2.1.4 Tutur Siwaluh Rakut Sitelu
Dalam sistem kekerabatan pada masyarakat Karo dikenal istilah ertutur. Ertutur dapat diartikan sebagai cara dalam memperkenalkan diri agar mengetahui posisi dan
kedudukan serta sapaan dalam keluarga. Masyarakat Karo biasanya melakukan perkenalan kepada seseorang atau keluarga yang belum dikenal sebelumnya. Pada saat
ertutur biasanya ditanyakan asal kampung, marga dan berunya sehingga akhirnya mengenal identitas mereka.
Merga atau beru merupakan tanda garis keturunan seseorang dan juga merupakan penentu dalam hubungan keluarga antara satu orang dengan yang lainnya. Hal
ini dapat diketahui dari cara ertutur pada masyarakat Karo yang sesuai dengan adat istiadatnya.
Di pihak lain, hubungan kekeluargaan atau kekerabatan pada masyarakat Karo dapat terjadi akibat pertalian darah yaitu hubungan kekerabatan berdasarkan perkawinan
dan hubungan kekerabatan berdasarkan merga. Akibat adanya hubungan kekeluargaan atas dasar keturunan, perkawinan, dan
tutur maka dalam pergaulan sehari-hari masyarakatnya harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak melanggar norma-norma atau ketentuan berdasarkan tutur maka akan
diketahui sistem kekerabatan masing-masing pihak. Kekerabatan masyarakat Karo berdasarkan tutur siwaluh atau delapan sistem
kekerabatan yaitu: 1.
Kalimbubu 2.
Puang kalimbubu 3.
Senina
Universitas Sumatera Utara
4. Sembuyak
5. Senina seperibanen
6. Senina sepemeren
7. Anak beru
8. Anak beru mentri
Kedelapan unsur di atas merupakan hasil dari sistem yang dianut oleh masyarakat Karo yang pada prinsipnya didasarkan pada merga silima lima marga yaitu:
1. Karo-karo
2. Ginting
3. Tarigan
4. Sembiring
5. Perangin-angin
Maksud dari hal di atas adalah adanya proses pertalian kekeluargaan atas dasar keturunan, perkawinan, hubungan merga yang menyebebkan lahirnya istilah tutur
siwaluh delapan sistem kekerabatan dan jenjang keturunan, tinggi maupun rendahnya posisi dalam tutur.
Sebagai perwujudan lebih lanjut, berdasarkan kelima marga ini maka masyarakat Karo membagi diri atas tiga kelompok berdasarkan fungsinya di dalam hubungan
kekeluargaan. Pembagian ini dikenal dengan istilah rakut sitelu tiga ikatan perbedaan istilah di atas bukanlah menunjukkan perbedaan pendapat karena mempunyai pengertian
yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Rakut sitelu dalam masyarakat Karo merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam sistem kekerabatan karena bermula dari ikatan perkawinan berupsa
segitiga, tiga tungku kekerabatan sebagai kelompok terkecil keluarga sampai kepada kelompok yang lebih luas masyarakat yang merupakan kesepakatan bersama.
Rakut sitelu menunjukkan betapa pentingnya peranan tiap-tiap tungku, sebab dalam proses memasak tidak bisa menggunakan dua tungku, tetapi harus tiga dan ketiga
tungku ini difungsikan agar mendapatkan hasil yang baik dalam memasak. Ketiga tungku tersebut adalah:
1. Kalimbubu
2. Seninasembuyak
3. Anak beru
Rakut sitelu merupakan tri tunggal yang mempunyai asas kekeluargaan dan gotong royong. Di atas dasar ini pula berkisar segala kegiatan masyarakat baik hukum
atau adat istiadat yang telah lama berfungsi di tengah-tengah masyarakat Karo.
Rakut sitelu harus lengkap dalam setiap pelaksanaan upacara adat. Karena tanpa ketiga unsur di atas upacara adat pada masyarakat Karo dianggap tidak sah. Ketiga
tingkatan ini berdasarkan garis keturunan di dalam masyarakat Karo sehingga semua masyarakat suku Karo mempunyai kalimbubu, senina, dan anak beru.
Secara umum pembagian rakut sitelu pada masyarakat Karo adalah: 1. Kalimbubu
Universitas Sumatera Utara
Kalimbubu adalah pihak pemberi anak gadis, pihak yang harus dihormati harus benar-benar dijaga agar kalimbubu jangan sampai kecil hati. Kalau kalimbubu sampai
sakit hati misalnya, karena sesuatu hal yang tidak pantas dilakukan oleh anak berunya, dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti padi tak jadi, tidak mendapat
anak, anak lahir cacat, pikiran kusut dan sebagainya. Hal ini biasanya dapat diketahui melalui seorang guru dukun, untuk
menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan ada dilaksanakan upacara minta maaf kepada kalimbubu yang disebut sabai yaitu upacara memakaikan kain adat atau
menyelimutkan sabai atau kain adat kepada kalimbubu setelah akin adat tersebut disabaikan atau dipakaikan kepada kalimbubu, maka anak beru meminta maaf kepada
kalimbubu agar segala kesalahannya dimaakan dan dilupakan. Anak beru juga berjanji tidak akan berbuat hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan, hal yang tidak baik, yang
dapat menyakiti hati kalimbubu. Setelah itu selesai maka diadakan pesta makan, pesta makan ini biasanya hany pesta makan alakadarnya.
Sebaliknya kalau anak beru hormat dan sopan terhadap kalimbubu pandai mengambil hati maka restu kalimbubu akan datang seperti padi jadi banyak, tanaman
subur, ternak berkembang biak, murah rejeki, anak-anak sehat, pikiran tenang, dan sebagainya. Masyarakat Karo berpendapat bahwa kalimbubu adalah Dibata Nidah atau
Tuhan yang dapat dilihat. Dalam masyarakat karo juga dikenal beberapa jenis kalimbubu, yaitu:
1. Kalimbubu taneh yaitu orang yang pertama kali mendirikan kampung
tersebut. Jadi, pengertian kalimbubu taneh adalah orang yang pertama kali
Universitas Sumatera Utara
menemukan dan menempati sebuah kampng, maka keturunannya tetap dihargai dan dihormati sebagai kalimbubu taneh. Kalimbubu taneh sering
juga disebut kalimbubu simajek lulang atau kalimbubu simantek kuta. 2.
Kalimbubu tua yaitu kalimbubu yang setingkat dengan kalimbubu taneh dimana kalimbubu tua juga ikut serta mendirikan kampong setelah
kalimbubu taneh menemukan kampung tersebut termasuk saudaranya, anaknya, dan cucunya.
3. Kalimbubu simada dareh yaitu kalimbubu sedarah, maksudnya adalah
kalimbubu yang merupakan paman atau saudara laki-laki dari ibu kita. 4.
Kalimbubu sierkimbang sipedemui yaitu kalimbubu yang dihasilkan oleh perkawinan sendiri. Sebelum adanya perkawinan belum ada
hubungan kalimbubu tersebut. Kalimbubu sipedemui adalah pihak lain yang menjadi kalimbubu karena seseorang menikahi putri dari keluarga
lain, akibat pernikahan itu maka terjadilah kalimbubu Ipedemui atau orang tua dan keluarga dari istri.
5. Kalimbubu sepemeren yaitu kalimbubu karena ibunya yang bersaudara.
6. Puang Kalimbubu yaitu kalimbubu dari kalimbubu kita, meskipun
kalimbubu dari kalimbubu kita tetapi puang kalimbubu juga harus dihormati dan disegani sama dengan kalimbubu.
2. Senina Senina merupakan hubungan saudara antara orang yang merganya sama meskipun
subsukunya berbeda tetap saja dikatakan ersenina atau satu marga. Hubungan senina dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Sukut yaitu saudara satu ayah dan satu ibu.
2. Sembuyak yaitu bersaudara karena satu ayah atau pun hanya satu ibu.
3. Senina sepemeren yaitu bersaudara karena ibu yang bersaudara.
4. Senina seperibanen yaitu bersaudara karena istri yang bersaudara.
3. Anak beru Anak beru adalah golongan penerima anak gadis atau golongan pihak suami.
Betapa pentingnya kedudukan anak beru sebagai golongan yang membawa kerukunan dan kedamaian pada keluarga kalimbubu, karena anak beru adalah pihak yang paling
dibutuhkan tenaganya untuk menyelesaikan segala urusan upacara adat seperti memasak nasi beserta lauknya, membentangkan tikar dan menyediakan sirih, pinang, serta rokok
kepada kalimbubu. Bila terjadi perselisihan dalam keluarga maka tampillah anak beru sebagai pihak
yang mendamaikan dan sebagai penengah. Anak beru juga sebagai pendamai apabila terjadi pertengkaran antara suami istrei.
Pada umumnya keputusan yangh dibuat anak beru harus dipatuhi, namun meskipun demikian keputusan yang diambil oleh anak beru sering tidak didengarkan
oleh pihak yang bersangkutan. Bila terjadi hal seperti ini maka kalimbubu yang bersangkutanlah yang membuat keputusan terakhir. Dalam masyarakay Karo dikenal
beberapa jenis anak beru yaitu: 1.
Anak beru I pupus yaitu anak beru yang mengetahui secara langsung segala sesuatu dalam keluarga kalimbubu. Anak beru I pupus berarti anak beru yang
dilahirkan, yaitu anak beru yang ada akibat adanya hubungan darah , sejak
Universitas Sumatera Utara
seseorang lahir secara otomatis menjadi anak beru tanpa harus ada perkawinan terlebih dahulu karena dia sudah menjadi bere-bere atau keponakan.
2. Anak beru taneh anak beru si majek lulang berdasarkan asal katanya anak beru
memiliki arti anak perempuan dan taneh yang berarti tanah. Jadi dapat disimpulkan kalau anak beru taneh memiliki arti simbolik yaitu anak beru
kehormatan yang nenek moyangnya dahulu sebagai anak beru dalam mendirikan kampung pertama kali. Berdasarkan keberadaanya baik jasa leluhurnya pendiri
kampung keturunannya tetap sebagai anak beru taneh. 3.
Anak beru tua, bila dilihat dari asal katanya yang berasal dari katai anak beru anak perempuan, tua tua atau yang utama. Jadi anak beru tua adalah seseorang
atau keluarga yang menjadi anak beru sudah berdasarkan keturunan. Anak beru tua adalah anak beru yang paling utama karena tanpa kehadirannya acara pesta
kalimbubu tidak dapat dimulai, dan tidak akan ada yang berani memulainya, karena dialah sebagai penanggung jawab utama. Jadi anak beru tua dalam
keluarga seseorang merupakan yang tertua dari semua anak beru dan kedudukan sebagai kepala pimpinan dari semua anak beru yang turut serta dalam dalam
setiap upacara adat. Bahkan keturunan dari orang tersebut dinamai anak beru tua. 4.
Anak beru I ampu berdasarkan asal katanya anak beru I ampu memiliki arti anak beru yang dipangku. Anak beru I pangku adalah seseorang yang menjadi anak
beru suatu keluarga karena mengawini anak perempuan dari keluarga tersebut. Dalam hal ini perkawinan tersebut barulah untuk pertama kalinya, yang membuat
adanya hubungan keluarga. Anak beru I pangku tidak boleh berbicara dalam setiap,musyawarah adat atau runggu.
Universitas Sumatera Utara
5. Anak beru menteri yaitu anak beru dari anak beru. Menteri maksudnya
melempari atau membersihkan tetapi ada juga menteri yang artinya meluruskan. Dari pengertian menteri ini terkandung makna seperti memberi petunjuk, nasehat,
mengawasi, serta membantu tugas kalimbubunya sesuai dengan kewajiban dan menurut adatnya.
6. Anak beru singikuri yaitu anak beru dari anak beru menteri. Anak beru ini
semata-mata bertugas di dapur saja untuk mempersiapkan hidangan pada saat pesta. Anak beru singikuri tidak dibenarkan untuk mencicipi makanan tersebut.
Hal ini mengingat hubungan kekeluargaan yang sudah jauh.
2.1.5 Sangkep Nggeluh