100 ml (Vogel, 1979).

3.4.4 Natrium Hidroksida 2 N

Sebanyak 80,02 gram natrium hidroksida dilarutkan dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1979).


(38)

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah selada hidroponik yang diambil di Papa Mama farm Jl. Kol. Sugiono No. 16 Medan dan selada non – hidroponik yang diambil di Pusat Pasar Medan dengan metode pengambilan sampel secara purposif. Metode pengambilan sampel secara purposif ini ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang tidak terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang diteliti dan dianggap sebagai sampel yang representatif (Sudjana, 2005).

3.5.2 Penyiapan Bahan

Selada hidroponik dan selada non – hidroponik ditimbang sebanyak ±1 kg, dicuci bersih, ditiriskan, dirajang, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan kemudian dihaluskan dengan blender.

3.5.3 Proses Destruksi Kering

Sampel segar yang telah dihaluskan masing – masing ditimbang sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam krus porselen, diarangkan diatas hot plate lalu diabukan di tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 20 jam dan dibiarkan dingin lalu dipindahkan ke desikator. Abu dibasahi dengan 10 tetes akuabides dan ditambahkan 3-4 ml HNO

3 (1:1) secara

hati-hati. Kemudian kelebihan HNO3 diuapkan pada hot plate dengan suhu

100-120oC sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dan diabukan selama 1 jam dengan suhu 500oC, kemudian didinginkan (Helrich,


(39)

1990). Bagan alir proses destruksi kering dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 48.

3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel

Abu hasil destruksi yang telah dingin dilarutkan dengan 10 ml HNO3 (1:1)

hingga diperoleh larutan bening lalu dituangkan ke dalam labu tentukur 100 ml, sisa pada krus porselen dibilas 3 kali dengan akuabides, dituangkan ke dalam labu tentukur, kemudian larutan dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga 100 ml dan disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat pertama dibuang sebanyak 5 ml untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung dalam botol. Filtrat ini digunakan sebagai larutan sampel untuk analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Bagan alir proses pembuatan larutan sampel dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 49.

3.5.5 Analisa Kualitatif 3.5.5.1 Kalium

3.5.5.1.1 Uji kristal Kalium dengan Asam Pikrat

Larutan sampel diteteskan 1-2 tetes pada object glass, kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat ion kalium, akan terlihat kristal berbentuk jarum besar.

3.5.5.1.2 Uji Nyala Ni/Cr

Dicelupkan kawat nikel-krom yang bersih kedalam sampel. Kemudian dibakar dinyala bunsen. Jika terdapat unsur kalium maka nyala akan berwarna lembayung (Vogel, 1979).


(40)

3.5.5.2 Natrium

3.5.5.2.1 Uji Kristal Natrium dengan Asam Pikrat

Larutan sampel diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat ion natrium, akan terlihat kristal berbentuk jarum halus.

3.5.5.2.2 Uji Nyala Ni/Cr

Dicelupkan kawat nikel-krom yang bersih kedalam sampel. Kemudian dibakar dinyala bunsen. Jika terdapat unsur natrium maka nyala akan berwarna kuning keemasan (Vogel, 1979).

3.5.5.3 Magnesium

3.5.5.3.1 Uji dengan Larutan Kuning Titan 0,1% b/v

Kedalam tabung reaksi dimasukkan ± 5 tetes larutan sampel, lalu ditambahkan ± 20 tetes NaOH 2 N dan 3 tetes kuning titan. Terbentuk endapan merah untuk ion magnesium.

3.5.6 Analisa Kuantitatif

3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium

Larutan baku kalium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 10 mcg/ml) (larutan induk baku II).

Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet Larutan Induk Baku II sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml, dilarutkan dalam labu 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquabides sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut 0,5 mcg/ml; 1,00 mcg/ml; 2,00 mcg/ml;


(41)

3,00 mcg/ml; 4,00 mcg/ml dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara asetilen (Haswell, 1991).

3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium

Larutan baku natrium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 10 mcg/ml) (larutan induk baku II). Larutan induk baku III dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak 25 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan aquabides hingga garis tanda (konsentrasi 2,5 mcg/ml).

Larutan kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet Larutan induk baku III sebanyak 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan akuabides sehingga konsentrasi berturut-turut 0,2 mcg/ml; 0,3 mcg/ml; 0,4 mcg/ml; 0,5 mcg/ml; 0,6 mcg/ml diukur pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara asetilen (Haswell, 1991).

3.5.6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium

Larutan baku magnesium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 10 mcg/ml) (larutan induk baku II). Larutan induk baku III dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan aquabides hingga garis tanda (konsentrasi 2 mcg/ml).

Larutan kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet larutan induk baku III sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 7,5 ml, 10 ml, 12,5 ml, masing-masing


(42)

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides sehingga didapat konsentrasi 0,1 mcg/ml; 0,2 mcg/ml; 0,3 mcg/ml; 0,4 mcg/ml dan 0,5 mcg/ml diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan tipe nyala udara-asetilen (Haswell, 1991).

3.5.6.4 Penetapan Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel 3.5.6.4.1 Penetapan Kadar Kalium

Larutan sampel selada hidroponik dan selada non - hidroponik hasil destruksi dipipet sebanyak 0,3 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 100/0,3).Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar kalium dilakukan pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.6.4.2 Penetapan Kadar Natrium

Larutan sampel selada hidroponik dan selada non – hidroponik hasil destruksi dipipet sebanyak 0,4 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 100/0,4). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar natrium dilakukan pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva


(43)

kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.6.4.3 Penetapan Kadar Magnesium

Larutan sampel selada hidroponik dan selada non – hidroponik hasil destruksi dipipet sebanyak 0,3 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 100/0,3). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar magnesium dilakukan pada panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.6.5 Perhitungan Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel Kadar kalium, natrium dan magnesium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Kadar (mcg/ml) = W CxVxFp

Keterangan: C = Konsentrasi logam dalam larutan sampel (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat sampel (gram) 3.5.7 Analisis Data Secara Statistik 3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar kalium, natrium dan magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q.


(44)

Q =

Nr Nt

Nd Nc

− −

Keterangan: Nc = Nilai yang dicurigai Nd = Nilai yang terdekat Nt = Nilai tertinggi Nr = Nilai terendah

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 3.1, apabila Q>Qkritis maka data tersebut ditolak (Rohman dan Gandjar,

2007).

Tabel 3.1 Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak data Nilai Qkritis

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

Menurut Sudjana (2005), Untuk mengetahui data diterima atau ditolak maka standar deviasi dari larutan sampel dihitung terlebih dahulu dengan rumus:

SD =

(

)

1 -n

X -Xi 2

Keterangan: Xi = Kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel


(45)

Untuk menentukan kadar kalium, natrium dan magnesium di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan

rumus (Wibisono, 2005), Tabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 23 halaman 98:

μ = X ± t ½ α s/√n Keterangan: µ = interval kepercayaan

X = kadar rata-rata sampel

t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

α = tingkat kepercayaan s = standar deviasi

n = jumlah perlakuan 3.5.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel

Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2)

atau berbeda (σ1 ≠ σ2) dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005), Tabel

distribusi f dapat dilihat pada Lampiran 24 halaman 99: Fo = 2

2 2 1 S S

Keterangan: Fo = Beda nilai yang dihitung

S1 = Standar deviasi sampel 1

S2 = Standar deviasi sampel 2

Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan


(46)

(X1 – X2)

to =

Sp √1/n1 + 1/n2

Keterangan: X1 = kadar rata-rata sampel 1

X2 = kadar rata-rata sampel 2

Sp = Simpangan baku

n1 = Jumlah perlakuan sampel 1

n2 = Jumlah perlakuan sampel 2

Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai

kritis t, dan sebaliknya jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan

distribusi t dengan rumus:

(X1 – X2)

to =

S12/n1 + S22/n2

Keterangan: X1 = kadar rata-rata sampel 1

X2 = kadar rata-rata sampel 2

S1 = Standar deviasi sampel 1

S2 = Standar deviasi sampel 2

n1 = Jumlah perlakuan sampel 1

n2 = Jumlah perlakuan sampel 2

3.5.8 Validasi Metoda

3.5.8.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode addisi (penambahan baku). Dalam metode addisi dengan menambahkan sejumlah larutan standar dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis.


(47)

Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan dapat ditemukan. Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 10 ml larutan baku kalium (konsentrasi 1000 mcg/ml), 2,5 ml larutan baku natrium (konsentrasi 1000 mcg/ml) dan 1,7 ml larutan baku magnesium (konsentrasi 1000 mcg/ml).

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 50 gram di dalam krus porselen, lalu ditambahkan 10 ml larutan baku kaium (konsentrasi 1000 mcg/ml), 2,5 ml larutan baku natrium (konsentrasi 1000 mcg/ml) dan 1,7 ml larutan baku natrium (1000 mcg/ml), kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini (Harmita, 2004):

% Perolehan Kembali = CF - CA x 100%

C*A

Keterangan:

CA = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku

CF = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku

C*A = Kadar larutan baku yang ditambahkan

3.5.8.2 Penentuan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation)

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sebaliknya, batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.


(48)

Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004; Rohman dan Gandjar, 2007):

Simpangan Baku =

(

)

2

2 −

n Yi Y

Batas deteksi (LOD) = slope

SB x 3

Batas kuantitasi (LOQ) =

slope SB x 10

3.5.8.3 Uji Keseksamaan (Presisi)

Uji keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.

Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah (Harmita, 2004):

RSD = ×100%

X SD

Keterangan :

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidaknya ion-ion kalium, natrium, magnesium dalam sampel. Data dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Lampiran 3 halaman 46-47.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitatif Kalium, Natrium dan Magnesium pada Sampel

No. Mineral Pereaksi Hasil Reaksi Hasil

1. K

Uji Nyala Ni/Cr Lembayung (ungu) + Asam pikrat 1%

b/v Kristal jarum kasar +

2. Na

Uji Nyala Ni/Cr Kuning Keemasan + Asam pikrat 1%

b/v Kristal jarum halus + 3. Mg Kuning titan 0,1%

b/v + NaOH 2 N

Warna endapan

merah terang +

Keterangan :

+ : Mengandung ion

Tabel di atas menunjukkan bahwa selada hidroponik dan selada non – hidroponik yang diperiksa mengandung ion kalium, natrium, dan magnesium. Sampel positif mengandung ion kalium karena menghasilkan kristal jarum kasar (besar) dengan penambahan asam pikrat serta memberikan warna nyala lembayung (ungu) saat dibakar mengunakan kawat Ni/Cr, mengandung ion natrium karena menghasilkan kristal jarum halus dengan penambahan asam pikrat serta memberikan warna nyala kuning keemasan saat dibakar mengunakan kawat


(50)

Ni/Cr, dan mengandung ion magnesium karena menghasilkan warna endapan merah terang dengan penambahan larutan kuning titan dan natrium hidroksida (Vogel, 1979).

Hasil absorbansi dengan spektrofotometer serapan atom menunjukkan adanya absorbansi pada panjang gelombang kalium yaitu 766,5 nm, natrium 589,0 nm, magnesium 285,2 nm. Hal ini juga membuktikan secara kualitatif bahwa sampel mengandung mineral kalium, natrium, dan magnesium.

4.2 Analisis Kuantitatif

4.2.1 Kurva kalibrasi Kalium, Natrium dan Magnesium

Kurva kalibrasi kalium, natrium, dan magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku kalium, natrium dan magnesium pada panjang gelombang 766,5 nm, 589,0 nm, 285,2 nm. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk ketiga mineral tersebut diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,03633X - 0,00071 untuk kalium, Y = 0,09978X + 0,00057 untuk natrium, dan Y = 0,54708X + 0,00296 untuk magnesium.

Kurva kalibrasi larutan baku kalium, natrium dan magnesium dapat dilihat pada Gambar. 6, 7, 8.


(51)

Gambar 6. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalium

Gambar 7. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Natrium

-0,01 0,01 0,03 0,05 0,07 0,09 0,11 0,13 0,15

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00

A

bs

o

r

ba

ns

i

Konsentrasi (mcg/ml)

-0,01 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70

A

bs

o

r

ba

ns

i


(52)

Gambar 8. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Magnesium

Berdasarkan gambar kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dimana koefisien korelasi (r) kalium sebesar 0,9999, natrium sebesar 0,9996 dan magnesium sebesar 0,9997. Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (Konsentrasi) dan Y (Absorbansi) (Shargel dan Andrew, 1999). Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku kalium, natrium, dan magnesium serta perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 6-7 halaman 50-52 .

4.2.2 Analisis Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium pada Selada Hidroponik dan Selada Non – Hidroponik

Penentuan kadar kalium, natrium dan magnesium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom (AAS). Konsentrasi mineral kalium, natrium dan magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku masing-masing mineral. Hasil analisis kuantitatif kalium, natrium dan magnesiumpada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.2.

-0,01 0,04 0,09 0,14 0,19 0,24 0,29

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50

A

bs

o

r

ba

ns

i


(53)

Tabel 4.2 Hasil Analisis Kuantitatif Kalium, Natrium dan Magnesium pada Sampel

No. Sampel Mineral Kadar (mg/100g)

1. Selada Hidroponik

Kalium 220,6776 ± 2,4720 Natrium 16,8790 ± 1,3756 Magnesium 17,4239 ± 0,4924

2. Selada Non Hidroponik

Kalium 184,0163± 2,7967 Natrium 13,3681 ± 0,5326 Magnesium 16,4506 ± 0,7461

Data yang didapat kemudian diuji kembali secara statistik untuk mengetahui beda nilai kadar rata-rata ketiga mineral antar sampel. Berdasarkan data Tabel 4.2 di atas juga dapat diketahui bahwa kadar kalium, natrium dan magnesium pada selada hidroponik lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kalium, natrium, dan magnesium pada selada non – hidroponik sehingga sangat baik digunakan sebagai salah satu makanan tambahan asupan kalium bagi tubuh. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8-11 halaman 55-70.

4.2.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium pada Selada Hidroponik dan Non – Hidroponik

Pengujian beda nilai rata-rata kadar kalium, natrium dan magnesium pada sampel bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata kadar kalium, natrium dan magnesium antara kedua sampel selada. Berdasarkan asumsi bahwa sampel berasal dari varians yang sama di lakukan uji F, apabila dari hasilnya di peroleh F0 ≤ Fkritis maka di lanjutkan dengan uji beda


(54)

rata-rata menggunakan uji t pada taraf kepercayaan 95%. Hasil pengujian statistik dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik nilai rata-rata kadar kalium, natrium, dan magnesium Antar Sampel

No. Mineral Sampel t hitung t table Hasil

1.

Kalium Hidroponik 25,2488 2,2281 Beda

Non-hidroponik

2.

Natrium Hidroponik 6,1187 2,2281 Beda

Non-hidroponik

3. Magnesium

Hidroponik

2,7992 2,2281 Beda

Non-hidroponik

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa kadar kalium, natrium dan magnesium pada selada hidroponik dan selada non – hidroponik yang diperoleh dari hasil analisis menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Perbedaan yang signifikan pada kadar mineral sampel selada hidroponik dan selada non – hidroponik yang diteliti dengan kadar yang tercantum pada literatur mungkin dikarenakan bedanya varietas maupun tempat tumbuh sayur yang diteliti, karena pada literatur tidak disebutkan jenis dan tempat tumbuh dari selada tersebut. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13-15 halaman 74-79. 4.2.4 Uji Validasi Metoda


(55)

Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kalium, natrium dan magnesium setelah penambahan masing-masing larutan baku kalium, natrium dan magnesium dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) kadar kalium, natrium dan magnesium

No. Mineral yang dianalisis Recovery (%) Syarat rentang persen recovery (%)

1. Kalium 106,57 80-120

2. Natrium 101,80 80-120

3. Magnesium 101,64 80-120

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali (recovery) adalah kalium 106,57%, untuk natrium 101,80% dan untuk magnesium 101,64%. Persen recovery tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang memuaskan pada saat pemeriksaan kadar kalium, natrium dan magnesium dalam sampel. Hasil uji perolehan kembali (recovery) ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali (recovery) berada pada rentang 80-120% (Harmita, 2004). Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kalium, natrium, dan magnesium setelah penambahan masing-masing larutan baku dapat dilihat pada Lampiran 16-17 halaman 80-84.

4.2.4.2 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Berdasarkan data kurva kalibrasi kalium, natrium dan magnesium diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi untuk ketiga mineral tersebut. Dari


(56)

hasil perhitungan diperoleh batas deteksi untuk pengukuran kalium, natrium, dan magnesium masing-masing sebesar 0,0825 mcg/ml; 0,0198 mcg/ml dan 0,0149 mcg/ml, sedangkan batas kuantitasinya sebesar 0,2752 mcg/ml; 0,0661 mcg/ml dan 0,0499 mcg/ml.

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 71-73 .

4.2.4.3 Uji Keseksamaan (Presisi)

Uji presisi atau uji keseksamaan dilakukan terhadap sampel selada hidroponik dan Non – hidroponik sehingga diperoleh nilai Simpangan Baku (SD) dan % Relatif Standar Deviasi (RSD) dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Nilai SD dan Persen RSD Pada Sampel

No. Sampel Mineral Kadar (mg/100g) SD RSD (%)

1.

Selada Hidroponik

Kalium 220,6776 ± 2,4720 2,3556 1,0674 Natrium 16,8790 ± 1,3756 1,3108 7,7658 Magnesium 17,4239 ± 0,4924 0,4692 2,6930

2.

Selada Non - Hidroponik

Kalium 184,0163± 2,7967 2,6650 1,4482 Natrium 13,3681 ± 0,5326 0,5075 3,7960 Magnesium 16,4506 ± 0,7461 0,7110 4,3222


(57)

Kriteria seksama diberikan jika memberikan nilai standar deviasi relatif (RSD) untuk analit dengan kadar satu per seribu adalah tidak lebih dari 5% dan untuk analit dengan kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah tidak lebih dari 16% (Harmita, 2004). Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan memberikan hasil presisi yang baik. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10-11 halaman 59-70.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pemeriksaan secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom menunjukkan bahwa kadar kalium, natrium dan magnesium dalam selada hidroponik lebih tinggi dari pada selada non – hidroponik. Kandungan mineral kalium pada selada hidroponik dan selada non – hidroponik adalah (220,6776 ± 2,4720) mg/100g dan (184,0163± 2,7967) mg/100g; kadar natrium


(58)

pada selada hidroponik dan selada non – hidroponik adalah (16,8790 ± 1,3756) mg/100g dan (13,3681 ± 0,5326) mg/100g; dan kadar magnesium pada selada hidroponik dan selada non – hidroponik adalah (17,4239 ± 0,4924) mg/100g dan (16,4506 ± 0,7461) mg/100g.

Hasil uji statistik terdapat perbedaan yang signifikan kandungan kalium, natrium dan magnesium pada selada hidroponik dan selada non – hidroponik yang menggunakan distribusi t pada taraf kepercayaan 95% yaitu (25,2488 > 2,2281) untuk kalium, (6,1187 > 2,2281) untuk natrium, dan (2,7992 > 2,2281) untuk magnesium.

5.2 Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti mineral lain (seperti fosfor, Fe, vitamin) yang terkandung dalam selada.

2. Selada memiliki kadar kalium yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai salah satu makanan tambahan asupan kalium

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 228-248.

Almatsier, S. (2005). Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 266-267.

Anonim a, (2010). Selada. Tanggal akses 29 Maret 2010 http://www.google.co.id/selada.htm

Barasi, M.E. (2009). Nutrition at a Glance. Penerjemah: Halim Hermin. (2009) At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 52.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 922.


(59)

Ganong, F.W. (2002). Medical Physiologi. Penerjemah: Djauhari Widjajakusumah. (2002) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 695.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 1. (No.3): 117-135.

Haswell, J.S. (1991). Atomic Absorption Spectrometry. Amsterdam: School of Chemistry. Hal. 193, 208.

Helrich, K. (1990). Official Methods of the Association of Official Analytical Chemist. Edisi kelima belas. Arlington: AOAC international. Hal. 42. Irianto, K. (2002). Gizi dan Pola Hidup Sehat. Jakarta: Yrama Widya. Hal 29-32. Kartasapoetra, G. (2008). Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbir Rineka Cipta. Hal 92-95. Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: Saptorahardjo.

Jakarta: UI-Press. Hal. 283.

Prakoso, S.P. (2010). Selada Hidroponik. Tanggal akses 05 September 2010 http://prakosoisme.blogspot.com/2010/09/selada-hidroponik.html

Rohman, A., dan Gandjar, I.G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298.

Sastradiharja. S. (2011). Praktis Bertanam Selada dan Ansewi Secara Hidroponik. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung. Hal. 1-17.

Shargel, L. dan Andrew, B.C. (1999). Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics. New York: Mc Graw Hill Company. Hal. 15.

Suhardjo, dkk (1985). Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI. Press. Hal. 45, 91. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Hal. 93, 168, 239,

250.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2008). Obat-Obat Penting. Edisi VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal.867-868.

Vogel, A.I. (1990). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Bagian I. Penerjemah: Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Kalman Media Pustaka. Hal. 262, 263, 301, 307.


(60)

Gambar Selada ( Lactuca sativa L.) Hidroponik

Gambar Selada ( Lactuca sativa L.) Non – Hidroponik


(61)

Gambar 1. Selada kepala (Lactuca sativa var. capitata L.)


(62)

Gambar 3. Selada daun ( Lactuca sativa var.crispa L.)


(63)

Lampiran 3. Hasil Analisis Kualitatif Mineral Kalium, Natrium dan Magnesium

Gambar Kristal Kalium Pikrat ( Perbesaran 10x10 )

Gambar Kristal Natrium Pikrat ( Perbesaran 10x10 )

Kristal Kalium pikrat

Kristal Natrium pikrat


(64)

Hasil analisis kualitatif selada dengan Larutan Kuning Titan 0,1%

Sampel + Kuning Titan 0,1% +

NaOH Aquabidest +

Kuning Titan 0,1% + NaOH


(65)

Lampiran 4. Bagan Alir Proses Destruksi Kering Selada

Ditimbang 50gram di atas krus porselen Diarangkan di atas hot plate

Diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit

Dibasahi dengan 10 tetes akuabides Ditambahkan 3-4 ml HNO3 (1:1)

Diuapkan pada hot plate sampai kering

Hasil

Dilakukan selama 20 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

Abu

Dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

Ditimbang sebanyak 1 kg

Dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit.

Dicuci bersih, ditiriskan, dan dirajang Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan Dihaluskan dengan blender


(66)

Lampiran 5. Bagan Alir Proses Pembuatan Larutan Sampel

Sampel yang telah didestruksi

Dilarutkan dengan 10 ml HNO3 (1:1) dalam

krus porselen

Dituangkan ke dalam labu tentukur 100 ml Diencerkan dengan akuabides hingga garis tanda

Dimasukkan ke dalam botol Larutan sampel

Disaring dengan kertas saring Whatman No.42

Filtrat

Dibuang 5 ml untuk menjenuhkan kertas saring

Dilakukan analisis kualitatif

Dilakukan analisis kuantitatif dengan

Spektrofotometer Serapan atom pada λ

766,5 nm untuk logam kalium, λ 589,0 nm untuk logam natrium, dan λ 285,2 nm untuk logam magnesium


(67)

Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kalium, Natrium dan Magnesium

1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kalium No. Konsentrasi (mcg/ml)

(X)

Absorbansi (Y) 1

2 3 4 5 6

0,0000 0,5000 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000

-0,0001 0,0180 0,0349 0,0707 0,1087 0,1451

2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Natrium No. Konsentrasi (mcg/ml)

(X)

Absorbansi (Y) 1

2 3 4 5 6

0,0000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 0,6000

-0,0001 0,0208 0,0314 0,0408 0,0501 0,0600


(68)

3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Magnesium No. Konsentrasi (mcg/ml)

(X)

Absorbansi (Y) 1

2 3 4 5 6

0,0000 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000

-0,0001 0,0580 0,1161 0,1688 0,2212 0,2744


(69)

Lampiran 7. Perhitungan Persamaan Garis Regresi (r) 1. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Kalium

No. X Y XY X2 Y2

1. 0,0000 -0,0001 0,0000 0,0000 0,0000

2. 0,5000 0,0180 0,0090 0,2500 0,0003

3. 1,0000 0,0349 0,0349 1,0000 0,0012

4. 2,0000 0,0707 0,1414 4,0000 0,0049

5. 3,0000 0,1087 0,3261 9,0000 0,0118

6. 4,0000 0,1451 0,5804 16,0000 0,0210

∑ 10,5000 0,3773 1,0918 30,2500 0,0392

X= 1,7500 Y= 0,0628

a =

(

X

)

n X n Y X XY / / 2 2

∑ ∑

− − =

(

)(

)

(

10,5000

)

/6 2500 , 30 6 / 3773 , 0 5000 , 10 0918 , 1 2 − − = 0,036334

Y= a X+ b b = Y − aX

= 0,0628 − (0,036334)(1,7500) = -0,0007

Maka persamaan garis regresinya adalah : Y= 0,036334X – 0,0007

(

)

∑ ∑

− = n Y Y n X X n Y X XY r / 2 ) ( 2 )( / 2 ) 2 ( / =

(

)(

)

(

)

{

30,2500 10,5000 /6

}

{

0,0392

(

0,3773

)

/6

}

6 / 3773 , 0 5000 , 10 0918 , 1 2 2 − − = 0,9999


(70)

2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Natrium

No. X Y XY X2 Y2

1. 0,0000 -0,0001 0,0000 0,0000 0,0000

2. 0,2000 0,0208 0,0041 0,0400 0,0004

3. 0,3000 0,0314 0,0094 0,0900 0,0009

4. 0,4000 0,0408 0,0163 0,1600 0,0016

5. 0,5000 0,0501 0,0250 0,2500 0,0025

6. 0,6000 0,0600 0,0360 0,3600 0,0036

∑ 2,0000 0,2030 0,0908 0,9000 0,0090

X= 0,3333 Y= 0,0338

a =

(

X

)

n X n Y X XY / / 2 2

∑ ∑

− − =

(

)(

)

(

2,0000

)

/6 9000 , 0 6 / 2030 , 0 0000 , 2 0908 , 0 2 − − = 0,099785

Y= a X+ b b = Y - aX

= 0,0338 − (0,099785)(0,3333) = 0,000571

Maka persamaan garis regresinya adalah : Y= 0,099785X + 0,000571

(

)

∑ ∑

− = n Y Y n X X n Y X XY r / 2 ) ( 2 )( / 2 ) 2 ( / =

(

)(

)

(

)

{

0,9000 2,0000 /6

}

{

0,0090

(

0,2030

)

/6

}

6 / 2030 , 0 0000 , 2 0908 , 0 2 2 − − = 0,9996


(71)

3. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Magnesium

No. X Y XY X2 Y2

1. 0,0000 -0,0001 0,0000 0,0000 0,0000

2. 0,1000 0,0580 0,0058 0,0100 0,0033

3. 0,2000 0,1161 0,0232 0,0400 0,0134

4. 0,3000 0,1688 0,0506 0,0900 0,0285

5. 0,4000 0,2212 0,0885 0,1600 0,0490

6. 0,5000 0,2744 0,1372 0,2500 0,0753

∑ 1,5000 0,8384 0,3053 0,5500 0,1695

X= 0,2500 Y= 0,1397

a =

(

X

)

n X n Y X XY / / 2 2

∑ ∑

− − =

(

)(

)

(

1,5000

)

/6 5500 , 0 6 / 8384 , 0 5000 , 1 3053 , 0 2 − − = 0,547085

Y= a X+ b b = Y - aX

= 0,1397 − (0,547085)(0,2500) = 0,002961

Maka persamaan garis regresinya adalah : Y= 0,547085X + 0,002961

(

)

∑ ∑

− = n Y Y n X X n Y X XY r / 2 ) ( 2 )( / 2 ) 2 ( / =

(

)(

)

(

)

{

0,5500 1,5000 /6

}

{

0,1695

(

0,8384

)

/6

}

6 / 8384 , 0 5000 , 1 3053 , 0 2 2 − − = 0,9997


(72)

Lampiran 8. Hasil Analisis Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium pada Selada Hidroponik dan Non - Hidroponik 1. Hasil Analisis Kalium

No. Sampel Berat Sampel (g) Absorbansi (A) Konsentrasi (mcg/ml) Kadar (mg/100g) 1. SH 1

SH 2 SH 3 SH 4 SH 5 SH 6 50,0180 50,0110 50,0120 50,0180 50,0170 50,0150 0,1192 0,1218 0,1183 0,1193 0,1204 0,1187 3,3030 3,3746 3,2782 3,3059 3,3360 3,2892 219,9006 224,6989 218,2757 220,0937 222,1020 218,9950 2. SNH 1

SNH 2 SNH 3 SNH 4 SNH 5 SNH 6 50,0210 50,0160 50,0110 50,0170 50,0240 50,0190 0,1010 0,0993 0,1011 0,0972 0,1001 0,0991 2,8016 2,7548 2,8044 2,6969 2,7768 2,7493 186,5117 183,4123 186,7324 179,5571 184,8501 183,0345

2. Hasil Analisis Natrium No. Sampel Berat

Sampel (g) Absorbansi (A) Konsentrasi (mcg/ml) Kadar (mg/100g) 1. SH 1

SH 2 SH 3 SH 4 SH 5 SH 6 50,0180 50,0110 50,0120 50,0180 50,0170 50,0150 0,0311 0,0315 0,0331 0,0353 0,0357 0,0380 0,3069 0,3109 0,3270 0,3490 0,3530 0,3761 15,4944 15,5416 16,3460 17,4437 17,6469 18,8007 2. SNH 1

SNH 2 SNH 3 SNH 4 SNH 5 SNH 6 50,0210 50,0160 50,0110 50,0170 50,0240 50,0190 0,0257 0,0264 0,0271 0,0273 0,0283 0,0282 0,2527 0,2600 0,2668 0,2688 0,2788 0,2778 12,6297 12,9848 13,3371 13,4354 13,9351 13,8864


(73)

3. Hasil Analisis Magnesium No. Sampel Berat

Sampel (g) Absorbansi (A) Konsentrasi (mcg/ml) Kadar (mg/100g)

1 SH 1

SH 2 SH 3 SH 4 SH 5 SH 6 50,0180 50,0110 50,0120 50,0180 50,0170 50,0150 0,1388 0,1466 0,1491 0,1456 0,1494 0,1468 0,2484 0,2627 0,2673 0,2608 0,2678 0,2630 16,5405 17,4923 17,7963 17,3682 17,8310 17,5153

2 SNH 1

SNH 2 SNH 3 SNH 4 SNH 5 SNH 6 50,0210 50,0160 50,0110 50,0170 50,0240 50,0190 0,1336 0,1313 0,1414 0,1418 0,1342 0,1461 0,2389 0,2347 0,2532 0,2539 0,2400 0,2618 15,9040 15,6283 16,8593 16,9040 15,9787 17,4292 Keterangan :

SH = Selada Hidroponik


(74)

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Selada Hidroponik dan Non – Hidroponik

1. Contoh Perhitungan Kadar Kalium

Berat sampel yang ditimbang = 50,0180 gram Absorbansi (Y) = 0,1192

Persamaan Regresi: Y= 0,036334X – 0,000710 X = 036334 , 0 000710 , 0 1192 , 0 +

= 3,3030 mcg/ml Konsentrasi kalium = 3,3030 mcg/ml

(g) Sampel Berat n pengencera Faktor x (ml) Volume x (mcg/ml) i Konsentras (mcg/g) kalium

Kadar =

= g mlx mlx mcg 0180 , 50 ) 3 , 0 / 100 ( 100 / 3030 , 3 = 2199,0063 mcg/g

= 219,9006 mg/100g 2. Contoh Perhitungan Kadar Natrium

Berat sampel yang ditimbang = 50,0180 gram Absorbansi (Y) = 0,0311

Persamaan Regresi: Y= 0,099785X + 0,000571 X = 099785 , 0 000571 , 0 0311 , 0 −

= 0,3069 mcg/ml Konsentrasi natrium = 0,3069 mcg/ml

(g) Sampel Berat n pengencera Faktor x (ml) Volume x (mcg/ml) i Konsentras (mcg/g) natrium

Kadar =

= g mlx mlx mcg 0180 , 50 ) 4 , 0 / 100 ( 100 / 3069 , 0 = 154,9442 mcg/g = 15,4944 mg/100g


(75)

3. Contoh Perhitungan Kadar Magnesium Berat sampel yang ditimbang = 50,0180 gram Absorbansi (Y) = 0,1388

Persamaan Regresi: Y= 0,547085X + 0,002961 X =

547085 ,

0

002961 ,

0 1388 ,

0 −

= 0,2484 mcg/ml Konsentrasi magnesium = 0,0,2484 mcg/ml

(g) Sampel Berat

n pengencera Faktor

x (ml) Volume x

(mcg/ml) i

Konsentras (mcg/g)

magnesium

Kadar =

=

0180 , 50

) 3 , 0 / 100 ( 100 /

2484 ,

0 mcg mlx mlx

= 165,4055 mcg/g


(76)

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Selada Hidroponik

1. Perhitungan Statistik Kadar Kalium

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X) (Xi-X)

2

1. 219,9006 -0,7770 0,6037

2. 224,6989 4,0213 16,1708

3. 218,2757 -2,4019 5,7691

4. 220,0937 -0,5839 0,3409

5. 222,1020 1,4244 2,0289

6. 218,9950 -1,6826 2,8311

1324,0659 ∑ (Xi-X)2=27,7445

X= 220,6776

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-2 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q.

Q = terendah Nilai tertinggi Nilai terdekat yang Nilai dicurigai yang Nilai − − Q = 2757 , 218 6989 , 224 1020 , 222 6989 , 224 − − Q = 4232 , 6 5969 , 2

Q = 0,4043

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data

diterima.

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2


(77)

2,3556 5

7445 ,

27 =

=

RSD =

X

SD

X 100% = 100%

220,6776 2,3556

x = 1,0674%

Rata-rata kadar kalium dengan selang kepercayaan 95% pada selada hidroponik (Lactuca sativa L.)

μ =X ± t ½ α s/√n

μ = 220,6776mg/100g ± ((2,5706 . 2,3556)/√6) mg/100g


(78)

2. Perhitungan Statistik Kadar Natrium

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X) (Xi-X)

2

1. 15,4944 1,3846 1,9171

2. 15,5416 -1,3374 1,7886

3. 16,3460 -0,5330 0,2841

4. 17,4437 0,5647 0,3188

5. 17,6469 0,7679 0,5896

6. 18,8007 1,9217 3,6929

101,2733 ∑ (Xi-X)2= 8,5911

X= 16,8790

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-6 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q.

Q = terendah Nilai tertinggi Nilai terdekat yang Nilai dicurigai yang Nilai − − Q = 4944 , 15 8007 , 18 6469 , 17 8007 , 18 − − Q = 3063 , 3 1538 , 1

Q = 0,3489

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data

diterima.

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

= 1,3108 5

5911 ,


(79)

RSD =

X

SD

X 100% = 100%

16,8790 1,3108

x = 7,7658%

Rata-rata kadar natrium dengan selang kepercayaan 95% pada selada hidroponik (Lactuca sativa L.)

μ =X ± t ½ α s/√n

μ = 16,8790mg/100g ±((2,5706 . 1,3108)/√6) mg/100g


(80)

3. Perhitungan Statistik Kadar Magnesium

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X) (Xi-X)

2

1. 16,5405 -0,8834 0,7803

2. 17,4923 0,0684 0,0046

3. 17,7923 0,3724 0,1389

4. 17,3682 -0,0557 0,0031

5. 17,8310 0,4071 0,1657

6. 17,5153 0,0914 0,0083

104,5436 ∑ (Xi-X)2= 1,1009

X= 17,4239

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-5 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q.

Q = terendah Nilai tertinggi Nilai terdekat yang Nilai dicurigai yang Nilai − − Q = 5405 , 16 8310 , 17 7963 , 17 8310 , 17 − − Q = 2905 , 1 0347 , 0

Q = 0,0269

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data

diterima.

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

= 0,4692 5

009 ,


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Kandungan Mineral Kalium, Natrium Dan Magnesium Pada Kentang (Solanum Tuberosum L.) Granola Dan Mini Secara Spektrofotometri Serapan Atom

8 45 112

Analisis Kandungan Mineral Kalium, Kalsium, Natrium Dan Magnesium Pada Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

4 56 98

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 19 111

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 17

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 2 4

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 14

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 55

Studi Kandungan Mineral Kalium, Natrium, Magnesium Pada Selada (Lactuca sativa L.) Hidroponik Dan Non-Hidroponik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 61