Sistem Kekerabatan Pada Masyarakat Karo

dilaksanakan adat cawir metua tetapi harus dengan persetujuan dari pihak kalimbubu dan anak yang belum menikah tersebut. Tetapi apabila pihak kalimbubu dan anak yang belum menikah tidak memberi persetujuan maka tidak bisa dilakukan upacara adat cawir metua. Menurut kepercayaan lama masyarakat Karo yang belum beragama di Kabupaten Langkat, orang yang meninggal cawir metua apabila tidak dilakukan upacara adat yang layak pada saat kematiannya maka rohnya akan sering menganggu keluarga yang ditinggalkan karena merasa tidak diharagai ataupun diingat oleh keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itulah, pada masyarakat Karo di Kabupaten Langkat setiap ada anggota keluarga yang meninggal cawir metua, selalu diadakan upacara adat yang sesuai dengan adat dan budayanya agar roh yang telah meninggal tidak pernah mengganggu keluarga yang ditinggalkan, tetapi memberi rezeki karna dihargai dan diingat oleh keluarga yang ditinggalkan.

2.1.3 Sistem Kekerabatan Pada Masyarakat Karo

Setiap suku bangsa mempunyai sistem kekerabatan sendiri dan merupakan ciri khas dari suatu suku bangsa. Setiap upacara adat tidak terlepas dari sistem kekerabatan yang ada dari setiap suku. Begitu juga dengan suku Batak Karo yang juga memiliki sistem kekerabatan sendiri. Kerabat kade-kade memiliki pengertian yang sangat luas, baik atas dasar hubungan darah maupun hubungan yang disebabkan karena salah satu keluarag menikahi keluarga lain. Sejak dahulu masyarakat Karo terikat oleh adat istiadat yang merupakan warisan dari leluhurnya. Rasa kekeluargaan atau ikatan kekerabatan pada masyarakat Karo sangat Universitas Sumatera Utara kuat dalam pengertian jarang sekali terjadi secara terang-terangan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan adat istiadat yang berkaitan dengan sistem kekerabatannya. Tingginya rasa kekeluargaan pada masyarakat Karo, selain disebabkan oleh rasa senasib sepenanggungan juga karena adanya praktek gotong royong serayan-aron dalam masyarakat Karo yang masih bertahan sampai sekarang. Sistem kekerabatan masyarakat Karo bertumpu pada Rakut Sitelu. Rakut Sitelu merupakan rangkaian kesatuan hubungan kekeluargaan yang tersusun secara fungsional, dan tergambar dalam adat istiadat dan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, bila suatu keluarga telah tergabung dengan keluarga yang lain akibat perkenalan atau perkawinan, maka secara tidak langsung telah menjadi keluarga dari pihak lain yang bersangkutan, karena telah disatukan oleh perkawinan salah satu anggota keluarga. Perkawinan tersebut menghasilkan keturunan yang menyebabkan timbulnya keluarga baru di samping adanya keluarga lama. Akibatnya terjadilah pertukaran kedudukan beserta fungsinya, pihak keluarga perempuan disebut kalimbubu oleh pihak dari keluarga laki-laki, hal inilah yang menyebabkan timbulnya sistem kekerabata yang disebut rakut sitelu. Rakut artinya mengikat dan sitelu artinya tiga unsure. Jadi, rakut sitelu merupakan tiga unsur yang mengikat kekeluargaan. Rakut sitelu tersebut adalah kunci dari segala kegiatan adat istiadat dan mewadahi musyawarah dalam setiap upacara adat termasuk upacara kematian. Ketiga unsur tersebut juga sering disebut sangkep sitelu atau daliken sitelu yang terdiri dari : 1. Senina atau sukut adalah saudara sedarah ataupun teman semerga. Universitas Sumatera Utara 2. Kalimbubu adalah pihak yang anak perempuannya dikawini oleh pihak laki-laki. 3. Anak beru adalah pihak laki-laki yang menikahi putrid pihak kalimbubu. Tapi ketiga unsur di atas masih dapat diperinci fungsinya yang disebut dengan tutur siwaluh atau delapan sistem kekerabatan sehingga membuat kedudukan seseorang menjadi lebih jelas. Tutur siwaluh terdiri dari: 1. Senina yaitu semua orang yang bermarga sama 2. Senina sepemeren yaitu orang-orang yang tidak semarga namun ibu mereka yang bersaudara. 3. Senina seperibanen yaitu orang-orang yang tidak semerga namun istri mereka bersaudara. 4. Puang kalimbubu yaitu kalimbubu dari pihak perempuan yang diambil atau kalimbubu dari pihak kalimbubu 5. Anak beru menteri yaitu anak beru dari pihak kalimbubu. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Tutur Siwaluh Rakut Sitelu